Share

Bab 3

Author: Skylar
Setelah kembali ke dalam rumah, Ricardo meletakkan seikat mawar merah di atas meja.

"Suasana hatiku memang lagi buruk semalam, tapi kamu juga nggak seharusnya sempit hati dan membuat Fiona malu. Bunga ini kubelikan khusus untukmu saat pulang tadi. Nanti kamu minta maaf sama Fiona dan urusan ini selesai. Dia bukan orang yang pendendam, pasti akan memaafkanmu!"

Sudah lama Ricardo tidak memberikan apa pun kepada Eva dan dia yakin Eva akan sangat tersentuh kali ini. Namun, Eva hanya menatap mawar yang kelopaknya sebagian sudah mulai mengerut itu dengan senyum dingin di dalam hati.

Apakah dirinya serendah itu? Sampai-sampai harus dihina seperti ini?

Bukankah ini bunga yang sama dengan yang diberikan Ricardo pada Fiona? Eva sudah melihatnya di video yang diunggah Fiona hari ini.

Barang yang sudah diberikan pada orang lain, kini dilempar padanya seperti pemberian murahan. Apa dia dianggap tak lebih dari tempat sampah?

Eva hanya duduk diam, tak mengucapkan sepatah kata pun.

Ricardo langsung murka. "Jangan keterlaluan! Aku sudah kasih jalan keluar untukmu, tahu diri sedikit. Kalau terus bikin ribut, kamu juga yang rugi!"

Eva menutup mulut dan hidung dengan tangannya, lalu berkata dengan nada menolak, "Aku alergi serbuk bunga."

Ricardo tertegun mendengar itu, lalu kemudian dia baru teringat bahwa memang Eva punya alergi terhadap bunga. Dia bukan tipe orang yang biasa meminta maaf. Saat masih sibuk berpikir hendak memberi penjelasan apa, matanya malah melihat sorot dingin Eva. Kemarahannya pun langsung meledak.

Ricardo merasa dirinya telah cukup menghargai Eva, tetapi Eva malah berani menunjukkan sikap seperti itu, sehingga dia pun naik pitam. Dengan amarah yang meluap, dia meraih buket mawar di atas meja dan melemparkannya ke wajah Eva.

Sekali demi sekali dilemparkannya. Tak ada sedikit pun niat untuk menahan diri.

Eva menunduk dan menutupi wajahnya dengan tangan, tetapi tetap saja menghirup banyak serbuk bunga. Ruam-ruam merah muncul di kulitnya. Wajahnya memerah dan napasnya mulai sesak.

Ricardo mencibir sinis saat melihat kondisi Eva. "Kamu pikir dengan bersikap seperti itu aku akan percaya? Menurutmu aku ini sebodoh apa? Lihat wajahmu yang jelek itu, mana bisa dibandingkan sa,a Fiona?"

"Aku belum menceraikanmu saja sudah bentuk belas kasih terbesar dariku! Jangan jadi orang yang nggak tahu diri. Kalau suatu hari nanti aku menendangmu keluar, mau kamu berlutut memohon pun tetap nggak akan ada gunanya!"

Di saat itu, Ivany pun berlari menghampiri dan memunguti kelopak bunga yang berserakan di lantai, lalu melemparkannya ke wajah Eva sambil bertepuk tangan. "Seru banget! Papa bantu Tante Fiona balas dendam!"

Melihat ekspresi ceria putrinya, Ricardo menggandeng tangannya. Dia sama sekali tidak peduli pada Eva yang masih tergeletak di lantai dan hanya meninggalkan sebuah ancaman, "Anggap ini pelajaran buatmu. Kalau berani ulangi lagi, pikir baik-baik apa akibatnya!"

Ayah dan anak itu pun langsung pergi. Tak ada satu pun dari mereka yang peduli apakah Eva masih hidup atau tidak.

Dengan napas tersengal dan dada sesak, Eva berjuang sekuat tenaga menyeret tubuhnya ke arah sofa. Dengan sisa-sisa kekuatannya, dia meraih ponsel dan menekan nomor sahabatnya, Martha.

Saat membuka mata lagi, Eva sudah berada di rumah sakit. Meski dia sudah memutuskan untuk menyerah pada semua yang menyakitinya, pikirannya tetap diliputi rasa pedih saat mengingat perlakuan Ricardo.

Berulang kali dia meyakinkan dirinya sendiri, tahan sedikit lagi, sebentar lagi semuanya akan berakhir. Sebentar lagi dia akan terbebas dan menyambut hari yang baru.

Martha masuk ke kamar rawat sambil menyilangkan tangan dan berdiri di depan jendela sambil memandang ke arah ranjang.

"Kamu hampir mati karena alergi serbuk bunga. Aku telepon Ricardo, lalu kamu tahu nggak gimana selanjutnya? Bukan cuma nggak peduli, dia malah ngomong macam-macam yang menyakitkan. Mana ada suami macam dia?!"

Eva tersenyum getir. "Begitu surat cerai itu sah, kami nggak akan punya hubungan apa pun lagi."

Ucapan itu cukup membuat Martha terkejut. Namun, dia segera mengangguk mantap. "Bagus. Akhirnya kamu sadar juga. Dari dulu aku sudah bilang kamu harus cerai, tapi kamu terus bertahan. Sekarang lihat, tubuhmu hancur begini."

Eva tidak menjawab. Dia hanya kembali berkata dalam hatinya, tahan sedikit lagi. Sebentar lagi semuanya akan selesai. Sebentar lagi, dia akan keluar dari neraka ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 23

    Sejak hari itu, Ricardo tidak pernah lagi datang mengganggu. Dia memilih untuk diam dan menemani dari kejauhan. Dia tahu, membuat Eva mau menerimanya kembali bukanlah hal yang mudah. Yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar dan menunggu perlahan.Eva pun mulai terbiasa dengan kenyataan bahwa Ricardo dan Ivany tinggal tepat di seberang rumahnya. Ivany tetap seperti biasa, sesekali datang bermain ke rumah, bahkan terkadang makan malam bersama mereka.Hubungannya dengan Kengo juga berjalan baik dan tidak pernah ada konflik yang berarti.Bahkan, Ivany kini jauh lebih dewasa dibanding dulu. Dia tahu cara menjaga dan mengalah pada Kengo dan itu sudah merupakan hal yang sangat berharga.Namun, kasih sayang Eva padanya tetap terbatas. Dia tidak lagi rela memberi segalanya tanpa syarat seperti dulu.Bagi Eva yang sekarang, Kengo adalah anak kandungnya, satu-satunya yang benar-benar dia anggap sebagai miliknya. Sedangkan Ivany ... tetaplah anak yang dulu pernah mengutuk dirinya mati dan mengataka

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 22

    Sekarang, Ricardo menjadi sangat berhati-hati. Dia takut Eva masih enggan menemuinya, bahkan tidak berani menaruh harapan terlalu besar. Karena dia tahu, semakin besar harapan, semakin besar pula kekecewaan.Itu adalah pelajaran yang baru benar-benar dia pahami setelah Eva meninggalkannya. Semua siksaan dan hukuman yang dulu ditimpakannya pada Eva, kini seakan berbalik menyiksa dirinya sendiri.Sejak kepergian Eva, Ricardo semakin menyadari apa yang sebenarnya dia inginkan dan apa yang benar-benar dia cintai.Keputusannya datang ke kota kecil di utara ini dan sengaja tinggal di dekat Eva, sudah cukup membuktikan bahwa dia tidak pernah benar-benar menyerah.Namun dia juga sadar, luka yang dia torehkan di hati Eva terlalu dalam. Mengharapkan maaf darinya itu nyaris mustahil. Dia bahkan sudah berkali-kali berniat meminta maaf. Tak peduli Eva akan menghukumnya dengan cara apa pun, selama dia bisa mendapatkan pengampunan, Ricardo rela melakukan apa saja.Sayangnya, Eva tidak pernah memberin

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 21

    Sejak Eva berhasil mengadopsi Kengo secara resmi, hidupnya terasa jauh lebih bahagia dan lengkap. Suasana hatinya pun jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun anehnya, selama beberapa waktu ini, keberadaan Herbert seolah lenyap tanpa jejak.Sudah setengah bulan berlalu, memangnya rapat yang dia ikuti belum selesai juga?Kengo sering menanyakannya, membuat Eva bingung harus memberi jawaban seperti apa.Sore itu, mereka duduk berdampingan di tepi tempat tidur sambil memandangi salju yang turun di luar jendela. Pikiran mereka melayang jauh, sama-sama memikirkan sosok yang sama.Sebenarnya, Eva sempat ingin menghubungi Herbert lebih dulu, entah lewat telepon atau pesan singkat. Namun, dia tidak menemukan alasan yang tepat.Meskipun Herbert adalah bosnya, interaksi langsung mereka di tempat kerja tidak terlalu banyak.Lagi pula, urusan Kengo juga hanya karena Herbert bersedia membantu. Dia sudah banyak berkorban, Eva pun merasa tidak enak hati jika harus merepotkannya lagi untuk hal l

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 20

    Herbert tiba-tiba mulai sering mengajak Eva makan bersama. Eva cukup terkejut, tetapi dalam hatinya tetap merasa sedikit bahagia.Sejak pertemuan terakhir mereka yang berakhir tanpa kejelasan, mereka memang tidak lagi berkomunikasi. Eva bisa memahaminya, bahkan menganggapnya sebagai hal yang sangat wajar.Tidak semua orang bisa menerima keadaannya. Dia pernah menikah, wajahnya masih memiliki bekas luka, dan dia mengasuh seorang anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Kalau ada yang merasa ragu atau menolak, itu hal yang lumrah.Setelah makan malam selesai, Kengo menggandeng tangan Eva dan Herbert dengan kedua tangannya. Anak itu terlihat sangat senang.Eva tersenyum, sudut bibirnya terangkat penuh kelembutan. Dia sendiri tidak tahu, sampai kapan momen seperti ini akan terus ada dalam hidupnya. Namun baginya, walaupun hanya sesaat, itu sudah cukup berharga.Apa pun yang terjadi, dia tidak mungkin meninggalkan Kengo. Anak itu bukan hanya sandarannya, tapi juga satu-satunya alasan mengap

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 19

    Ricardo tidak membawa Ivany pergi. Sebaliknya, dia memilih untuk tetap tinggal dan diam-diam memperhatikan kehidupan Eva dari kejauhan. Dia tidak berani menyapanya, takut kehadirannya justru membuat Eva semakin muak. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah bersembunyi di sudut dan mencuri pandang sesekali.Setiap kali teringat bagaimana Eva menolak kehadirannya dan memperlihatkan rasa jijik yang begitu dalam, hatinya terasa seolah diremas.Apa yang sudah dia lakukan sampai membuat seorang wanita yang dulunya begitu ceria dan penuh semangat berubah seperti sekarang, sampai menganggap dirinya sebagai mimpi buruk yang ingin dilupakan?Ricardo sadar, sejak Eva pindah ke lingkungan baru ini, seluruh auranya berubah. Dia terlihat jauh lebih tenang, anggun, dan entah mengapa menjadi semakin memesona.Setiap kali malam datang, saat keheningan meliputi seisi kamar, Ricardo akan merenung. Memikirkan betapa bodohnya dia telah kehilangan seorang istri sebaik itu, hatinya terasa nyeri.Dia ingi

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 18

    Kedatangan Ricardo dan Ivany pagi itu benar-benar di luar dugaan Eva.Berbeda dengan sebelumnya, kali ini kedua orang itu tidak lagi tampak arogan ataupun mendominasi. Terutama Ricardo, sorot matanya jauh lebih lembut dari biasanya. Namun sekalipun demikian, saat melihat mereka berdua, rasa jijik dan muak tetap memenuhi hati Eva.Ivany memandangi Eva dengan ragu-ragu, lalu memanggil pelan, "Mama ...."Eva menoleh, tatapannya dingin tanpa ekspresi. Dia langsung menggandeng tangan Kengo, bersiap untuk pergi.Melihat itu, Ricardo segera melangkah maju untuk mencoba menghentikannya. "Tolong beri aku sedikit waktu. Hanya beberapa menit saja. Kita bicara, kumohon ...."Sikap merendah seperti ini membuat Eva cukup terkejut.Namun, tak peduli seberapa rendah hatinya pun sikap Ricardo sekarang, dia tidak akan pernah mau kembali ke rumah yang dulu terasa seperti neraka itu lagi. Hatinya telah mati dan terkubur dalam siksa dan kekecewaan hari demi hari.Tak peduli janji apa pun yang dilontarkan p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status