Home / Romansa / Dipaksa Nikah / 8. Fashionista Beraksi

Share

8. Fashionista Beraksi

Author: Abarakwan
last update Last Updated: 2021-03-23 10:04:47

Hari ini adalah moment-moment terakhirku di Aussy, saat ini aku sedang berdiri di lounge bandara internasional Sydney. Sambil menyesap iced caramel macchiato yang kupesan dari cafe bandara ini, aku menikmati saat-saat terakhirku disini, well... gak sepenuhnya saat terakhir sih, aku bisa minta tiket sama Papi untuk liburan lagi ke sini kapanpun aku mau, tapi yah.. tetap aja.. my last day in Aussy, sebelum kepulanganku ke Jakarta, mengingat si bokap yang ga ngertiin aku banget, hiks.

Baruu.. aja aku wisuda, dan baruu.. aja aku merdeka dari kata 'BELAJAR'.. eh.. disuruh pulang ke Jakarta.

"You've had enough fun already!!" Katanya.. ishhh.... kupandangi sekelilingku.. hummh.. pemandangan yang selalu membuat segar mata semua kaum hawa, lelaki pirang dengan tubuh tinggi berisi, seliweran kesana-kesini. Mau yang pakai setelan kerja.. ada, mau yang rocker-style.. ada, mau yang church-boy style pun ada, tinggal pilih dan yang pasti hampir semua orang yang kutegur disini akan menyapa balik dengan ramah, kenapa?? Hayyoo coba kenapaa??

Cause I'm too pretty to be ignored hhehehe.. bukannya narsis, tapi memang itu kenyataannya kawan. 

Lelaki mana yang akan menghiraukan perempuan seperti aku? Well kalaupun ada, mungkin ia mengidap kelainan orientasi seksual. 

Kaki jenjang dan putih mulus, berisi, check.. I got it, rambut hitam kecoklatan bersinar dan terawat, that's absolutely me, perawakan tinggi.. aku banget, dan yang terakhir adalah senyuman cetar membahana alam semesta raya yang bisa membuat George Clooney klepek-klepek sampai menceraikan Amal Clooney istrinya, walau belum pernah aku praktekkan, yang jelas George Clooney tuh keren dan sexy abis.. loh.. gagal fokus, kita sedang gak membahas actor semakin tua semakin ganteng itu, tapi jujur aku nge-fans berat sama dia, sampai di kampus aku bikin fansclub George Clooney, walau hanya beranggotakan 5 orang dan itupun adalah pengikut setiaku.

 

Mengenai penampilanku yang paling gak mungkin di tolak sama pria manapun, wajar aja karena background keluargaku yang sudah kaya tujuh turunan, so I can afford the best untuk segalanya. 

1. Aku punya hairdresser khusus di Jakarta untuk semua perawatan dan styling rambutku, tapi sejak aku di migrasikan Papi buat kuliah di negeri kangguru, aku harus puas dengan pelayanan VVIP salon terkenal di Sydney.

2. Dress, t-shirt, sampai leggingku semua ber-merk internasional, dan aku gak pernah memakai mereka lebih dari 1 kali sepanjang hidupku. Ditambah alergi kulitku terhadap semua pollystere, jadi semua yang menempel langsung di kulitku harus original cotton-based product. Oh iya.. aku punya personal shopper, berhubung aku ga punya banyak waktu untuk wara-wiri belanja setiap hari. 'The perks of being rich' #smirk.

3. Urusan tas dan asesoris, aku tetap percayakan ke personal shopperku yang sudah hafal dengan selera fashion ku, dan aku memang sudah langganan dengan JimmyChoo untuk urusan foot wear, setiap bulannya pasti catalouge dengan koleksi terbaru brand itu mampir di rumahku atau selama aku di Aussy ; flatku.

Saat ini aku sedang memakai tas Zadie keluaran terbarunya JimmyChoo yang warna-warni, ditambah flat boot hitam setumit JimmyChoo dan minidress pink paling cucok keluaran MaxMara dengan motif polka dot pinknya sampai pinggang dan overall dress menjulur indah sampai lutut, Macrame' ottoman dress judulnya.

Whatever it is called, aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihatnya pertama kali di catalouge yang diberikan personal shopperku. Overall, styleku hari ini adalah chic, cute, unyu-unyu gimanaa gitu, dan itulah kenapa dari tadi bule-bule bening yang mondar-mandir ngelirik penuh arti ke arahku yang duduk bengong di lounge ini.

Announcement pesawatku sudah terdengar, dan semua penumpang diminta menuju terminal yang ditentukan. Walhasil, aku seruput habis minumanku yang masih separuh gelas, mubazir kalau ditinggal. Aku berjalan menuju pesawat yang akan membawaku ke Jakarta, pulkam ceritanya.

Di pesawat aku bersampingan seat dengan seorang cowok oriental berusia sekitar 30an, gak bete deh diperjalanan, batinku sambil cengar-cengir gak jelas. Sialnya, ternyata kelakuan ajaibku barusan terlihat oleh cowok chinese disampingku, dia tersenyum sambil menaikkan alisnya, seakan bertanya apa yang lucu dan membuatku tertawa.

"Whats so funny??" tanyanya sambil tersenyum mempesona ke arahku.

"Apa yang lucu katanya?? hehhhehe!" Ucapku pelan dan tertawa kecil.

"Loh... kamu.. bisa bahasa Indonesia?" 

"Bisalah.. KTPku Jakarta kok.. memang aku gak keliatan muka lokalnya ya?" jawabku sok imut sambil mengerjapkan mataku yang bermaskara super tebal.

Percakapan sederhana tadi berubah menjadi obrolan panjang selama penerbanganku ke Jakarta. Saat pesawat yang kutumpangi mendarat, kami saling mencatat nomer telpon dan berjanji untuk bertemu di lain waktu.

Semoga saja si cowok kece badai menyegarkan mata itu bisa jadi gebetan terbaruku di Jakarta. Sebelum berpisah tadi, ia sempat bilang kalau ia akan tinggal di apartemen daerah Menteng dan kerja di dekat sana. Pria berprofesi sebagai arsitek itu mengajak ketemuan suatu hari, yang langsung diberi anggukan setuju, "Sure! aku tunggu kabar darimu!" Rejeki gak boleh ditolak yee kan? Mubazir gaes! Apalagi kalau ada cowok ganteng tajir pula, rugi seumur hidup kalau di sia-siakan. 

Sesampainya di Soetta, aku di jemput oleh supir pribadinya papi, Mang Andre, gak catchy banget memang nama Andre dipanggil 'Mang', tapi faktanya dia lahir di tanah sunda dan diberi nama Andre, jadilah supir pribadi papi yang berusia hampir setengah abad dan hampir setengah hidupnya mengabdi dengan papi, dipanggil "Mang Andre".

"Mang.. si papi udah berangkat ke kantor kan??" tanyaku sambil menghidupkan kembali handphoneku dan melihat notif yang masuk.

"Belum Neng, mamang disuruh jemput Neng Fay dulu." Jawabnya tanpa dosa dan mata tetap fokus melihat ke jalan.

Waduh... ini bisa berabe urusan, jam 10 pagi menjelang siang si papi belum berangkat?? curigation aku jadinya. 

Aku mengotak-atik handhone noteku yang sudah di modif dengan casing full bling-bling bertema bunga sakura, sambil menginput nomor telponnya Randy, pria oriental yang kutemui beberapa jam yang lalu namun dalam hatiku gelisah memikirkan sebab-musabab si lapi nungguin aku pulang.

"Paaaapii... I'm homeee!!!" Teriakku begitu membuka pintu rumah berlantai tiga dengan desain minimalis. Ada taman yang berhias tanaman yang bunganya sudah layu, tampaknya ayahku sedang badmood sampai tanaman kecintaanya dibiarkan layu tak terurus. 

Rumah yang di desain oleh almarhumah Mama, rumah penuh kenangan manis sekaligus kenangan pahit. Rumah yang menyaksikan aku tumbuh, hancur dan bangkit. Rumah yang menjadi satu-satunya kenangan atas Mama. 

Setiap aku memasuki rumah ini, aku selalu mellow. Bisakah aku menginap di hotel saja? Sekalian biar bisa ketemuan sama cowok chinese kece di pesawat tadi. Hhe.. modus.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dipaksa Nikah   39. Hamilin Aku! End

    "Ben! Kamu itu..." Aku memukul bahu Ben, saat ia baru saja datang ke kamar. Wajahnya kaget dengan seranganku yang tanpa pemanasan. "Eh...what? Apa? Kenapa?" Tanyanya bingung. "Nih!" Ucapku menyodorkan ponselnya. "Kau dapat video dari mantan pacarmu!" Ucapku setengah berteriak. Ia duduk di atas kasur dan membuka isi video itu. Ia mendengarkan denganw ajah datar, aku memperhatikan reaksi wajahnya yang sama sekali tak berubah dari awal sampai akhir. "So?" Tanyanya kepadaku, seperti menantang. "Itu mantanmu minta balikan... Secara gak langsung nyuruh kamu pisah sama aku kan? Dia mau nunggu sampai kamu single lagi..." Ucapku setengah berteriak. Saat marah seperti ini, aku menjadi bar-bar. "Kan dia yang bilang...bukan aku." Ucapnya lagi. He? Apa dia bilang, aku seperti sudah dibutakan oleh amarah. Serasa ada asap yang menguap di k

  • Dipaksa Nikah   38. So Cuitt

    Su Min : Aku tahu, kau dan Fay adalah sepasang kekasih.Aku hampir saja memekik saat ikut membacanya. Ben menoleh dan memberi kode dengan matanya, agar aku diam tak bersuara.Ia dengan tenang membalas isi pesan itu.Ben: Maaf kau salah menyimpulkan.Ucapnya lalu dengan tenang mematikan ponselnya. Aku dengan otomatis memgang tangan Ben. Kalau sampai orang tahu, karirnya bisa selesai, dan aku akan sangat menyesal kalau itu semua karena aku."Ben...gimana kalau ketahuan?" Bisikku."Tak usah risau... Aku takkan jatuh miskin kalau tak bekerja sebagai produser." Jawabnya tenang, kami sudah memasangkan seat belt karena pesawat akan mau take off. Ia menjawab tanpa menoleh ke arahku. Namun genggamannya meremas telapak tanganku.Aku diam, ada banyak yang ingin kutanyakan nanti. Saat tiba di Busan...semoga kami punya waktu berduaan untuk

  • Dipaksa Nikah   37. I Know The Truth!

    Kami berujung...berkendara bersama, kami akan pergi ke Busan dengan pesawat, karena akan memakan waktu sekitar empat sampai lima jam untuk tiba di sana dengan mobil, jalur paling cepat adalah pesawat…hanya akan memakan waktu kurang lebih satu jam di udara.“Kita akan langsung ke hotel, dan aku akan rapat dengan manajernya. Kalian bisa beristirahat dulu.” Ucap Ben, Lea dan Su Min akhirnya ikut mobil Ben ke bandara karena tim lainnya sudah berangkat dengan kereta cepat, yang hanya memakan waktu dua jam lebih perjalanan. Sebenarnya aku sangat penasaran dengan kereta itu, tapi Ben sepertinya sangat buru-buru.Aku duduk di kursi depan, hasil kelincahanku di parkiran, Lea sebenarnya sudah membuka kursi penumpang depan, dan aku dengan sangat jenius langsung menunduk dan duduk di depan. Ia sempat protes, tapi Ben sudah meneriaki agar cepat karena penerbangan kami sudah sangat mepet.Di bandara aku merengek ingin caramel macchiato, aku belum

  • Dipaksa Nikah   36. Sexually Active

    Aku duduk seperti biasa di kursi tamu milik Ben, sebuah sofa kecil di pinggir ruangan. Lea duduk di depan Ben, ia dengan pakaian formalnya…sebuah blazer dan celana skinny. Ia mengikat rambutnya agar berkesan pintar. Apakah ia pintar? Aku pun tak paham. Tuan Su Min terlihat santai duduk di sampingku.“Kau terlihat santai..” Sapaku kepada Su Min.“Kau terlihat bersinar..” Ucap Su Min yang membuatku duduk lebih tegak.“What do you mean?”“Kau dan Ben… terlihat berbeda…ada aura yang bersinar. Kalau kalian bukan sepupu… aku pasti akan curiga kalian seorang suami istri.” Ucapnya santai, ia masih memainkan sebuah game di ponselnya.Jeder! Kok bisa Su Min bicara seperti itu?Mencoba untuk tak terpengaruh, aku alihkan topic. “Kau ikut ke Busan?”Su Min mengangguk.“Padat acara di sana?”Ia menggeleng, “kebanyakan sudah diu

  • Dipaksa Nikah   35. Leanikus Bau Kakus

    Ben sudah lebih dahulu mandi dan bersiap, saat kemarin ia bilang hari itu hanya untuk aku dan ia, ia benar-benar melakukannya. Seharian aku dan Ben hanya berada di kamar… walau sekali kami melakukannya di ruang tamu. Ah… sepertinya aku tak bisa lagi berpikiran lurus kalau melihat sofa hitam tua yang empuk itu. Ben…dengan segala idenya yang meledakkan kepalaku.“Fay… aku ada rapat di Busan mungkin akan seharian, kau mau ikut?” Tawar Ben.“Hmm…?” Aku masih bermalas-malasan ria, aku sudah mandi…jangan slah! Sebelum subuh… aku sudah mandi dan beribadah, tapi tidur lagi. Hehe…“Aku mau ke Busan, rapat untuk road tour.” Ulang Ben yang sudah rapih dengan kemeja plus celana jeansnya.“Oo… ok.”“Kamu mau ikut? Aku sepertinya akan seharian di sana… mungkin tengah malam baru pulang.

  • Dipaksa Nikah   34. Yang Bisa Buat Kamu Hangat

    Kami tiba di apartemen Ben, hampir tengan hari di hari berikutnya. Ben sudah meemsan makanan yang akan diantar dalam beberala menit. Sebuah mie jjampong dengan logo halal. Yumm."Mau mandi?" Tanya Ben, ia melepaskan Jeansnya. Sekarang ia hanya mengenakan celana boxernya. Aish.."Gak deh. Kamu aja." Jawabku malu. Kenapa jadi canggung seperti ini sih? Tapi salah dia juga...ngapain pake buka-buka baju segala!"Bareng...yok!" Ucapnya lagi sudah berjalan menuju tempatku berdiri."Mmh.. dingin. Malas, mmmh..nanti aja!" Jawabku sekenanya."Ada aku ..yang bisa buat kamu hangat." Ucapnya dengan pandangan mata yang penuh maksud.Tapi aku cringe! Pake banget! Gimana dong!"Mmh..."Ben tak menjawab lagi, ia langsung menggandengku masuk ke dalam kamar mandi."Ben..." Rengekku dengan suara kecil. Aku benci diri

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status