Share

BAB 120 : JALAN-JALAN

Penulis: Langit Parama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-23 08:02:12

Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui celah gorden kamar. Di ranjang besar itu, Daryan sudah lebih dulu terbangun. Ia berbaring menyamping, menatap wajah istrinya yang masih terlelap dengan napas teratur.

Beberapa detik kemudian, bulu mata Savana bergetar pelan, lalu matanya terbuka perlahan.

Dan hal pertama yang menyambutnya ... senyuman Daryan.

“Pagi, sayang,” sapa pria itu, suaranya serak dan berat.

Savana yang masih setengah mengantuk langsung terjaga sepenuhnya. Bola matanya berbinar seketika.

“Ada apa nih, manggil sayang segala?” tanyanya curiga, tapi senyumnya susah ditahan.

Daryan terkekeh pelan, tangannya terulur menyentuh ujung rambut istrinya. “Lho, kenapa? Salah, ya, manggil istri sendiri pake sebutan sayang?”

“Enggak salah sih,” gumam Savana pelan sambil memutar badannya menghadap Daryan. “Tapi siapa tahu, mas lagi ada maunya.”

“Maunya?” Daryan mengernyit pura-pura bingung, lalu menyeringai kecil. “Mau kamu, iya. Tapi ... mau ngajak kamu mandi bareng juga.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 123 : MOMEN HEBOH DI KAMPUS

    Udara dingin dari pendingin ruangan menyambut langkah kaki mereka. Setelah belanja dan makan siang di luar, keduanya memutuskan untuk kembali ke penthouse dan beristirahat. Savana meletakkan paper bagnya di sofa, lalu berjalan ke wardrobe untuk mengganti baju dan merebahkan diri. Sementara itu, Daryan masuk ke kamar mandi, masih dengan kemeja putih dan celana jeans yang belum sempat diganti. Di atas ranjang, Savana duduk santai sambil membuka layar ponsel—membalas beberapa pesan masuk dan sesekali mengecek tugas yang belum terselesaikan. Saat itulah suara dering tiba-tiba memecah keheningan. Savana memandangi layar ponsel Daryan yang berada di atas nakas. Pandangannya berubah ragu. Panggilan masuk dari ibu mertuanya. Tangannya hendak meraih ponsel itu, setengah ragu untuk menjawab atau hanya melihat. Tepat saat jarinya menyentuh ponsel, suara pintu kamar mandi terbuka. “Mas,” panggil Savana cepat. “Mama nelpon.” Daryan mengusap rambutnya yang masih setengah basah sambil mengena

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 122 : BELLA NYINYIR

    Bella akhirnya melangkah mendekat, mencoba tersenyum walau jelas sorot matanya penuh ketegangan. "Eh, Savana ... ternyata kamu yang di sini. Aku hampir gak ngenalin, kamu berubah banget," ujarnya, nadanya dibuat-buat ramah. Savana tetap tersenyum, walau bisa merasakan maksud lain di balik sapaan itu. "Iya, makasih. Semoga berubahnya ke arah yang baik." Bella tertawa kecil, matanya melirik tas-tas mahal yang sedang dibungkus staf butik. “Wah … belanja banyak banget. Daryan gak takut kartu kreditnya jebol?” Daryan akhirnya menoleh dengan seringai tipisnya, matanya tajam tapi santai. “Tidak juga. Kartu kreditnya khusus buat istri saya. Kalau jebol, saya tinggal tambah limitnya.” Savana menunduk menahan senyum karena sang suami membelanya, sementara Bella terdiam beberapa detik. Tapi dia tak mau kalah. “Duh, sekarang susah banget ya ketemu kamu, Dar. Kamu jadi misterius. Semalem bahkan pesta di rumah tante Gina, kamu gak dateng, padahal semua orang nunggu kamu.” Daryan menjawab ten

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 121 : KE MALL

    Setelah sarapan dan berganti pakaian, Daryan dan Savana keluar dari penthouse, kali ini hanya berdua. Tanpa sopir seperti biasa. Hanya mereka dan dunia luar yang perlahan mulai terasa lebih hangat. Sepanjang perjalanan menuju mall, Savana tak berhenti melirik ke arah suaminya yang mengemudi dengan satu tangan, sementara tangan satunya menggenggam jemarinya erat. “Mas … serius gak salah jalan?” tanyanya ragu. “Serius. Saya hafal rutenya. Fokus aja jadi istri manis hari ini.” Savana terkekeh pelan mendengar jawaban suaminya, matanya berbinar. “Istri manis, ya? Nanti aku tagih belanjaan, loh.” “Silakan,” sahut Daryan santai, tanpa beban. Begitu tiba di mall, Daryan membuka pintu untuk Savana dan meraih tangannya tanpa ragu. Mereka berjalan beriringan, melewati toko-toko dan deretan butik mewah. Tangan mereka tak pernah lepas. Beberapa orang sempat menoleh ke arah pasangan itu. Pria bertubuh tinggi dengan wajah dingin tapi selalu tersenyum setiap menatap perempuan di sampingnya. Da

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 120 : JALAN-JALAN

    Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui celah gorden kamar. Di ranjang besar itu, Daryan sudah lebih dulu terbangun. Ia berbaring menyamping, menatap wajah istrinya yang masih terlelap dengan napas teratur. Beberapa detik kemudian, bulu mata Savana bergetar pelan, lalu matanya terbuka perlahan. Dan hal pertama yang menyambutnya ... senyuman Daryan. “Pagi, sayang,” sapa pria itu, suaranya serak dan berat. Savana yang masih setengah mengantuk langsung terjaga sepenuhnya. Bola matanya berbinar seketika. “Ada apa nih, manggil sayang segala?” tanyanya curiga, tapi senyumnya susah ditahan. Daryan terkekeh pelan, tangannya terulur menyentuh ujung rambut istrinya. “Lho, kenapa? Salah, ya, manggil istri sendiri pake sebutan sayang?” “Enggak salah sih,” gumam Savana pelan sambil memutar badannya menghadap Daryan. “Tapi siapa tahu, mas lagi ada maunya.” “Maunya?” Daryan mengernyit pura-pura bingung, lalu menyeringai kecil. “Mau kamu, iya. Tapi ... mau ngajak kamu mandi bareng juga.

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 119 : MEMBAKAR KONTRAK

    Sore itu, Savana duduk bersila di sofa ruang tengah, laptop terbuka di pangkuannya dengan deretan tugas yang masih harus ia susun ulang. Rambutnya dicepol asal ke atas membuat jejak merah semalam jelas terlihat. Wajahnya serius sekali menatap layar, sesekali menggigit ujung pulpen sambil berpikir keras. Ia tak menyadari suara pintu yang terbuka pelan. Tak juga menyadari langkah kaki yang perlahan semakin dekat. Daryan berdiri beberapa langkah di belakangnya, mengamati diam-diam wanita yang kini sudah benar-benar menjadi bagian hidupnya. Matanya lembut, senyum kecil menghiasi bibirnya saat melihat Savana yang terlihat begitu fokus dan tenang. Lalu, perlahan, Daryan menunduk dan memeluk tubuh sang istri dari belakang. Savana sedikit terlonjak. “Mas!” serunya, tapi tidak marah, justru suaranya terdengar manja dan kaget bercampur geli. “Kenapa kaget?” Daryan berbisik lembut di telinganya. “Kamu terlalu fokus, sampai gak sadar suami kamu pulang.” Savana tersenyum kecil, wajahnya bers

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 118 : MERAH DI LEHER

    Savana langsung mendorong pelan tubuh Daryan menjauh darinya, rona wajahnya berubah gugup seketika saat melihat ibunya berdiri di ambang pintu. “M-ma … i-ini … bukan seperti yang mama pikir ....” Namun sebelum Savana sempat menyelesaikan kalimatnya, Daryan menyela dengan santai, bahkan terlalu santai. “Maaf, Ma. Saya yang tidak tahu tempat.” Savana membelalak, menoleh kaget ke arahnya. “Mas….” desisnya pelan. Tapi Daryan hanya tersenyum sekilas. “Mama ke sini sendiri?” Hana mengangguk pendek, ekspresinya masih menyimpan keterkejutan sejak melihat pemandangan privasi sepasang suami-istri barusan. Daryan melirik jam di tangan kirinya. “Sepertinya saya harus berangkat ke kantor sekarang. Kalau begitu, saya pamit dulu.” Daryan melangkah pergi tanpa tergesa, pembawaannya tenang dan penuh wibawa. Ia meninggalkan keduanya di depan pintu penthouse, seakan tahu ini urusan ibu dan anak yang tak boleh ia ganggu lebih jauh. Begitu pintu tertutup, Savana menghela napas panjang dan menatap

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status