“Ayo ke penginapan,” ujar Illarion mengakhiri pesta mereka.
Kamar tersedia di penginapan yang ada, hanya sebuah bilik sempit dengan tempat tidur tingkat, sedangkan penginapan lain sudah penuh. Tampaknya banyak pendatang yang turut menikmati perhelatan akbar yang diadakan sekali setahun di Kerajaan Anaraka.
Illarion mengurut pelipisnya, ‘harum vanilla dan sebuah kamar sempit bukanlah perpaduan yang bagus’. “Aku keluar dulu, jika kau mengantuk tidurlah duluan,” pamit Illarion, meninggalkan Amanda sendirian di penginapan tanpa sempat gadis itu bertanya.
Sepertinya ini kali pertama Illarion Black tak bisa menahan hasratnya, libidonya semakin meningkat saat bayangan gadis itu terus menari di kepalanya. ‘ Dukung penulis dengan VOTE dan bintang 5 ya
⭐⭐⭐⭐⭐ Di tunggu komentarnya kak ^^
Alih-alih menjawab, Illarion tertegun melihat surai ungu lembut itu. 'Apa si mata amethyst sudah tidur?' batinnya. Melihat pria di depannya tak menolak, Kitty serasa mendapat angin segar untuk merayu 'Tuan' barunya. Ditariknya pria itu ke sebuah sofa dalam ruangan yang hanya diberi penyekat kain. "Minumlah, anggap saja ucapan selamat datang," ucap Kitty seraya menyodorkan segelas minum keras. Illarion malah memerintah wanita itu balik. "Minum." “Ah sungguh mendominasi … hhh ,” ujar Kitty mendesah-desah, gadis itu kemudian minum dengan gaya yang terkesan sangat dibuat-buat, tujuannya sudah tentu untuk merayu Pangeran Hitam. ‘
Illarion masih terlelap. Terakhir kali ia tertidur nyenyak seperti saat ini ketika ia belum genap berumur sepuluh tahun. Benar-benar nyenyak hingga tak menyadari saat ‘teman tidurnya’ sudah terbangun sedari tadi dan menangis dalam hening. Tak lama Amanda bangkit dari ranjang itu, dan tertatih-tatih menuju kamar mandi. Inti tubuhnya masih perih, Illarion bermain sangat kasar padanya semalam. Isak tangis dan derai air mata Amanda semalam tak diindahkan Illarion Black. Tak ada bedanya dengan pertama kali ia melakukannya dulu. Tapi kali ini lebih menyakitkan Amanda, karena hatinya ikut hancur berkeping-keping. Jika dahulu Amanda melakukannya karena ‘kewajiban’ semata, tanpa tahu anggapan suami sahnya itu padanya. Sekarang ia tahu, dirinya hanya seorang ‘pelac
“Aku minta maaf tentang adikku,” ucap Amanda saat menunggangi kuda berdua dengan Illarion menuju ibu kota. “Aku tak menyangka ia akan bertindak seperti itu.” Kembali Amanda merasa bersalah karena sudah berbohong pada Illarion Black. Ia sudah mengetahui kalau Gisella akan berbuat sejauh itu, tapi perlakuan adik tirinya benar-benar meninggalkan rasa takut yang mendalam pada diri Amanda, hingga ia tak berani menentangnya. Namun, perlakuan Pangeran Hitam terhadap Gisella beberapa waktu lalu cukup membantu Amanda mengurangi rasa takutnya pada gadis bersurai sewarna tembaga itu. Illarion menanggapi hal itu dengan diam, tapi pertentangan terjadi di hatinya. ‘Tidak menyangka? Itu ‘adikmu’ sungguh aneh jika kau tak bisa menebak kelakuannya. Dan siapa yang bisa percaya perkataan yang seperti buaian semata itu? Tapi kenapa aku ingin menerima kebohongan i
Andreas begitu senang melihat kedatangan Pangeran Hitam. Hilangnya pria itu tiga hari yang lalu meninggalkan banyak tanya bagi para kolega dan petinggi istana. Tapi semua itu berhasil diredam oleh Jendral pasukan berkuda itu, hingga tak ada yang curiga bahwa Illarion pergi melarikan diri dan terluka parah. “Anda tidak apa-apa Tuan? Kenapa Anda pergi begitu tiba-tiba?” tanya Andreas bertubi-tubi, rasa penasaran bercampur khawatir mendesaknya melontarkan berbagai hal itu ke Pangeran Hitam. "Aku tidak apa-apa," jawab Illarion sambil membantu Amanda turun. "Balik lah ke kamarmu dulu," ujar pria bersurai hitam itu sambil membuang kelopak bunga yang menyangkut di puncak kepala Amanda, perlakuan manis itu tak lepas dari pandangan aneh Andreas. Andreas tertegun, 'jadi benar mereka pergi berdua?'
Waktu makan malam tiba, Pangeran Hitam dan Ratu Zaina terlihat berjalan bersama menuju ruang makan. Para pengawal dan pelayan melihat mereka seakan takjub, sosok Ratu Zaina sangat cocok bersanding dengan Pangeran Hitam. Ratu Zaina memiliki fisik yang tinggi untuk seorang wanita, dengan ukuran tubuh yang semampai itu ia berada tepat di bawah dagu Pangeran Hitam, membuat mereka secara raga ditakdirkan satu sama lain. Persis seperti pasangan dewa-dewi dari kuil Yunani. Amanda berdiri beberapa langkah tak jauh dari Pangeran Hitam dan Ratu Zaina. Hatinya cukup teriris perih saat beberapa pelayan yang ia dengar membicarakan kedua orang itu. “Ah betapa cocoknya.” “Benar-benar pasangan yang serasi, mereka seperti ditakdirkan berdua.” “Aku berharap mereka berakhir berdua, kud
“Itu hal yang sangat menguntungkan Kerajaan Eden,” sahut Illarion. “Sekaligus bencana,” timpal Ratu Zaina. “Beberapa kerajaan tetangga mulai mengincar rahasia pengobatan Eden, bukan hanya para tabib, dan kitab, tapi juga sumber daya alam kami yang penuh dengan tumbuh-tumbuhan obat. Negeriku terkenal dengan armada lautnya yang kuat, tapi di darat kami tak bisa begitu mengandalkan kekuatan militer. Karena itu militer Anarka yang terkenal mampu melibas siapapun membuatku sangat tertarik. Aku memilih Anda untuk melindungi kami.” “Sayang kau tak memilih Landyork,” protes pura-pura Apollo. “Bukankah memilih yang terkuat adalah suatu keharusan?” tanya Ratu Zaina balik tanpa membalas hal itu sebagai suatu candaan. Menanggapi pernyataan Ratu Zaina, Ill
"Jadi hanya karena perjanjian belaka," gumam Ratu Zaina sambil mengerlingkan matanya ke arah Amanda. Kembali gadis itu buru-buru menunduk. Entah sudah berapa kali Amanda tertangkap mata oleh Ratu Zaina, menatap pria berambut kelam di saat Illarion tak melihatnya. Saat pagi tiba, seperti biasa Amanda menuju gazebo taman utara Istana Hitam untuk sarapan bersama. “Amanda!” sapa Apollo hangat. Hanya pria itu sendirian, berdiri dengan tangan melambai-lambai. Makanan sudah dihidangkan dan masih hangat. Menangkap ekspresi bingung dari wajah Amanda, Apollo langsung menjelaskan. “Pangeran Hitam dan Ratu Zaina diminta menghadap ke istana utama, menemui Baginda Raja.” “Oh …,” jawab Amanda singkat.
Ratu Zaina tertawa, “kau membuatku terkejut. Kukira Ratu Minerva memberikan pembantunya untuk dinikahi oleh Pangeran Hitam.” “Aku sih tidak keberatan kalau pembantu itu secantik Amanda, tapi tentu saja Amandaku adalah seorang putri bangsawan,” sergah Pangeran Apollo yang hendak meletakan tangannya di bahu Amanda. Namun gagal, tangan gadis itu langsung ditarik oleh Pangeran Hitam, hingga Amanda terseret beberapa langkah dari tempatnya. “Amandaku,” desis Illarion pelan. “Bergunjing dengan teman saat pelajaran memanah itu tak baik, aku akan membantumu mengingatnya,” sindir Illarion sambil mengukung Amanda dari belakang. Meraih tangan gadis yang jauh lebih mungil dari ukuran tangannya untuk menggenggam lengkungan busur, dan tangan lainnya ikut mengarahkan untuk menarik tarik busur.