Beranda / Rumah Tangga / Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan / BAB 42 : JANGAN IKUT CAMPUR

Share

BAB 42 : JANGAN IKUT CAMPUR

Penulis: Langit Parama
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-23 08:07:22

Minah baru saja menyajikan sarapan di meja ketika Savana sampai di ruang makan. Savana duduk di kursinya seperti biasa, mengenakan kemeja hitam dan jeans, rambut dikuncir kuda. Di samping tas selempangnya, terselip apron coklat yang sudah terlipat rapi.

Daryan datang beberapa menit kemudian, duduk tanpa berkata apa-apa. Tapi matanya langsung menangkap apron itu.

“Kamu kerja pagi hari ini?” tanyanya datar.

Savana mengangguk sambil menuang teh ke cangkirnya, “Iya. Hari ini shift pagi, pulang jam dua siang.”

Daryan menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menatapnya dalam.

“Kamu tahu kamu belum pulih total. Kaki kamu masih bengkak,” ucapnya.

Savana hanya tersenyum kecil, “Saya masih bisa jalan, mas. Saya ga cocok jadi Nyonya yang diem terus di rumah, tapi cuma ngabisin duit.”

Daryan tak langsung menjawab. Tapi napasnya terasa lebih berat. Ia meletakkan sendoknya lalu berkata perlahan. “Berhenti kerja.”

Savana menoleh cepat, “Apa?”

“Saya bilang berhenti. Kamu ga perlu kerja. Fokus k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 42 : JANGAN IKUT CAMPUR

    Minah baru saja menyajikan sarapan di meja ketika Savana sampai di ruang makan. Savana duduk di kursinya seperti biasa, mengenakan kemeja hitam dan jeans, rambut dikuncir kuda. Di samping tas selempangnya, terselip apron coklat yang sudah terlipat rapi. Daryan datang beberapa menit kemudian, duduk tanpa berkata apa-apa. Tapi matanya langsung menangkap apron itu. “Kamu kerja pagi hari ini?” tanyanya datar. Savana mengangguk sambil menuang teh ke cangkirnya, “Iya. Hari ini shift pagi, pulang jam dua siang.” Daryan menyandarkan tubuh ke sandaran kursi, menatapnya dalam. “Kamu tahu kamu belum pulih total. Kaki kamu masih bengkak,” ucapnya. Savana hanya tersenyum kecil, “Saya masih bisa jalan, mas. Saya ga cocok jadi Nyonya yang diem terus di rumah, tapi cuma ngabisin duit.” Daryan tak langsung menjawab. Tapi napasnya terasa lebih berat. Ia meletakkan sendoknya lalu berkata perlahan. “Berhenti kerja.” Savana menoleh cepat, “Apa?” “Saya bilang berhenti. Kamu ga perlu kerja. Fokus k

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 41 : AKHIRI KONTRAK NIKAH

    "Ma-mas ...." suara Savana tercekat di tenggorokan. "Saya tanya, dari mana kamu?" Nada bicaranya dingin, raut wajahnya datar tanpa ekspresi. "Bi Minah ga ada kasih tahu mas? Saya udah ninggalin sticky notes di pintu kulkas, apa mungkin bi Minah ga lihat?" Tanyanya dengan nada gemetar. Melihat tatapan dingin Daryan, Savana menelan ludah. "Saya cek dulu sticky notesnya masih ada atau ga." "Tinggal jawab apa susahnya!" Nada bicara Daryan terdengar tajam membuat langkah Savana yang hendak menuju dapur terhenti, "Sekali lagi saya tanya, dari mana kamu?" “Dari luar,” jawabnya singkat. “Luar yang mana?” Daryan berdiri. Suaranya tenang tapi penuh tekanan. “Kampus? Tapi saya lihat kamu tidak bawa tas laptop." Perlahan Daryan melangkah menghampirinya. Sepasang mata elangnya yang tajam tertuju pada pakaian Savana, termasuk hoodie yang seperti menyembunyikan sesuatu di baliknya. Savana memalingkan pandangan dan berjalan mundur. Tapi, pria itu semakin mendekat, membuatnya mundur beberapa

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 40 : ORANG KAYA GABUT?

    Sore itu suasana cafe masih tenang ketika Savana melangkah masuk dengan langkah hati-hati. Kakinya masih terasa nyeri, tapi sudah jauh lebih baik dari pagi tadi. Seragam hitam dan apron coklat sudah dia kenakan dibalik hoodienya, rambut diikat rapi seperti biasa. Radja yang sedang merapikan stock cup di balik bar langsung menoleh saat mendengar suara pintu. Begitu melihat siapa yang datang, ekspresinya berubah. “Lho.” Radja memicingkan mata, keningnya mengerut. “Lo?” Savana tersenyum kecil, mencoba terlihat santai meski langkahnya belum bisa sepenuhnya normal. “Hai,” sapanya pelan, senyumnya manis. Radja berjalan pelan menghampiri, ekspresinya bingung. “Tadi pagi lo izin ga masuk kuliah, katanya sakit. Kenapa sekarang malah masuk kerja?” “Udah mendingan kok. Lagian kalau diem di rumah terus malah suntuk.” Radja menyilangkan tangan, menatapnya lama. “Savana, ini kerjaan fisik. Lo bakal berdiri lama, jalan bolak-balik. Lo yakin?” Savana hanya mengangguk kecil, “Aku butuh gerak,

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 39 : PURA-PURA SAKIT?

    Pagi itu, Minah sudah menata dua piring di meja makan lengkap dengan dua gelas jus jeruk. Daryan duduk lebih dulu, pakaiannya sudah rapi dengan setelan jas mahal berwarna abu-abu muda. Tak lama, Savana keluar dari kamar. Langkahnya pelan, sangat pelan. Kakinya yang terluka membuat langkahnya tidak bebas. Daryan yang sedang menyendok nasi goreng menoleh. Matanya langsung jatuh ke kaki Savana yang masih berbalut perban. “Masih sakit?” Savana menoleh, “Engga, cuma ga bisa jalan bener. Jadi harus pelan-pelan.” Daryan mengerutkan kening. Jelas-jelas jalannya pincang begitu, kenapa dia harus pura-pura kuat begitu? Dia mendengus pelan, tapi memilih tidak berkomentar. “Sarapan dulu. Kamu kuliah hari ini?” Savana mengangguk sambil mulai menyendok nasi ke piringnya, “Iya. Jadwal padat dari pagi. Kalau telat, bisa ketinggalan materi.” Mata Daryan kembali tertuju ke kaki Savana yang dari tadi digeser-geser seolah mencari posisi nyaman. “Izin ga masuk hari ini,” kata Daryan, nada bicaran

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 38 : KECAPEKAN

    Pukul setengah tujuh malam, suara pintu terbuka pelan, disusul langkah kaki yang terdengar lelah dan berat. Savana masuk ke dalam penthouse, menutup pintu tanpa suara, lalu melepas sepatu sambil menunduk. Minah tengah sibuk menata lauk di atas meja. Aroma masakan hangat memenuhi ruangan. Daryan, yang saat itu sedang berjalan menuju meja makan, menghentikan langkahnya. Tatapan Daryan langsung jatuh pada sosok Savana . Gadis itu tampak berbeda. Wajahnya sedikit pucat, rambutnya lepek oleh keringat, dan tubuhnya terlihat lunglai. Tapi dia berusaha tetap tenang berjalan ke dalam seperti biasa, seolah tak ada yang berubah. Daryan memicingkan mata. “Dari mana?” Suaranya berat dan dalam. Savana melirik sebentar lalu menjawab cepat, “Habis dari acara himpunan.” Nada suaranya sengaja dibuat tenang. Tapi gestur tubuhnya tidak bisa bohong. Dia sangat kelelahan. Minah yang berdiri di meja makan ikut menimpali dengan suara lembut. “Baru pulang, Non? Mau makan malam dulu bareng Tuan?” Savan

  • Dipaksa Nikah, Malah Kecanduan   BAB 37 : HARI PERTAMA KERJA

    Daryan baru saja keluar dari kamar mandi pagi itu ketika ia melihat Savana dari CCTV sudah bergabung ke meja makan sambil membantu Minah. Semalam ketika sampai rumah, ia tidak sempat bertemu dengan Savana. Pria itu sudah mengetok-ngetok pintu kamar istrinya itu, tapi tidak ada jawaban sehingga Daryan berpikir sang gadis sudah tidur dan membiarkannya. Daryan segera memakai pakaian kasualnya dan menyusul ke ruang makan. Ketika sampai, ia bersitatap dengan Savana yang melihat ke arahnya. Savana hanya diam saat Daryan menarik kursi milik pria itu di ujung meja sebelum kembali menyibukkan diri lagi dengan peralatan makan. Tatapan Daryan datar seperti biasa, matanya melirik Savana yang sejak tadi sibuk seolah tidak memedulikan kehadirannya. "Bi, udah semuanya. Makasih, ya?" Savana tersenyum manis lalu menarik kursi untuknya sendiri, mulai menyiapkan nasi dan lauk ke atas piringnya. Daryan memperhatikan itu sebelum dirinya membuka suara, "Kemarin kamu pergi ke mana? Bara bilang kamu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status