Share

Bab 2

Author: Skylar
Eva mengenakan jaket tipis, lalu membaringkan diri di bangku panjang di halaman rumah.

Musim gugur telah memasuki puncaknya, udara malam semakin dingin dan suhu turun drastis. Angin malam berembus, membuat tubuhnya menggigil. Eva memeluk erat tubuhnya sendiri, mencoba menghangatkan diri dengan jaket yang melekat di tubuhnya.

Setiap kali mereka bertengkar, Ricardo selalu menggunakan cara ini untuk "menghukum" Eva. Katanya agar dia bisa belajar dari kesalahan. Namun Eva tahu, semua itu hanyalah bentuk lain dari penghinaan.

Akan tetapi, malam ini hatinya benar-benar tenang. Tidak ada lagi gejolak ataupun amarah. Dia hanya bertanya dalam hati, untuk apa semua pengorbanan dan keteguhannya selama ini? Apakah itu semua layak diperjuangkan?

Saat rasa kantuk mulai menyerang dan matanya hampir terpejam, tiba-tiba sepasang tangan menyusup ke dalam pakaiannya.

Eva langsung tersentak bangun dan mendapati Ricardo menatapnya dengan mata penuh hasrat. Napas panasnya terasa di wajah Eva, tetapi hati wanita itu tetap tenang.

Kalau ini terjadi dulu, Eva pasti akan menyambutnya dengan hangat, berusaha menyenangkan suaminya dan memenuhi keinginannya tanpa ragu. Namun malam ini, rasa jijik justru menyeruak dalam dirinya. Dia menolak dan tubuhnya menegang.

Ricardo pun menyadari perubahan sikapnya dan mengernyitkan alis. "Kamu kenapa?"

Eva menepis tangannya dan menjawab seadanya, "Lagi nggak enak badan."

Sikapnya yang dingin dan enggan membuat Ricardo murka. "Kamu masih ngambek soal Fiona? Sudah aku bilang berkali-kali, sekarang aku dan dia cuma teman. Bisa nggak pikiranmu jangan sesempit ini?"

Eva tidak tertarik untuk meladeni omelannya. Dia memejamkan mata, tidak berniat membalas sepatah kata pun. Melihat Eva berani diam dan mengabaikannya, amarah Ricardo langsung menyala.

"Dasar nggak tahu diri! Fiona memang benar, aku terlalu baik sama kamu. Sekarang malah berani melawan, ya? Lihat saja nanti, aku masih mau sentuh kamu lagi nggak!"

Dengan suara pintu dibanting keras, Ricardo menghilang ke dalam rumah.

Eva perlahan membuka mata.

Dulu, setiap kali menyadari Ricardo sedang marah, dia akan langsung merendahkan diri dan memohon maaf meski bukan salahnya, asalkan rumah tangga mereka tetap utuh. Namun sekarang, dia sudah memutuskan untuk melepaskan semuanya. Karena itulah, dia tidak perlu lagi peduli.

Keesokan paginya.

Saat Eva membuka mata, dia tidak lagi bergegas seperti biasanya untuk menyiapkan sarapan bergizi bagi suami dan putrinya. Tidak ada lagi roti panggang hangat, telur rebus setengah matang, atau jus buah segar yang ditata rapi di atas meja makan.

Kali ini, dia hanya membuka kulkas dan mengambil sebungkus susu, lalu duduk dengan santai sambil menikmatinya perlahan.

Surat cerai sudah dia tandatangani. Sekarang, yang perlu dia lakukan hanyalah menunggu semuanya sah. Setelah itu ... kebebasan sepenuhnya akan menjadi miliknya.

Memikirkan hal itu, sudut bibir Eva terangkat. Tanpa sadar, sebuah senyuman muncul di wajahnya. Dia tidak menyangka, melepaskan semuanya ternyata terasa begitu ringan dan menyenangkan. Justru kini dia sadar, betapa bodohnya dirinya dulu telah memaksakan diri mempertahankan sesuatu yang jelas-jelas tak lagi layak diperjuangkan.

Di media sosial, Fiona mengunggah sebuah video berdurasi lima menit disertai dengan kalimat manis.

[ Di saat aku paling membutuhkannya, dia selalu hadir di sisiku. Ditemani oleh orang yang kita cintai itu memang hal terindah. ]

Dalam video tersebut, terlihat Ricardo sedang mengenakan celemek dan sibuk memasak di dapur dengan senyum cerah menghiasi wajahnya. Dia terlihat seperti seorang suami idaman yang penuh kasih.

Eva merasa tertegun.

Ricardo biasanya selalu mengeluh soal bau minyak di dapur. Pria yang selama bertahun-tahun tidak pernah mau memasak untuk dirinya sekali pun, kini malah muncul di dapur rumah Fiona dan memasakkan sesuatu untuk wanita itu dengan bahagia.

Eva hanya melirik sekilas, lalu melempar ponselnya ke sofa. Dia bahkan tidak peduli bagaimana video itu berakhir.

Entah Ricardo sengaja ingin menyakiti hatinya karena penolakan semalam atau dia memang sudah tidak sabar ingin menyingkirkan Eva demi bisa bersama kekasih lamanya ... semua itu tidak penting lagi.

Jika Ricardo tiba-tiba datang dan meminta cerai, Eva akan menyetujuinya tanpa berpikir panjang.

Tak lama kemudian, Ivany turun dari lantai atas. Tanpa menyapa ibunya sedikit pun, dia langsung menuju meja makan. Namun ketika tidak mendapati sarapan seperti biasanya, dia melotot ke arah Eva. "Kamu berani-beraninya malas hari ini? Cepat masak! Aku lapar!"

Eva menatapnya tanpa ekspresi. Dia tahu, dirinya tidak punya posisi sama sekali dalam hati putrinya. Bahkan, kedudukannya mungkin lebih rendah dari seorang pembantu.

Memikirkan semua itu, Eva hanya bisa tersenyum sinis. Tatapannya terlihat asing saat menatap Ivany. "Lapar? Di dapur masih ada apel dan roti. Makan saja itu."

Ivany tertegun sejenak. Dia belum pernah melihat ibunya bersikap begitu dingin dan tak acuh. Sekilas, muncuk perasaan tidak nyaman menyelinap dalam hatinya. Namun, dia buru-buru menepisnya.

Ivany kembali menunjukkan senyum congkak, lalu berkata dengan penuh ejekan. Dalam hatinya telah memikirkan cara untuk menghukum ibunya.

"Masak itu memang tugasmu. Kamu tahunya cuma ongkang-ongkang kaki setiap hari dan hidup enak dari uang Papa. Kalau bukan karena Papa, kamu pasti sudah jadi gelandangan di jalan! Cepat masak! Kalau nggak, aku bakal ngaduin kamu ke Papa!"

Eva menatapnya beberapa saat, lalu menjawab dengan datar, "Cari Fiona saja sana. Bukannya kamu ingin dia jadi ibumu?"

Tanpa menunggu reaksi Ivany, Eva melangkah masuk ke kamar. Dia membuka lemari dan menatap pakaian-pakaian yang tersusun rapi. Semuanya adalah hadiah dari Ricardo, tetapi itu pun hanya dari tahun-tahun awal pernikahan mereka.

Sudah bertahun-tahun belakangan ini Ricardo tidak pernah lagi membelikan apa pun untuknya.

Uang hasil kerjanya pun sepenuhnya dipegang sendiri oleh Ricardo. Untuk kebutuhan rumah tangga, Eva hanya diberi uang belanja secukupnya. Bila membutuhkan sesuatu, Eva harus meminta dan setiap permintaannya selalu dianggap boros, tidak tahu diri, dan tidak pandai mengatur keuangan.

Memikirkan hal ini, Eva merasa sangat konyol. Hadiah yang diberikannya pada Fiona mencapai puluhan juta, sedangkan saat Eva meminta beberapa ratus ribu untuk mengganti oven saja dianggap boros oleh Ricardo.

Eva memasukkan pakaian-pakaian itu ke dalam kantong tanpa ekspresi sedikit pun, lalu membawanya turun untuk dibuang. Begitu keluar dari pintu, dia berpapasan dengan Ricardo yang baru pulang. Di tangannya masih tergenggam seikat bunga mawar.

Eva sama sekali tidak menggubris kehadirannya. Dia berjalan lurus menuju tong sampah dan membuang seluruh isi kantong berisi pakaian ke dalamnya.

Karena kantongnya transparan, isi di dalamnya terlihat jelas. Ricardo langsung mengenali pakaian-pakaian itu sebagai hadiah darinya untuk Eva.

Begitu mendekat, ekspresinya berubah kesal dan dia berseru, "Apa maksudmu ini? Itu semua pakaian yang aku belikan untukmu! Kenapa kamu buang begitu saja? Fiona tadi malam telepon aku mendadak karena demam, makanya aku pergi menemuinya. Kamu jangan ...."

Eva memotong ucapannya karena malas mendengarkan lebih lanjut. "Pakaiannya sudah kekecilan. Aku bahkan sudah lama nggak bisa pakai!"

Ekspresinya tetap datar, tatapannya dingin dan tampak asing. Di hati Ricardo timbul perasaan ganjil yang tak bisa dijelaskan dan samar-samar merasa tidak tenang.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 23

    Sejak hari itu, Ricardo tidak pernah lagi datang mengganggu. Dia memilih untuk diam dan menemani dari kejauhan. Dia tahu, membuat Eva mau menerimanya kembali bukanlah hal yang mudah. Yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar dan menunggu perlahan.Eva pun mulai terbiasa dengan kenyataan bahwa Ricardo dan Ivany tinggal tepat di seberang rumahnya. Ivany tetap seperti biasa, sesekali datang bermain ke rumah, bahkan terkadang makan malam bersama mereka.Hubungannya dengan Kengo juga berjalan baik dan tidak pernah ada konflik yang berarti.Bahkan, Ivany kini jauh lebih dewasa dibanding dulu. Dia tahu cara menjaga dan mengalah pada Kengo dan itu sudah merupakan hal yang sangat berharga.Namun, kasih sayang Eva padanya tetap terbatas. Dia tidak lagi rela memberi segalanya tanpa syarat seperti dulu.Bagi Eva yang sekarang, Kengo adalah anak kandungnya, satu-satunya yang benar-benar dia anggap sebagai miliknya. Sedangkan Ivany ... tetaplah anak yang dulu pernah mengutuk dirinya mati dan mengataka

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 22

    Sekarang, Ricardo menjadi sangat berhati-hati. Dia takut Eva masih enggan menemuinya, bahkan tidak berani menaruh harapan terlalu besar. Karena dia tahu, semakin besar harapan, semakin besar pula kekecewaan.Itu adalah pelajaran yang baru benar-benar dia pahami setelah Eva meninggalkannya. Semua siksaan dan hukuman yang dulu ditimpakannya pada Eva, kini seakan berbalik menyiksa dirinya sendiri.Sejak kepergian Eva, Ricardo semakin menyadari apa yang sebenarnya dia inginkan dan apa yang benar-benar dia cintai.Keputusannya datang ke kota kecil di utara ini dan sengaja tinggal di dekat Eva, sudah cukup membuktikan bahwa dia tidak pernah benar-benar menyerah.Namun dia juga sadar, luka yang dia torehkan di hati Eva terlalu dalam. Mengharapkan maaf darinya itu nyaris mustahil. Dia bahkan sudah berkali-kali berniat meminta maaf. Tak peduli Eva akan menghukumnya dengan cara apa pun, selama dia bisa mendapatkan pengampunan, Ricardo rela melakukan apa saja.Sayangnya, Eva tidak pernah memberin

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 21

    Sejak Eva berhasil mengadopsi Kengo secara resmi, hidupnya terasa jauh lebih bahagia dan lengkap. Suasana hatinya pun jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun anehnya, selama beberapa waktu ini, keberadaan Herbert seolah lenyap tanpa jejak.Sudah setengah bulan berlalu, memangnya rapat yang dia ikuti belum selesai juga?Kengo sering menanyakannya, membuat Eva bingung harus memberi jawaban seperti apa.Sore itu, mereka duduk berdampingan di tepi tempat tidur sambil memandangi salju yang turun di luar jendela. Pikiran mereka melayang jauh, sama-sama memikirkan sosok yang sama.Sebenarnya, Eva sempat ingin menghubungi Herbert lebih dulu, entah lewat telepon atau pesan singkat. Namun, dia tidak menemukan alasan yang tepat.Meskipun Herbert adalah bosnya, interaksi langsung mereka di tempat kerja tidak terlalu banyak.Lagi pula, urusan Kengo juga hanya karena Herbert bersedia membantu. Dia sudah banyak berkorban, Eva pun merasa tidak enak hati jika harus merepotkannya lagi untuk hal l

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 20

    Herbert tiba-tiba mulai sering mengajak Eva makan bersama. Eva cukup terkejut, tetapi dalam hatinya tetap merasa sedikit bahagia.Sejak pertemuan terakhir mereka yang berakhir tanpa kejelasan, mereka memang tidak lagi berkomunikasi. Eva bisa memahaminya, bahkan menganggapnya sebagai hal yang sangat wajar.Tidak semua orang bisa menerima keadaannya. Dia pernah menikah, wajahnya masih memiliki bekas luka, dan dia mengasuh seorang anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Kalau ada yang merasa ragu atau menolak, itu hal yang lumrah.Setelah makan malam selesai, Kengo menggandeng tangan Eva dan Herbert dengan kedua tangannya. Anak itu terlihat sangat senang.Eva tersenyum, sudut bibirnya terangkat penuh kelembutan. Dia sendiri tidak tahu, sampai kapan momen seperti ini akan terus ada dalam hidupnya. Namun baginya, walaupun hanya sesaat, itu sudah cukup berharga.Apa pun yang terjadi, dia tidak mungkin meninggalkan Kengo. Anak itu bukan hanya sandarannya, tapi juga satu-satunya alasan mengap

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 19

    Ricardo tidak membawa Ivany pergi. Sebaliknya, dia memilih untuk tetap tinggal dan diam-diam memperhatikan kehidupan Eva dari kejauhan. Dia tidak berani menyapanya, takut kehadirannya justru membuat Eva semakin muak. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah bersembunyi di sudut dan mencuri pandang sesekali.Setiap kali teringat bagaimana Eva menolak kehadirannya dan memperlihatkan rasa jijik yang begitu dalam, hatinya terasa seolah diremas.Apa yang sudah dia lakukan sampai membuat seorang wanita yang dulunya begitu ceria dan penuh semangat berubah seperti sekarang, sampai menganggap dirinya sebagai mimpi buruk yang ingin dilupakan?Ricardo sadar, sejak Eva pindah ke lingkungan baru ini, seluruh auranya berubah. Dia terlihat jauh lebih tenang, anggun, dan entah mengapa menjadi semakin memesona.Setiap kali malam datang, saat keheningan meliputi seisi kamar, Ricardo akan merenung. Memikirkan betapa bodohnya dia telah kehilangan seorang istri sebaik itu, hatinya terasa nyeri.Dia ingi

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 18

    Kedatangan Ricardo dan Ivany pagi itu benar-benar di luar dugaan Eva.Berbeda dengan sebelumnya, kali ini kedua orang itu tidak lagi tampak arogan ataupun mendominasi. Terutama Ricardo, sorot matanya jauh lebih lembut dari biasanya. Namun sekalipun demikian, saat melihat mereka berdua, rasa jijik dan muak tetap memenuhi hati Eva.Ivany memandangi Eva dengan ragu-ragu, lalu memanggil pelan, "Mama ...."Eva menoleh, tatapannya dingin tanpa ekspresi. Dia langsung menggandeng tangan Kengo, bersiap untuk pergi.Melihat itu, Ricardo segera melangkah maju untuk mencoba menghentikannya. "Tolong beri aku sedikit waktu. Hanya beberapa menit saja. Kita bicara, kumohon ...."Sikap merendah seperti ini membuat Eva cukup terkejut.Namun, tak peduli seberapa rendah hatinya pun sikap Ricardo sekarang, dia tidak akan pernah mau kembali ke rumah yang dulu terasa seperti neraka itu lagi. Hatinya telah mati dan terkubur dalam siksa dan kekecewaan hari demi hari.Tak peduli janji apa pun yang dilontarkan p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status