Share

5. Frustrasi

"Sial!"

Darren berteriak kencang saat menyadari kepergian Nuha. Beberapa kali pukulan menghantam dinding hingga buku-buku jarinya lebam dan membiru. Namun, ia tak peduli. Yang terpenting adalah Darren bisa meluapkan kekesalannya sementara pada tembok yang telah menjadi saksi atas aksi bejad dirinya.

Pasti gadis itu terluka karena perbuatannya. Tidak, mungkin ada kata lain yang mewakilinya, lebih daripada luka.

Pemuda itu mendadak frustrasi.

Dia sadar telah melakukan perbuatan yang keji pada gadis itu kendati bukan keinginannya.

Saat itu, otaknya tidak bekerja karena diambil alih oleh hawa nafsu.

Entah kenapa tubuhnya bereaksi lebih saat menatap lawan jenis hingga membuatnya berhalusinasi bahwa gadis yang dia sentuh adalah kekasihnya.

Bagaimana jika kekasihnya mengetahui apa yang dia lakukan semalam? Bagaimana jika gadis yang dia perkosa hamil? Jujur, semua itu tidak ada dalam daftar hidupnya.

Matanya mendelik ke arah pintu. Gegas, Darren menyambar kunci mobil yang menggantung dan mengendarai mobil mewahnya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Dia tiba di mansion milik keluarganya setengah jam kemudian. Gerbang hunian langsung terbuka otomatis dan dia langsung memarkirkan mobilnya di area carport.

Dia turun lalu mengayunkan kakinya menuju pintu rumah utama.

Dengan kasar, dia menguak daun pintu hingga membuat para pelayan tersentak kaget melihat kedatangan anak majikannya.

Bagaimana tidak mengagetkan? Pintu berbahan ukiran jati tersebut tingginya sekitar dua meteran terdengar memekakkan telinga saat terbanting.

Lalu, yang paling mengagetkan ialah raut kemarahan yang terpancar dari wajah tuan mudanya.

Darren dikenal sebagai lelaki yang jarang bicara dan juga jarang tersenyum. Namun, dia tipikal pemuda yang nyaris tak pernah marah.

Tiba-tiba, Darren terlihat sangat marah sehingga membuat seisi rumah heboh.

“Di mana Daniel?” pekiknya pada pelayan yang berada di dekatnya.

“Anu, Tuan.”

Pelayan mendadak gugup sebab melihat aura kelam yang menguar dari tubuh tuannya.

Menyeramkan.

Setan apa yang merasukinya?

“Daniel! Turun kau! Sini kalau berani, aku tantang kau berkelahi satu lawan satu!” pekiknya semakin meninggi, hingga membuat semua penghuni ruangan keluar melihat apa yang sebenarnya terjadi.

“Darren Dash! Apa kau sudah tidak waras? Teriak-teriak pagi buta.”

Sang ibu turun dengan masih mengenakan handuk kimono baru selesai mandi. Dia menatap putranya dengan tatapan telisik. Alisnya yang melengkung indah tertarik ke atas tatkala melihat wajah sang anak yang kelihatan kucel dan pucat. Darren masih mengenakan hem putih kemarin dan celana chinos abu-abu.

“Mom.” Dia merangkul tangan sang ibu, ingin meminta sebuah kekuatan. “Mom, di mana Daniel? Aku ada urusan dengannya.”

Kini, suaranya merendah dengan lirih.

Tak pernah dia menunjukan kemarahannya pada sang ibu yang bernama Kinan.

Kinan sontak menerka-nerka jika telah terjadi sesuatu yang buruk yang menimpanya. Namun, ibu dua anak itu berusaha mengendalikan emosinya untuk bersikap tenang.

“Daniel baru saja bangun. Dia sedang berada di ruang gym. Katakan pada Mommy, sebenarnya ada apa? Kenapa kau begitu marah pada adikmu?” katanya dengan lembut dan penuh wibawa. Dia mengapit lengan Darren Dash, putra yang dibawa oleh suaminya menuju sofa. Dia adalah putra dari pernikahan suaminya dengan istri pertamanya yang telah meninggal dunia.

Meskipun Darren Dash bukan putra kandungnya, tetapi Kinan memperlakukannya sama seperti pada putra kandungnya, Daniel Dash.

“Mom.” Pemuda itu seperti kesulitan bicara.

“Bik, ambilkan air minum untuk Mas Darren!” titah Kinan mendadak pada kepala pelayan.

“Kita duduk dulu Nak! Kita bicara dengan tenang,” lanjutnya pada Darren dengan merangkul bahunya.

Mereka pun duduk.

Kinan menyodorkan segelas air putih untuknya, bermaksud menenangkannya.

“Minumlah!” ucapnya dengan lembut.

Darren pun mengikuti perintahnya, meminum air agar dia merasa tenang meskipun terasa kecut karena rupanya perasaan bersalah telah berhasil memudarkan indera pengecapnya.

“Mom, semalam Daniel sudah menjebakku. Dia menaruh obat pada minumanku hingga aku tak sadar. Aku … perkosa seorang gadis, Mom.”

Siapa sangka, Darren Dash memberanikan diri menceritakan peristiwa mengerikan semalam yang dia lakukan pada seorang gadis asing yang tiba-tiba saja terjebak di kamar villa miliknya.

“Astaga!”

Mata Kinan nyaris loncat mendengar pengakuan putra sulungnya. Lalu kepalanya menggeleng kecil. “No way! Kau pasti bergurau, Darren!”

Darren Dash memijit pangkal hidungnya lalu merayap menuju pelipisnya yang masih terasa berdenyut sakit. Dia teringat semalam Nuha memukulnya dengan kap lampu tidur.

Dia menghela nafas panjang.

Dadanya terasa sesak seperti terserang asma akut.

Dia dilanda kebingungan.

Lantas, apa yang harus dia lakukan untuk menanggung kekhilafannya yang sama sekali tak terencana.

Tak pernah terpikirkan berkeinginan meniduri seorang gadis dengan cara seperti itu bahkan pada kekasihnya sekali pun.

“Coba ceritakan apa yang terjadi Darren! Mom akan mendengarkan …”

Kinan memegang ke dua telapak tangan Darren dengan lembut dan memberikan tatapan yang hangat padanya. Dia tak ingin mengintimidasinya. “Bukankah semalam kalian pergi ke Pub bersama?”

“Iya …”

Darren melenguh.

“Lalu?" Kinan menaikkan satu alisnya.

“Daniel mengajakku ke Pub bersama teman-temannya. Aku hanya minum sedikit, Mom. Tapi, aku tak tahu kenapa seperti mabuk berat. Lalu, kami pergi ke villa. Tapi … di kamar yang biasa aku tempati ada seorang gadis. Dan aku telah …”

Darren memejamkan matanya.

Meskipun terlahir dari keluarga berada, tetapi dia pemuda lurus. Darren tak suka melakukan hal yang aneh-aneh. Hanya sebatas minum sedikit yang pernah dia lakukan. Itu pun saat bertemu dengan klien bisnis. Selebihnya, dia tak pernah bermain wanita, hingga melakukan hubungan intim.

“Baiklah.”

Kinan berpikir keras. Dia tak menyangka Darren bisa mengalami peristiwa pelik seperti itu.

Sama seperti halnya Darren dia tak percaya Darren bisa melakukan hal itu ataupun terjebak dalam situasi rumit tersebut.

Kinan percaya jika Darren anak yang baik.

Namun, dia juga tak ingin menyalahkan anak kandungnya, Daniel.

Dalam hati, Kinan mengiyakan bahwa memang Daniel yang menjebak kakaknya sendiri.

Dia percaya pada Darren yang memang senantiasa jujur berbeda dengan Daniel yang selalu berdusta dan membangkang.

Namun, Daniel adalah segala baginya, sehingga tak mungkin dia akan menghukum Daniel dengan tangannya. Biarlah hal tersebut urusan belakangan.

Kini Kinan harus mencari solusi untuk Darren, setidaknya meredam amarah pada adiknya.

“Darren, dengar baik-baik Mommy! Mommy mengerti apa yang kau alami. Hanya saja ... meskipun hubungan kalian kurang baik, Daniel tak mungkin melakukan hal semacam itu, Nak! Bisa saja, ada orang yang menjebak kau dan Daniel. Hal yang mungkin terjadi mengingat kalian anak dari pengusaha sukses. Mungkin, mereka ingin menghancurkan hubungan kalian sebagai kakak beradik, reputasi Daddy dan imbasnya pada perusahaan.”

Kinan mencari seribu alasan untuk meredam situasi pelik tersebut.

Darren terdiam.

Namun, perlahan ia menggerakan bibirnya menatap ke arah anak tangga di mana Daniel tengah turun dan menatapnya dengan seringai culas. "Selamat pagi, Mas Darren."

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Boy
sejauh ini bagus
goodnovel comment avatar
Pie Mar
terima kasih akak sudah mampir
goodnovel comment avatar
Za Hira
penasaran tapi harus pake koin si
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status