Share

Hampir Saja

Author: Agung Ahmad S
last update Last Updated: 2024-03-14 15:38:04

POV Arshaka

Malam ini aku merasakan ada yang aneh pada diriku setelah minum segelas bir dari pelayan hotel. Tak biasanya aku merasa pusing dan tubuh terasa panas. Tiba-tiba saja muncul suatu perasaan yang tidak biasa pada diriku.

Kebetulan saat aku sudah tidak tahan, ada seorang wanita duduk di lantai. Aku langsung memegang pundaknya dan menarik tubuhnya. Tak peduli dari mana dia dan siapa dia. Bagiku, malam ini aku bisa menyalurkan keinginanku.

"Diam!" sentakku saat dia berusaha berontak.

"Kau di sini! Itu artinya kau siap dengan resikonya. Nikmati saja! Bukankah ini sudah menjadi pekerjaanmu!"

Aku tak peduli dengan rintihannya. Namun, anehnya, dia sama sekali tidak menangis. Hanya berusaha berontak dan menolak. Tapi baguslah, aku tak perlu mendengar suara tangisnya.

***

Ketika mata mengerjap, sosok wanita itu sudah berdiri di hadapanku dengan mengendap-endap. Entah apa yang akan dia lakukan. 

Aku langsung menyentak dan memberikan bayaran baginya. Namun anehnya, kartu yang aku berikan tidak dia ambil dan malah pergi begitu saja setelah aku selesai menerima telepon dari kekasihku.

"Wah, Bos, Anda ...." Orang kepercayaanku—Reno—masuk ke kamar tanpa permisi.

"Tadi aku lihat ada wanita keluar dari kamar ini. Kamu sudah melepaskan keperjakaan ternyata," cibirnya melirik ke arah ranjang yang berantakan.

"Kalau masuk itu ketik pintu. Jangan asal! Kalau di kantor ada PHK, kamulah orang pertama yang dipecat!" gertakku dan seketika ia terdiam.

Aku menoleh ke arah ranjang. Ada bercak darah di sana. Wanita itu masih perawan tadi malam. Lalu apa yang dia inginkan dariku? Uang? Tidak! Bahkan dia menolak. Pasti ada maksud tertentu mengapa dia menjebakku.

"Cari tahu siapa wanita itu," tegasku dan Reno pun patuh.

"Siap, Bos," jawabnya.

Sehari setelah kejadian itu. Mami menelpon. Memintaku datang ke rumahnya untuk membahas perceraian dari pernikahan sialan. Tanpa pikir panjang aku setuju dan akan datang ke sana untuk mengurus perceraian.

Pernikahan terjadi demi harta warisan. Opa tidak akan memberiku warisan jika aku tidak segera menikah. Terpaksa Mami mencarikan aku jodoh dari salah satu koleganya. Apalagi perusahaan temannya itu sedang tidak baik-baik saja. Jadi, mereka langsung menerima tawaran dari Mami dengan menjadikan anaknya istri kontrakku.

Selama wanita itu menjadi istriku. Sama sekali aku belum pernah bertemu dan kali ini aku akan melihat wajah dari istriku itu. Apakah cantik atau bahkan burik.

Akan tetapi, walaupun dia cantik. Aku tidak mau melanjutkan pernikahan ini. Dia adalah wanita rendahan yang tak pantas menjadi pendampingku.

"Ingat! Cari tahu wanita kemarin dan segera laporkan padaku!" Perintahku pada Reno saat kami keluar dari hotel.

Ini adalah hari terakhir aku menginap di sini setelah pekerjaanku selesai. Setelahnya aku akan kembali ke apartemen. 

Saat aku keluar dari hotel dan selesai sarapan. Aku melihat adik tiriku di seberang jalan. Sejak kapan dia pulang? Awas aja kalau sampai dia menghalangi rencanaku. Harta warisan Opa harus jatuh di tanganku. Aku sudah berkorban dengan menjadi duda. 

"Urus pria itu dan jangan sampai dia pulang hingga penandatanganan surat warisan selesai. Kalau perlu kurung dia seharian dan lepaskan setelah malam nanti. Aku tidak mau dia mengusikku!"

"Baik, Bos," jawab Reno lalu bergerak sesuai perintah.

Setelah memastikan jika adik tiriku aman. Aku langsung pergi meninggalkan area hotel. Kemudian pergi ke rumah Mami. Namun, sebelum pergi ke sana. Aku menemui kekasihku dulu. Sejak aku pulang dari luar kota tiga hari lalu. Aku sama sekali belum menemuinya.

"Sayang." 

Kecupan pipi kanan dan kiri seperti biasa kami lakukan saat bertemu. Kemudian pelukan mesra juga kami lakukan.

"Eh, kenapa mukanya cemberut gitu sih?" tanyaku merasa ada yang aneh dengan kekasihku itu.

"Anterin aku beli gaun yuk," pintanya.

"Gaun? Untuk apa?" tanyaku heran, sebab aku tidak mengajaknya lamaran ataupun menikah sebelum harta warisan Opa jatuh di tanganku.

"Aku ada acara nanti malam. Mau ya, beliin," rengeknya.

Tidak masalah jika hanya gaun saja. Kecil bagiku untuk membelikan. Asal dia tidak memintaku untuk segera menikahinya.

"Ya udah ayo, tapi jangan lama-lama. Aku ada pertemuan jam 10 nanti," jawabku dan dia mengangguk.

Biarin lah wanita itu nunggu, bukankah wanita seperti dia memang harus sekali-kali dikerjai. Wanita mata duitan!

Selesai mengantarkan kekasihku berbelanja. Aku langsung meluncur ke rumah Mami. Tepat pukul 10 pagi aku tiba di sana. Ada mobil sport warna merah terparkir di halaman rumah. Pasti itu yang dari hasil memeras keluargaku selama ini! Dasar wanita licik dan murahan!

Aku berlenggang masuk ke dalam rumah. Sialnya aku malah tersandung segala di teras. Gara-gara jarang pulang, sama rumah sendiri saja lupa.

"Aduh, Tuan, kok pakai jatuh segala sih," ucap salah satu pelayan rumah dan dengan sigap dia membantuku berdiri. Kan jadi malu, masak udah gede jalan gitu aja jatuh. Kayak anak lagi belajar jalan aja.

"Makasih," jawabku malu-malu.

"Sama-sama, Tuan, sudah ditunggu di dalam sama nyonya," ujarnya setelah melepaskan genggaman tangan dari lenganku.

Tanpa menjawab aku langsung masuk ke dalam. Mami sudah menyambutku dengan berdiri di ruang tamu. 

"Ayo masuk, wanita itu sudah menunggu di ruang keluarga," kata mami menuntunku ke ruang keluarga.

Aku benar-benar penasaran dengan wanita itu. Seperti apa wajahnya? Dan seketika aku terkejut saat tiba ruang keluarga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Indah Pada Waktunya

    Pria renta itu bangkit dari duduknya lalu beralih memandangku. Tatapannya tajam. Hal itu membuatku khawatir dan takut.Apa jangan-jangan Opa tidak suka jika dia memiliki cicit laki-laki?Namun, rasa ketakutan seketika sirna setelah kakek berucap."Baby boy?"Aku mengangguk."Opa senang mendengarnya. Dia akan menjadi pewaris setelah Saka. Terima kasih banyak Nilam," ujar kakek ia mendekat lalu mengusap lenganku."Sama-sama, Kek," jawabku."Aku pikir tadi kakek akan marah," imbuh Saka yang ternyata dia memiliki ketakutan yang sama."Enggak dong, apa pun anak yang dilahirkan. Opa tetap menerimanya. Jaga istri dan anakmu ya," kata kakek kembali ke posisi semula. Duduk di hadapan Saka."Siap, Opa," balas Saka."Ah iya, hari ini Opa rencananya mau menengok Aditya. Apa kalian mau ikut?" tawar Opa."Boleh," jawab Saka, "bagaimana Nilam? Kamu mau ikut?" tanya Saka dan aku pun mengangguk.Siang itu aku, Opa dan Saka berkunjung ke sel. Setibanya di sana, Vika juga sedang menemui Aditya. Saat kam

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Membuat Penasaran

    Saat sedang bucin-bucinan. Tiba-tiba ada aja yang ganggu. Suara pintu diketuk. Entah siapa yang datang.Beberapa saat kemudian, seorang suster muncul di ambang pintu. Wanita cantik berpakaian serba putih itu mendekat. Namun, Saka tetap tidak mau melepaskan genggaman tangannya."Sayang, malu," bisikku dan Saka tetap tidak menggubrisnya."Maaf ya, Tuan, permisi," kata suster mengganti infus yang sudah habis."Iya, Sus, jangan lama-lama ya. Segera keluar karena saya mau bicara penting dengan istri saya," balas Saka dan suster itu pun patuh."Baik, Tuan," jawabnya lalu pergi setelah urusannya selesai."Mau bicara apa sih? Sampai ngusir suster segala?" tanyaku ketika kami kembali hanya berdua di dalam kamar ini."Cuma mau bilang jadilah istriku hingga maut memisahkan kita. Aku mencintaimu Nilam Cahaya," balasnya membuatku tersipu.Kenapa setelah kejadian tadi, Saka berubah semakin romantis. Apa jangan-jangan otaknya juga ikut geser?Aku memegang kening Saka dan beralih mengusap-usap wajahn

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Jagakan Dia Untukku Tuhan

    Saka terjatuh dengan perut terluka. Gegas aku terkesiap memegangi kepalanya karena kesadaran Saka berangsur menghilang. Matanya mulai terpejam. Namun, aku berusaha membuatnya tetap sadar.Entah apa yang terjadi tadi, aku hanya menoleh dan membalas lambaian tangan Vika. Dan tiba-tiba Saka sudah terluka serta tubuhnya limbung, jatuh di atas paving."Sayang, kamu pasti kuat. Bertahan, ya," lirihku disertai dengan tetesan air mata yang tak bisa dibendung lagi.Beberapa orang mendekat dan bersiap membantu Saka."Ya ampun, Saka." Vika datang dan bersiap membantu Saka, membawanya ke rumah sakit."Tolong segera bawa ke mobil. Biar saya yang antarkan ke rumah sakit," ujar Vika.Tanpa menjawab, beberapa dari lelaki yang ada di sampingku langsung mengangkat tubuh Saka dan membawa ke dalam mobil."Ayo," ajak Vika membantuku berdiri.Di area parkiran sebelah kiri, terdengar suara riuh warga. Satpam dan beberapa warga tersebut telah mengamankan seseorang. Pakaiannya acak-acakan dan rambut awut-awut

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Kebenaran Yang Terungkap

    Apa yang sebenarnya terjadi? Hatiku mulai gelisah.Bukannya langsung ganti, Saka malah mendekat padaku dan melempar amplop ke arahku yang masih duduk di tepi ranjang."Apa itu!" Matanya memandang nyalang padaku."Apa maksud kamu?" tanyaku heran mengapa wajah Saka langsung berubah 90° seperti ini.Aku membuka isi amplop tersebut. Seketika tak percaya dengan apa yang ada di depan mata."Aku bisa jelaskan, Saka. Pria ini ....""Siapa dia? Katakan sejujurnya padaku, Nilam!" sentak Saka.Hal yang aku takutkan menjadi kenyataan. Aditya mengirim surat, berisikan tentang cinta dan lain sebagainya. Namun, tulisan itu bukan tulisan tangan Aditya. Pandai sekali dia memfitnah. Dia sama liciknya dengan bibi. Apa aku jujur saja pada Saka. Sudah terlampau basah, sekalian aja nyebur."Dia itu a ...."Belum sempat aku berucap. Di luar rumah terdengar suara orang berteriak. Gegas Saka turun karena terdengar jeritan yang sangat keras. Sedangkan Aku sendiri hanya melihat dari balkon.Sungguh kejam, Adit

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Amplop Misterius

    Vika langsung bersimpuh di hadapanku. Wanita itu memohon padaku. Apa jangan-jangan ...."Ada apa, Vik?" tanyaku khawatir.Saka muncul di ambang pintu. Pria itu langsung mendekat dan membantu Vika bangun lalu mendudukkannya di sofa.Entah apa yang terjadi dengan Vika. Saat dia akan mengatakan apa yang terjadi. Tiba-tiba Aditya datang lalu memukul pintu dengan keras hingga membuatku kaget.Brak!Aku terkesiap dengan menutupi hidung menggunakan apa saja saat Aditya mendekat. Demi meyakinkan jika aku benar-benar tidak tahan bau parfum. Vika sendiri tidak memakai parfum karena tidak ada bau sama sekali pada tubuhnya saat kami berdekatan. Selama ini aku sengaja memblokir banyak kontak, termasuk Aditya dan Vika. Sengaja aku menghindar dari mereka, terutama Aditya.Aditya masuk lalu menyeret Vika dengan kasar. Saka langsung bertindak. Dia memang pria dingin, tetapi tak pernah berlaku kasar terhadap istri meski dia dulu sangat membenciku. Namun, kenapa Aditya bersikap demikian pada Vika. Sebe

  • Dinodai Suami (Gagal Cerai)   Mulai Curiga

    POV Arshaka"Ya Allah, Opa!"Gegas aku mendekat dan membantu Opa yang jatuh pingsan saat akan menaiki tangga. "Papa!" Mami dan papi ikut mendekat.Papi membantuku membawa Opa ke dalam mobil. Mami pun sama. Ia duduk di belakang menjaga kepala Opa. Sedangkan papi duduk di jok depan.Aku sendiri harus masuk ke kamar. Mengambil kunci di dalam tas. Kebetulan saat itu, Nilam juga akan menyusul keluar."Kamu di rumah saja, takut kelelahan," ujarku memintanya kembali masuk rumah."Tapi, Sayang ....""Nggak usah tapi-tapi, buruan masuk. Ini sudah malam. Kamu sedang hamil. Jaga baik-baik anak kita, ini adalah cicit yang diharapkan oleh Opa." Aku meyakinkan Nilam seraya mengusap perutnya yang masih rata.Wanita itu mengangguk dan nurut. Dia kembali masuk rumah bersamaku. Memasuki kamar bersama. Sebelum aku pergi, kukecup keningnya beberapa saat."Semoga Opa baik-baik saja," lirihnya."Amin," balasku lalu berpamitan dan segera mengantar Opa."Bang," panggil Aditya tetapi aku tidak menjawab. Kese

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status