Share

Kau takut padaku?

Author: Tiffany
last update Last Updated: 2025-06-09 08:29:52

Mendengar berita tentang Bagas tentu saja membuat Alika terkejut, dia hanya mampu menggigit bibir bawahnya untuk beberapa waktu

"Tapi sepertinya mas Bagas baik-baik saja, buktinya nyonya muda bisa ada disini tadi." Dan bik Sri terlihat melanjutkan pekerjaan nya, tidak lagi melanjutkan obrolan mereka tentang keluarga Baskoro.

Alika diam memilih menatap punggung bik Sri untuk beberapa waktu, dia kemudian menyentuh perutnya secara perlahan. Mendengar ucapan bik Sri yang mengatakan Bagas baik-baik saja membuatnya sedikit lega, tapi meskipun begitu dia tidak paham kenapa ada perasaan aneh saat dia menyentuh perut nya barusan. Perut itu sudah tidak lagi sedatar biasanya, sudah sedikit maju dan menonjol, entah Alika tidak paham berapa usia kandungannya. Untung nya kehamilan nya tidak terlalu mencolok dengan berbagai macam ngidam aneh-aneh yang dia dengar seperti kebanyakan ibu hamil, Alika pikir anak di perut nya seolah-olah memahami tentang perasaan nya dan diri nya. Anak di dalam perut ny
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 105

    Bab — Cahaya Baru di Rumah MerekaPagi itu, Sadewa membuka matanya lebih dulu, sebelum cahaya matahari sepenuhnya menembus celah tirai kamar. Udara terasa lembut, hangat, bercampur dengan aroma khas rumah yang tenang. Ia membalikkan tubuhnya sedikit, pandangannya langsung jatuh pada wajah Alika yang masih tertidur dengan damai. Nafas istrinya naik turun teratur, lembut, seakan sedang mengiringi lagu pagi yang penuh ketenangan.Senyum kecil muncul di wajah Sadewa. Ada rasa syukur yang kembali menyeruak, seperti setiap pagi sejak kabar kehamilan itu mereka terima. Bedanya, kali ini ia bisa melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana perubahan kecil demi kecil yang terjadi pada istrinya saat pertama kali hamil. bagaimana Alika kini mulai mengeluh mual atau terkena morning sickness akibat menampung kehidupan baru, buah cinta mereka.Sebab dulu saat Alika hamil Langit, istri nya sama sekali tidak pernah mengeluh. Lebih tepatnya, Alika tidak berani mengeluh mengingat bagaimana pernikahan a

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 104

    Bab — Bayangan Masa LaluBagas berdiri di samping mobil, tubuhnya goyah seakan kehilangan keseimbangan. Nafasnya berat, tersengal, seolah ada sesuatu yang menghimpit dadanya begitu kuat. Keringat dingin mulai merembes di pelipis meski sore itu udara tidak terlalu panas.“Pak, Anda baik-baik saja?” Rio kembali mengulang, kali ini suaranya lebih mendesak.Bagas tidak langsung menjawab. Ia hanya berdiri mematung, matanya kosong menatap lantai parkiran yang dipenuhi garis cat putih dan hitam. Dunia seakan berputar, membuatnya nyaris kehilangan pijakan.Alika.Nama itu bergaung begitu keras di dalam kepalanya, menggema tanpa henti, menusuk setiap sudut kesadarannya. Sosok perempuan itu muncul lagi setelah bertahun-tahun ia berusaha menyingkirkannya dari hidup. Perempuan yang seharusnya ia jaga, yang seharusnya ia cintai… tetapi justru ia hancurkan dengan tangan dan kesalahannya sendiri.Dan anak itu.Bayangan wajah bocah kecil yang berdiri di samping Alika tadi kembali mengoyak batinnya. A

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 103

    Bab — Pertemuan yang Tidak DiundangMalam belum tiba, tetapi langit kota sudah mulai memudar warnanya. Sisa cahaya matahari yang menempel di dinding-dinding gedung tinggi perlahan ditelan oleh bayangan panjang, meninggalkan kesan senja yang redup di antara gemerlap lampu-lampu jalan yang mulai menyala. Bagas menatap arlojinya untuk kesekian kali. Jarum jam menunjukkan pukul setengah tiga.Pertemuan dengan salah satu investor seharusnya berlangsung siang ini, di restoran sebuah hotel berbintang di pusat kota. Namun, agenda berubah. Investor itu mendadak menunda hingga malam, alasan yang diberikan sederhana—urusan mendesak dengan klien luar negeri. Bagas tidak bisa berbuat banyak selain menyesuaikan diri, meski dalam hati ia merutuk jadwal yang berantakan.Ia sudah terlanjur berada di sekitar kawasan hotel. Perjalanan dari kantor menuju sini memakan waktu, dan kembali lagi hanya untuk menunggu akan terasa mubazir. Perutnya juga belum diisi sejak pagi, hanya ditopang oleh secangkir kopi

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 102

    Bab — Rapat yang KosongPagi itu, cahaya matahari merambat perlahan menembus kaca jendela tinggi di lantai sepuluh gedung perusahaan cabang Baskoro. Kota di bawah sana masih padat dengan deru kendaraan, suara klakson, dan hiruk-pikuk manusia yang bergegas menuju tujuan masing-masing. Namun semua itu hanya terdengar sayup, nyaris lenyap di balik kedapnya kaca modern. Yang tersisa hanyalah siluet jalanan, laju mobil yang tampak seperti semut kecil dari ketinggian, serta bayangan gedung-gedung lain yang berbaris kaku.Di dalam ruang rapat, udara begitu berbeda. Pendingin ruangan berdesis pelan, meniupkan hawa dingin yang menusuk kulit, meninggalkan sensasi kaku dan formalitas yang tak bisa dihindarkan. Kursi-kursi kulit hitam berjajar rapi mengelilingi meja panjang berbentuk oval, permukaannya mengilap karena dipoles setiap pagi oleh petugas kebersihan. Di atas meja, tumpukan berkas, map tebal, botol air mineral, dan laptop yang terbuka memenuhi pandangan.Bagas duduk di kursi paling ten

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 101

    Bab — Kebahagiaan yang Tak TerlukiskanLangkah-langkah Sadewa terasa begitu ringan, hampir seakan melayang, seolah seluruh beban yang selama beberapa hari terakhir menekan dadanya—rasa khawatir, takut, dan gelisah—lenyap begitu saja dengan kabar yang baru saja mereka terima. Bersama Alika, ia keluar dari ruang dokter, meninggalkan aroma antiseptik yang sebelumnya terasa menusuk dan menekan setiap napas, kini seolah berubah menjadi latar samar yang tak lagi penting. Wajahnya masih basah oleh sisa air mata, tetapi kali ini bukanlah air mata yang lahir dari rasa cemas, melainkan dari kebahagiaan yang begitu meluap hingga sulit ia tahan.Tangannya tidak pernah melepaskan genggaman Alika, malah semakin erat seakan takut kabar yang baru saja mereka dengar hanyalah mimpi yang bisa menghilang dalam sekejap. Setiap langkah Alika diperhatikannya dengan sangat teliti, hampir sampai pada titik Sadewa menunduk hanya untuk memastikan pijakan kaki istrinya aman, tidak tergelincir, tidak tersandung.

  • Dinodai adiknya, dinikahi kakaknya   Bab 100

    Bab — Kabar yang Menggetarkan JiwaSadewa menuntun Alika masuk ke dalam ruangan dokter dengan langkah hati-hati, seakan setiap gerakan bisa mempengaruhi keadaan istrinya. Pintu ruangan itu tertutup pelan di belakang mereka, meninggalkan keramaian lorong rumah sakit yang penuh dengan suara bercampur aduk. Kini yang tersisa hanyalah ruangan berukuran sedang dengan aroma antiseptik yang lebih kuat, dilengkapi meja kerja kayu, kursi pasien, serta berbagai peralatan medis yang tersusun rapi di rak-rak putih.Seorang dokter perempuan paruh baya, berwajah ramah dengan kerudung rapi, menyambut mereka dengan senyum profesional yang hangat. “Silakan duduk,” ucapnya sembari menunjuk kursi pasien yang berada di hadapannya.Sadewa segera membantu Alika duduk. Ia masih menggenggam tangan istrinya erat, bahkan ketika Alika sudah berada di kursi, jemarinya enggan terlepas. Dokter itu menatap mereka sejenak, lalu mulai membuka catatan medis di meja.“Baik, Ibu Alika,” suara dokter terdengar tenang, me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status