Share

Bab 73

Author: Tiffany
last update Huling Na-update: 2025-07-25 22:45:39

Mentari pagi menyelinap perlahan melalui celah-celah tirai tipis yang tergantung di jendela rumah baru milik Sadewa dan Alika. Sinar lembutnya menyentuh lembut dinding-dinding berwarna krem dan lantai kayu yang hangat, menambah suasana tenang namun penuh makna di pagi itu. Aroma harum melati yang tergantung di berbagai sudut rumah menyatu bersama semilir angin, menciptakan nuansa damai yang terasa hampir sakral. Rumah itu kini tidak hanya sekadar tempat tinggal, tetapi telah menjadi panggung utama untuk sebuah peristiwa besar—hari yang akan mengukuhkan kembali cinta yang telah bertumbuh dan bersemi, dalam bentuk pernikahan yang diulang, bukan karena keterpaksaan, melainkan karena cinta sejati yang telah tumbuh begitu dalam dan tulus di antara mereka.

Pagi itu, Alika membuka matanya lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari yang baru muncul menyentuh wajahnya dengan lembut, membuat kulitnya tampak berkilau alami. Rambut panjangnya yang masih terurai acak-acakan setelah tidur malam yang
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
madul
lnjutt thor
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 145 end

    Bab: Sandiwara yang TerbongkarSetelah penangkapan Bagas, semua meredam sejenak dan kehidupan normal Sadewa dan Alika berjalan normal. Kebahagiaan kembali dirasakan.Hari ini, suasana pagi itu tidak lagi sama.Langit Jakarta berwarna kelabu, menurunkan gerimis tipis yang menggantung di udara seperti kabut muram. Di halaman depan kantor pusat Baskoro Group, puluhan wartawan sudah memenuhi pagar, menyorotkan kamera, dan berteriak memanggil satu nama yang kini menjadi pusat perhatian: Nyonya Letta Baskoro.Namun di balik kilatan kamera dan suara gaduh itu, hanya terdengar langkah kaki berat dari arah pintu utama gedung — langkah para petugas kepolisian yang membawa berkas-berkas tebal, disusul dengan seorang perempuan bergaun mahal yang wajahnya mulai hancur oleh air mata dan amarah.“Tidak! Tidak mungkin!” jerit Letta, suaranya parau dan bergetar. “Kalian tidak bisa menuduh saya seperti ini! Semua ini fitnah! Saya istri Tuan Baskoro! Saya punya hak atas semua ini!”Ia meronta, berusaha

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 144

    Bab: Bayangan di Balik JeritanHening.Namun bukan hening yang menenangkan — melainkan hening yang menggigit, membungkam napas, dan membuat waktu terasa macet di antara detik yang panjang.Alika masih duduk di kursi kayu itu, tangannya terikat di belakang, kulit pergelangannya memerah dan lecet oleh gesekan tali kasar. Cahaya lampu di langit-langit bergetar pelan, seperti sedang menahan napas bersama dirinya.Bagas masih berdiri di depan, tubuhnya tegap tapi goyah — seperti seseorang yang berjuang menahan kegilaan yang hampir tumpah. Di tangan kanannya, kain hitam itu terlipat rapi, sedangkan di tangan kirinya ia memegang pita plastik, mengelusnya perlahan seolah sedang menenangkan diri.Suara tetesan air dari pipa bocor di sudut ruangan masih terdengar. Ritme lambatnya seperti jam pasir yang menghitung waktu menuju kehancuran.“Bagas,” suara Alika memecah hening itu, pelan, datar, tapi cukup untuk membuat laki-laki itu berhenti.Ia mengangkat wajahnya, menatapnya dengan mata merah ya

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 143

    Bab Terjebak dalam Bayangan BagasUdara yang menusuk dingin menyambut Alika ketika kelopak matanya perlahan terbuka. Napas pertamanya terasa berat dan getir, seolah udara di sekelilingnya membawa aroma karat dan debu yang melekat di dinding. Cahaya redup dari lampu kuning pucat bergetar pelan di langit-langit ruangan, menciptakan bayangan yang menari-nari samar di dinding bata yang sudah terkelupas. Suara gemericik air menetes di suatu sudut, lambat, ritmis, dan memantul di seluruh ruangan yang hening.Ia mencoba memfokuskan pandangan, dan barulah menyadari keadaan dirinya. Tali kasar menjerat kuat kedua pergelangan tangannya di belakang kursi kayu tua, membuat kulit di bawahnya perih dan memerah. Kakinya pun terikat, meski tidak seketat tangan, cukup untuk membuatnya sulit bergerak. Tubuhnya terasa berat, lidahnya kering, dan kepalanya berdenyut. Ia tahu efek obat yang diberikan Bagas tadi belum benar-benar hilang dari sistem tubuhnya.Alika menarik napas panjang, mencoba mengatur de

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 142

    Bab: Dalam Cengkeraman ObsesiPelukan Bagas pada tubuh Alika semakin erat, seakan ia hendak menanamkan keyakinan pada dirinya sendiri bahwa kali ini ia tidak akan lagi kehilangan perempuan itu. Kedua lengannya mengunci rapat, menolak segala kemungkinan Alika bisa melepaskan diri. Tubuh perempuan itu nyaris tak berdaya, berat seakan tidak lagi memiliki tenaga untuk menolak. Langkah kaki Bagas terdengar berat, namun setiap hentakannya mengandung kepastian. Suara dentum sol sepatunya bergema pelan di lantai ruangan yang sunyi, memantul ke dinding yang putih dingin, lalu hilang dalam keheningan yang terasa mencekik.Pintu belakang ruang periksa ia dorong perlahan. Gerakannya hati-hati, seperti seekor hewan buas yang menyelinap keluar dari sarangnya, memastikan tak ada mata lain yang menyaksikan. Matanya liar, bergerak cepat dari sisi ke sisi, penuh kewaspadaan namun juga menyimpan semangat yang membara. Pandangan itu bukan lagi pandangan seorang pria waras, melainkan tatapan seseorang yan

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 141

    Bab: Jerat Obsesif BagasRuang periksa itu diliputi keheningan yang begitu menekan. Hanya ada dengung monoton mesin pendingin di langit-langit yang sesekali terdengar beradu dengan detak jarum jam di dinding. Bau antiseptik yang tajam menusuk hidung, bercampur dengan aroma obat-obatan yang menempel pada udara. Suasana itu kaku, dingin, seolah menyelimuti setiap sudut ruangan dengan ketegangan yang tak terlihat.Alika duduk bersandar lemah di kursi periksa, tubuhnya tampak ringkih meski ia berusaha menegakkan bahu agar tidak terlihat kalah. Wajahnya pucat, rahang tegang menahan rasa pusing yang semakin menusuk kepala. Kelopak matanya terasa berat, pandangannya mulai berkunang-kunang, seperti dunia di sekelilingnya sedang goyah. Nafasnya sedikit lebih cepat, dadanya naik turun dengan ritme yang tidak stabil, namun ia tetap mencoba mengatur diri agar terlihat tenang di depan pria yang kini berdiri di hadapannya.Pria itu, Bagas, berdiri tidak jauh. Sorot matanya tak pernah lepas dari tub

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 140

    Bab: Rasa Aneh yang MerambatRuang periksa itu kembali diliputi keheningan yang menyesakkan. Cahaya putih lampu neon menyinari setiap sudut ruangan, begitu terang namun justru menambah kesan dingin dan kaku. Bau antiseptik menusuk tajam, bercampur dengan hawa dingin dari pendingin ruangan yang terus berputar tanpa belas kasih. Suasana yang seharusnya menenangkan malah terasa seperti jeruji tak kasatmata, menahan napas siapa pun yang berada di dalamnya.Di ruangan itu, hanya ada dua sosok yang saling berhadapan: Alika dan Bagas. Jarak fisik mereka tidak jauh, hanya dipisahkan meja dan kursi yang sederhana, namun jarak batin yang membentang terasa amat luas, nyaris tak terjembatani.Alika mengangkat gelas yang baru saja diberikan Bagas. Cairan bening di dalamnya tampak biasa saja, tanpa aroma yang aneh, tanpa warna yang mencurigakan. Dengan gerakan tenang, ia meneguk sedikit saja—hanya sekadar membasahi bibirnya—lalu meletakkannya kembali di atas meja. Tidak ada ekspresi lega, tidak ada

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status