Share

BAB 188 : DOKTER ARFAN

Author: Langit Parama
last update Last Updated: 2025-08-23 08:12:17
Pagi itu, masih di rumah sakit. Daryan duduk sendiri di ruang konsultasi yang masih sepi. Jari-jarinya saling menggenggam erat di atas pangkuan, matanya menatap kosong ke arah meja dokter. Pagi ini langit sedikit mendung, serupa dengan suasana hatinya.

Pintu terbuka. Dokter Kenari masuk sambil membawa map rekam medis, lalu duduk di kursinya dengan senyum profesional yang samar.

“Maaf menunggu, Tuan Daryan,” sapanya lembut.

Daryan hanya mengangguk pelan.

“Bagaimana keadaan istri saya?” tanyanya langsung, suaranya rendah dan cemas.

Dokter Kenari membuka mapnya, membaca sebentar lalu menatap Daryan.

“Secara fisik, istri Anda ... Nyonya Savana menunjukkan pemulihan yang cukup stabil. Tidak ada komplikasi besar pasca operasi, dan tekanan darahnya sudah mulai turun ke angka yang lebih baik. Tapi …,” Dokter itu ragu sejenak. “Secara emosional, dia mengalami trauma yang cukup berat.”

Daryan mengangguk pelan, tak sanggup berkata-kata.

“Dia kehilangan bayi yang sangat dinantikann
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
astaghfirullah,,, dokter edan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 198 : ALAT PENYADAP

    “Nelpon sama siapa dia tengah malam begini?” gumam Daryan dengan kening mengerut, matanya fokus pada layar iPad yang menampilkan rekaman CCTV di kamar istrinya—Savana tengah menerima panggilan dan tampak merasa lebih tenang setelah menerima panggilan tersebut. “Apa teman kampusnya itu?” gumam Daryan lagi. Ia melipat kedua tangan di dada, lalu meraih ponsel dan mencari kontak Revanza. Tak butuh waktu lama, Revanza langsung menjawab panggilan Daryan. “Ada apa, Dar?” suara di seberang sana terdengar berat dan serak, Daryan tahu temannya itu pasti baru saja menerima nafkah batin dari istrinya. “Kalau sibuk, aku telepon besok lagi, Za,” kata Daryan dengan nada rendah, sudah menurukan ponselnya untuk memutuskan panggilan. Tapi belum sempat, Revanza langsung menjawab cepat. “Nggak, Dar. Aku udah selesai. Kalau penting, ngomong aja.” Daryan menunduk sejenak, lalu mengangkat kepalanya dan mulai mengatakan maksudnya menghubungi temannya itu. “Aku butuh alat penyadap di kamar istriku,

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 197 : BUKAN KLINIK, TAPI TAMAN

    Suara detak jam dinding menemani ruang praktik malam itu sekitar pukul sembilan malam. Seorang wanita paruh baya duduk di hadapan Arfan, matanya sembab, menyeka air mata dengan tisu yang sejak tadi tak lepas dari genggaman. “Saya gak tahu lagi harus bagaimana, dok. Suami saya sudah tujuh tahun meninggal, anak-anak sibuk dengan keluarga masing-masing. Saya cuma ... ngerasa kosong,” lirih wanita itu, suaranya bergetar. Arfan mengangguk pelan, mencatat sesuatu di notes-nya. “Perasaan itu valid, Bu. Kesepian memang bisa menggerogoti mental, apalagi kalau tidak dibagi dengan siapa pun.” Wanita itu hanya mengangguk. Arfan tersenyum tipis, mencoba menenangkan. “Kita bisa mulai dari rutinitas baru. Hal-hal kecil yang bisa bikin Ibu merasa ‘ada’. Kita atur sesi lanjutan minggu depan, ya?” Saat wanita itu berdiri dan mengucap terima kasih pelan, Arfan membalas dengan ramah. Namun sesaat setelah pintu ruang praktik tertutup kembali, ponselnya yang tergeletak di atas meja bergetar dua kal

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 196 : DARYAN CEMBURU?!

    Daryan masih berdiri mematung di depan lift yang baru saja tertutup, seolah jiwanya ikut terkunci di balik pintu logam itu. Napasnya berat, bahunya turun naik. Sementara itu, Hana perlahan menghampiri, diikuti Ameer yang menatap menantunya dengan rasa bersalah. “Daryan,” panggil Hana pelan, menyentuh lengannya dengan hati-hati. Pria itu menunduk, tak mampu menatap siapa pun. “Savana ... bahkan gak mau lihat saya, Ma. Dia bener-bener marah sama saya.” Hana menggenggam lengan Daryan lebih erat, lalu memaksanya menatapnya. “Dengar, Nak. Savana bukan marah sama kamu. Dia cuma ... belum selesai berduka.” “Tapi saya suaminya. Saya yang seharusnya jadi tempat dia bersandar. Kenapa malah saya yang dia benci?” suara Daryan bergetar, mengandung luka yang dalam. Hana menatap Daryan dengan mata yang basah, tapi tetap tegar. “Karena kamu tempat paling aman buat dia, Daryan. Justru karena kamu yang paling dia percaya, makanya dia berani menunjukkan luka terdalamnya di depan kamu. Itu buka

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 195 : DIANTAR ARFAN

    Mobil Arfan melaju tenang di bawah langit malam yang mulai menghitam. Di dalam kabin, suasana cukup hening, hanya suara mesin mobil dan kendaraan lain. Savana duduk di kursi penumpang samping kemudi, memandang keluar jendela pada gedung-gedung tinggi dengan sorot mata kosong. Arfan meliriknya sejenak sebelum membuka percakapan dengan hati-hati. “Nyonya,” panggilnya pelan, matanya tetap fokus pada jalan raya di hadapannya. Savana menoleh, tapi sebelum Arfan membuka suara—ia lebih dulu memotongnya. “Jangan panggil saya Nyonya, dok. Panggil aja langsung nama saya, Savana.” Arfan tersenyum kecil. “Tapi itu tidak sopan bagi saya, karena Anda kan—“ “Jika saya minta seperti itu, tolong dilakukan ya, dok? Saya gak memberi perintah, saya cuma minta aja.” Ucap Savana tegas. Arfan hanya mengangguk singkat, “Baiklah, Savana. Saya cuma mau tanya, kalau boleh tahu ... bagaimana kondisi Anda sekarang? Maksud saya, secara emosi ... keseharian? Sejak Anda meninggalkan rumah sakit kemarin

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 194 : PEMAKAMAN ELIT

    Sore itu sebuah taksi berhenti di depan pemakaman elit di pusat kota. Seorang wanita bertubuh mungil turun dengan pelan, mengenakan setelan hitam sederhana dan kacamata hitam yang menutupi matanya yang sembab. Di tangannya, sebuket bunga lili putih tergenggam erat. Savana melangkah perlahan menyusuri jalan setapak yang basah oleh embun sore. Angin berembus lembut, seakan menyambutnya dalam keheningan yang menyayat. Sesampainya di makam yang masih tampak baru, Savana berjongkok perlahan. Matanya menatap nama kecil yang terukir di nisan itu—nama yang bahkan belum sempat dipanggil dengan suara keras, belum sempat dirayakan dengan pelukan hangat. “Maaf, Nak. Mama baru bisa dateng sekarang,” bisiknya lirih, nyaris tak terdengar. Tangannya gemetar saat meletakkan bunga di atas tanah makam. Air mata yang sejak tadi ditahan, akhirnya jatuh perlahan dari sudut mata. Bahunya mulai terguncang, isaknya pecah, seakan semua luka yang ia tahan selama ini tumpah bersama tanah yang diam. “Ka

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 193 : BERHALUSINASI

    Jam di dinding kamar bernuansa putih gading milik Savana menunjukkan pukul dua dini hari. Savana masih terjaga. Duduk di ranjang dengan bantal di pangkuannya. Kamarnya gelap, hanya diterangi lampu temaram dari nakas. Tirai jendela berkibar pelan, diterpa angin malam dari celah kecil yang sengaja dibuka. Matanya kosong. Wajahnya pucat. Bibirnya kering. Tangannya perlahan menekan perutnya yang kini datar. Tak ada lagi jejak kehidupan di sana. Tiba-tiba… Tangis bayi menggema di telinganya. Samar, lalu makin jelas. Tangisan itu menusuk. Membelah udara malam yang sepi. Dan seperti biasa—itu hanya ada di kepalanya. Savana membekap mulutnya. Dadanya naik-turun. Tubuhnya bergetar hebat. “Anakku,” bisiknya, lirih sekali. “Maafin Mama. Maafin Mama, Nak.” Air matanya jatuh, membasahi bantal yang dipeluknya erat-erat. Ia memejamkan mata kuat-kuat, mencoba mengusir suara itu. Tapi tidak bisa. Tangis itu masih ada—bergaung dalam hatinya yang hancur. Ia bersandar ke dinding. Mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status