Dalam balutan sportswear, kaos hitam polos dan celana pendek senada Daniel menuruni anak tangga dengan santai. Sesekali dia menyugar rambutnya yang sebahu dengan bersenandung yang tak jelas, entah lagu apa yang dia nyanyikan. Yang pasti dia seperti tengah bahagia. Seketika senandungnya berhenti tatkala ke dua netranya beradu pandang dengan ke dua netra sang kakak, Darren yang tengah duduk di sofa yang terletak tak jauh dari anak tangga menatapnya dengan diliputi kilatan amarah yang menyilaukan. Spontan sudut bibir Daniel tertarik ke atas lalu tersenyum miring membalas tatapan sang kakak yang menghunus tajam. Seolah dia menantangnya padahal hatinya kelojotan ingin kabur dari situasi pelik tersebut kala melihat ekspresi sang kakak. Habis sudah dirinya! Kakaknya mirip seekor elang yang akan menerkam seekor ayam sebagai mangsanya yang lemah. Sialnya, Daniel adalah mangsa itu. “Selamat pagi, Mas Darren,” sapa Daniel dengan terkekeh mengejek. Deg, Hanya mendengar intonasi bicara Daniel
Wajah Darren seketika membeku tatkala mendengar Kinan menyebutkan ayahnya. Dia mendadak diserbu rasa cemas kentara perubahan mimik wajahnya yang langsung berubah masam. Dia mendesah pelan. “Darren, jika kabar ini bisa sampai di telinga Daddy, bagaimana perasaannya?” Kinan bersuara dengan nada serius. Matanya menatap sang anak dengan tatapan yang intens. “Iya Mom, aku tahu, aku akan mempertanggungjawabkan apa yang aku perbuat pada gadis itu,” Darren membuang muka. Tatapannya tertuju pada sebuah foto raksasa dirinya dan Tania yang duduk dengan anggun di atas pangkuannya. Tania terlihat sangat cantik dengan gaun berwarna lilac berbentuk lonceng dan Darren pun tak kalah gagah dalam setelan tuxedo berwarna putih. Foto itu diambil saat mereka berlibur ke Belanda. “Lihat Mom!” Kinan menarik dagu sang putra untuk kembali bersitatap dengannya. “Apa yang terjadi padamu adalah takdir terlepas dari apapun penyebabnya. Baik itu karena seseorang berusaha menjebakmu ataupun …” Darren menyela.
Nuha keluar dari istana Attar dengan membatin perih. Andaikata mengakhiri hidup diperbolehkan maka dia sudah memilih jalan pintas itu. Masa depannya telah hancur menjadi puing-puing yang tak berarti. Sesuatu yang paling berharga miliknya sudah terenggut paksa. Tangisannya seolah habis dan bibirnya terkatup rapat. Dia melangkah tanpa arah.Memori terburuk yang terekam ialah saat melihat ekspresi Attar. Dalam benaknya Attar merasa marah, kecewa dan jijik padanya sebab dia tidak bisa menjaga diri untuk calon suaminya. Hari pernikahan hanya tinggal hitungan jari. Ekspresi Attar terasa lebih menyayat daripada memori peristiwa semalam. Menyakitkan saat dia merasa dicampakkan begitu saja seperti sampah.Apakah Attar lupa dengan janjinya pada Nuha dulu?Sepucuk surat cinta untuknya telah menjadi saksi di mana Attar telah menyukai Nuha sejak dia masih remaja yang duduk di sekolah madrasah tsanawiyah. Dan, baru berani mengungkapkan isi hatinya kala dia memutuskan pergi kuliah S2 ke Kairo.Assa
Nuha meremat sprei putih dengan kuat. Merasakan detik itu juga darahnya mendidih. Andai dia gunung merapi saat itu juga dia akan erupsi, menyemburkan lava panas yang akan membakar dan melibas pelakunya.Daniel pelakunya ...Nuha berbicara dalam batinnya. Daniel telah menghancurkan hidupnya. Dia telah mengirim Nuha pada pria hidung belang, pikirnya. Di bawah cahaya temaram dia bahkan tak mampu melihat dengan jelas siapa pemuda yang merenggut kesuciannya.Daniel menaruh dendam pada Nuha karena aksinya yang menyudutkannya. Nuha lupa jika dia berurusan dengan siapa. Padahal sahabatnya, Kania sudah mewanti-wanti dirinya untuk bersikap lebih berhati-hati. Nyali dan keberanian saja tidaklah cukup untuk menghukum manusia sebrengsek itu.Di dunia ini mau tak mau yang berkuasa adalah kuasa; uang.Deg,Pertanyaan perawat yang baik hati tersebut menyadarkan Nuha bahwa Nuha baru saja telah mengalami pelecehan seksual.Nuha terkesiap dengan bola mata yang melebar. Namun dia kembali bergeming dengan
Kinan menganga tatkala mendengar dari mulut Darren bahwa dia telah memperkosa seorang gadis muslim yang tentu berbeda keyakinan dengannya.Mengabaikan respon Kinan, Darren keluar untuk pergi ke kantor karena ada janji. Namun tepat saat dia mengayunkan kakinya keluar dari kamarnya, tangan besar mencegatnya. Jonathan Dash menahan tangannya dengan menatapnya tajam.Sontak, Darren mundur beberapa langkah karena rasa keterkejutannya. Tak menyangka sang ayah berada di hadapannya. Pasti dia sudah mendengar sebuah percakapan yang terjadi di antara Kinan dan dirinya.Plak,Telapak tangan besar untuk pertama kalinya, seumur hidupnya menyambar pipi Darren hingga terhuyung ke lantai.Kinan bangkit dan melihat apa yang terjadi. Dia tak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya.Kekhawatiran muncul tetapi bukan melihat perlakuan Jonathan pada Darren, tetapi kekhawatiran andaikata Daniel yang disalahkan karena dianggap telah menjebak Darren.“Nikahi anak itu sekarang! Apapun yang terjadi!” pekiknya d
Aruni menarik nafas dalam, berusaha meredam amarah yang bergejolak dalam dadanya. Dengan begitu mudahnya Hj Rohana mengatakan jika pengantin wanita diganti oleh orang lain. Di manakah letak hati nuraninya. Putrinya terkena musibah karena diperkosa oleh pemuda asing, dengan santainya dia mengatakan bahwa akan menggantikan calon mempelai wanita.Dari awal memang Hj Rohana terlihat kurang menyetujui Nuha sebagai pendamping putranya, Attar. Alasannya sangat sederhana dan klise, status sosial. Keluarga Nuha dianggap tidak selevel dan sederajat dengannya. Nuha hanyalah anak ustaz kampung dari keluarga sederhana.Sementara itu Kyai Ilyas seorang alim ulama termasyhur, pemilik pesantren boarding school ďan seorang pengusaha property syariah. Namun Attar tidak memandang itu semua. Dia jatuh hati pandangan pertama pada Nuha yang masih sangat belia saat itu.“Ummah,” ucap Kyai Ilyas meremas tangan sang istri, Hj Rohana. Tak seperti istrinya, dia sebenarnya belum siap mengatakan itu semua. Dia se
Nuha memuntahkan minuman yang tersisa karena tersedak lalu terbatuk beberapa kali. Aruni tak peduli, dengan gemas dia terus mendorong botol itu agar Nuha bisa menghabiskan minuman itu hingga tandas. “Ini jamu supaya kau tidak hamil,” serunya menyambar kembali botol berbahan plastik yang sempat terjatuh ke lantai dan membasahi karpet Turki di bawah kakinya.Setelah memastikan minuman itu habis dia keluar dan meninggalkan Nuha yang masih syok karena baru saja sang ibu nyaris mengambil nyawanya lewat cairan yang dipaksa masuk ke tenggorokannya.Nuha meringis pilu merasakan lidahnya terasa pahit. Entah ramuan apa yang diracik sang ibu ke dalam minuman tersebut. Untuk menghilangkan rasa pahit dan agak kecut tersebut Nuha mengambil air minum dari dispenser mini yang terletak dekat meja belajarnya.Glek, glek, glek,Nuha minum segelas air putih hingga tandas.Nuha pun duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang masih linglung dan kalut. Peristiwa semalam masih dan mungkin akan terus menyisaka
Tanpa sadar Nuha sudah berada di depan gerbang pesantren. Namun takkan ada yang menyadarinya sebab dia memakai masker untuk menutupi wajahnya. Mungkin orang akan mengira jika dia adalah tamu undangan. Meskipun baru diadakan ijab qabul tetapi karena berada di lingkungan pesantren maka pasti ramai dihadiri para santri dan jamaah yang penasaran.Yang mengenakan kebaya berwarna putih itu seharusnya dirinya bukan gadis lain. Apalagi itu Maesarah Basri, gadis dewasa yang terang-terangan mengejar Attar. Bahkan gadis itu tanpa rasa malu meminta Nuha untuk menolak Attar karena dia sangat mencintai Attar.Nuha meneguk saliva yang terasa kering. Melihat kekasih hati sudah sah menjadi suami orang. Meskipun tak menyaksikan langsung karena prosesi ijab qabul berada di dalam masjid tetapi gaung suara mikrofon terdengar jelas bahwa Attar sudah selesai berucap ijab kabul.Ingin rasanya mengatakan padanya bahwa ini tidak adil baginya. Seharusnya Attar menerima dirinya seperti halnya dirinya juga meneri