Share

Bab 6

Author: Skylar
Setelah acara makan malam berakhir, Ricardo menolak halus ajakan Fiona untuk mampir ke rumahnya dan minum teh. Dalam hati, dia merasa bersalah. Awalnya, dia berniat pulang untuk menghibur Eva agar luluh.

Namun tak disangka, Eva sama sekali mengabaikannya. Seketika, kemarahan meledak dalam dirinya.

"Hari ini ulang tahun Fiona! Aku dan Ivany cuma menemaninya merayakan ulang tahun! Tapi kamu malah menguntit ke sana?! Luar biasa sekali kamu, Eva. Nggak tahu malu!"

Eva tetap tidak menoleh ataupun menatapnya sama sekali. Di matanya, pria ini benar-benar berengsek luar dalam. Jelas-jelas dia yang berselingkuh dengan wanita lain, tapi malah melemparkan kesalahan pada dirinya. Pintar sekali melempar tanggung jawab.

Ricardo menatap Eva tajam dan alisnya berkerut rapat. Kalau ini dulu, hanya dengan menunjukkan sedikit kekesalan saja, Eva pasti sudah buru-buru minta maaf dan menunduk mengaku salah. Bahkan meski yang salah adalah Ricardo, dia bisa seenaknya marah dan memanipulasi Eva dengan mudah.

Namun sekarang, cara itu tak lagi mempan.

Perubahan sikap Eva ini membuat Ricardo merasa tidak tenang. Ada kegelisahan yang merayap diam-diam di dadanya, membuatnya gusar tanpa sebab.

"Sudah berapa kali aku harus bilang? Aku dan Fiona itu cuma teman, nggak ada hubungan apa-apa! Bisa nggak sih kamu fokus ke diri sendiri, jangan terus awasi aku?!"

Eva masih tak menatapnya, lalu berkata, "Kamu benar. Aku memang seharusnya mulai fokus pada diriku sendiri."

Ucapan itu benar-benar membuat Ricardo murka. Di matanya, Eva sedang sengaja mengabaikannya dan menyindirnya dengan kata-kata sinis seperti ini.

Dalam ledakan emosi, Ricardo membalikkan piring buah dan gelas di atas meja, semuanya jatuh dan berantakan di lantai. Namun, Eva tetap tidak bergerak. Dia hanya duduk tenang sambil menonton televisi seolah tak terjadi apa-apa.

Wajah Ricardo memerah, matanya menyala penuh kemarahan. Dia mengepalkan tangannya, berusaha menahan diri.

"Aku kerja keras setiap hari dari pagi sampai malam! Sementara kamu enak-enakan di rumah hidup mewah seperti nyonya besar. Masih belum cukup juga? Kalau bukan karena aku kasihan sama Ivany dan nggak mau dia kehilangan ibunya, aku sudah ceraikan kamu, dasar perempuan jelek!"

Lagi-lagi, dia menggunakan trik lama dengan memanipulasi mental untuk mengendalikan Eva. Namun, Eva hanya menjawab datar, "Aku sudah bilang dengan sangat jelas. Aku nggak peduli dan juga nggak marah."

Ucapannya itu membuat Ricardo merasa seperti emosinya tidak bisa tersalurkan. Meski begitu, dalam benaknya yakin bahwa Eva hanya sedang berpura-pura. Apa pun isi hati wanita itu, Ricardo sudah pasti tidak akan membiarkan hal ini berlalu begitu saja.

"Masalah Fiona ... kamu harus minta maaf langsung padanya dan minta dia memaafkanmu. Kalau nggak, kamu akan terus tidur di halaman!"

Usai berkata demikian, Ricardo naik ke lantai atas dengan langkah penuh amarah.

Eva tetap duduk di tempat tanpa bereaksi. Di hatinya, tidak ada lagi sedih ataupun marah, yang tersisa hanya ketenangan.

Tak lama kemudian, Ivany berlari turun dari lantai atas dan berhenti di hadapan Eva.

"Kamu bikin Papa marah lagi! Kamu jelek, nggak pantas jadi istri Papa. Aku maunya Tante Fiona jadi mamaku! Kamu cepat pergi dari rumah ini!"

Eva menatap Ivany dengan tenang dan tersenyum tipis. "Tenang saja. Tante Fiona kesayanganmu itu sebentar lagi akan jadi ibumu."

Usai bicara, dia berbalik dan melangkah ke arah halaman.

Namun baru sampai di ambang pintu, suara Ivany kembali terdengar dan menyuruh dengan nada tinggi. "Aku mau makan mi daging sapi! Cepat masakkan! Jangan lupa kasih telur ceplok setengah matang!"

Eva tidak menoleh ataupun menjawab, dia hanya melemparkan sebuah kalimat sebelum melangkah pergi. "Suruh Tante Fiona-mu yang masak."

Dari belakang, terdengar suara makian Ivany yang kasar dan jahat. Bahkan, sulit dipercaya bahwa kata-kata seperti itu bisa keluar dari mulut anak yang baru berusia enam tahun.

Akan tetapi, Eva tidak peduli lagi. Dia sudah tidak ingin lagi menjadi ibu dari anak seperti Ivany. Seperti apa gadis itu akan tumbuh besar nanti, bukan lagi urusannya.

Karena itulah, tak ada alasan lagi baginya untuk peduli.

Hari-hari berikutnya, Ricardo tetap seperti sebelumnya. Dia membawa anaknya pergi dan tidak pulang ke rumah. Dia ingin menggunakan cara ini untuk menyiksa mental Eva.

Bahkan saat pergi pun, Ricardo masih sempat melemparkan ancaman. Jika Eva tidak mau berlutut dan meminta maaf langsung pada Fiona, dia dan Ivany tidak akan pernah kembali ke rumah.

Eva nyaris tertawa mendengarnya. Bukannya takut, dia justru berharap bisa sejauh mungkin dari kedua orang itu. Dia sama sekali tidak tertarik membuang waktunya yang berharga untuk mereka.

Malam harinya, Fiona mengirimkan sebuah video.

Dalam video itu, terlihat dirinya duduk di atas ranjang sambil memijat punggung Ricardo yang bertelanjang dada. Tanpa sepatah kata pun, video itu sudah cukup jelas. Tujuan Fiona tak lain adalah untuk menyakiti Eva dan menunjukkan bahwa wanita yang tak bisa mempertahankan suaminya tak layak dihormati.

Namun, Eva hanya menatap layar sebentar, lalu mematikan suara ponselnya agar tidak terganggu.

Bukan hanya itu, Ricardo yang biasanya tidak pernah aktif di media sosial, kini mulai diam-diam memamerkan berbagai unggahan manis, seolah ingin menunjukkan pada dunia bahwa dia tengah dimabuk cinta.

Bagi Eva, semua itu terlihat lucu. Sangat lucu.

Nggak masalah. Sedikit lagi, dia akan bebas.

Waktu berjalan cepat dan tanpa terasa, hanya tersisa dua hari lagi.

Eva tidak lagi membiarkan pikirannya dipenuhi oleh kedua orang itu. Saat pikirannya terlepas dari beban mereka, dia menyadari bahwa dirinya mulai memiliki lebih banyak waktu untuk dirinya sendiridan melakukan hal-hal yang dia inginkan.

Ricardo pernah meremehkannya habis-habisan, seolah dirinya tak punya kemampuan apa pun.

Namun Eva ingat betul, saat perusahaan baru dirintis dulu, dia sendiri yang turun tangan mencari dan menegosiasikan banyak proyek penting. Begitu bisnis mulai stabil dan dia hamil, Eva memutuskan mundur dari dunia kerja dan fokus mengurus keluarga.

Meski begitu, sepertiga saham perusahaan tetap atas namanya. Itu adalah haknya dan juga satu-satunya pegangan yang akan dia jaga dengan baik sebelum benar-benar pergi dari hidup Ricardo.

Sembari menyusun langkah-langkah ke depan dalam diam, tiba-tiba Ricardo dan Ivany pulang ke rumah.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 23

    Sejak hari itu, Ricardo tidak pernah lagi datang mengganggu. Dia memilih untuk diam dan menemani dari kejauhan. Dia tahu, membuat Eva mau menerimanya kembali bukanlah hal yang mudah. Yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar dan menunggu perlahan.Eva pun mulai terbiasa dengan kenyataan bahwa Ricardo dan Ivany tinggal tepat di seberang rumahnya. Ivany tetap seperti biasa, sesekali datang bermain ke rumah, bahkan terkadang makan malam bersama mereka.Hubungannya dengan Kengo juga berjalan baik dan tidak pernah ada konflik yang berarti.Bahkan, Ivany kini jauh lebih dewasa dibanding dulu. Dia tahu cara menjaga dan mengalah pada Kengo dan itu sudah merupakan hal yang sangat berharga.Namun, kasih sayang Eva padanya tetap terbatas. Dia tidak lagi rela memberi segalanya tanpa syarat seperti dulu.Bagi Eva yang sekarang, Kengo adalah anak kandungnya, satu-satunya yang benar-benar dia anggap sebagai miliknya. Sedangkan Ivany ... tetaplah anak yang dulu pernah mengutuk dirinya mati dan mengataka

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 22

    Sekarang, Ricardo menjadi sangat berhati-hati. Dia takut Eva masih enggan menemuinya, bahkan tidak berani menaruh harapan terlalu besar. Karena dia tahu, semakin besar harapan, semakin besar pula kekecewaan.Itu adalah pelajaran yang baru benar-benar dia pahami setelah Eva meninggalkannya. Semua siksaan dan hukuman yang dulu ditimpakannya pada Eva, kini seakan berbalik menyiksa dirinya sendiri.Sejak kepergian Eva, Ricardo semakin menyadari apa yang sebenarnya dia inginkan dan apa yang benar-benar dia cintai.Keputusannya datang ke kota kecil di utara ini dan sengaja tinggal di dekat Eva, sudah cukup membuktikan bahwa dia tidak pernah benar-benar menyerah.Namun dia juga sadar, luka yang dia torehkan di hati Eva terlalu dalam. Mengharapkan maaf darinya itu nyaris mustahil. Dia bahkan sudah berkali-kali berniat meminta maaf. Tak peduli Eva akan menghukumnya dengan cara apa pun, selama dia bisa mendapatkan pengampunan, Ricardo rela melakukan apa saja.Sayangnya, Eva tidak pernah memberin

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 21

    Sejak Eva berhasil mengadopsi Kengo secara resmi, hidupnya terasa jauh lebih bahagia dan lengkap. Suasana hatinya pun jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun anehnya, selama beberapa waktu ini, keberadaan Herbert seolah lenyap tanpa jejak.Sudah setengah bulan berlalu, memangnya rapat yang dia ikuti belum selesai juga?Kengo sering menanyakannya, membuat Eva bingung harus memberi jawaban seperti apa.Sore itu, mereka duduk berdampingan di tepi tempat tidur sambil memandangi salju yang turun di luar jendela. Pikiran mereka melayang jauh, sama-sama memikirkan sosok yang sama.Sebenarnya, Eva sempat ingin menghubungi Herbert lebih dulu, entah lewat telepon atau pesan singkat. Namun, dia tidak menemukan alasan yang tepat.Meskipun Herbert adalah bosnya, interaksi langsung mereka di tempat kerja tidak terlalu banyak.Lagi pula, urusan Kengo juga hanya karena Herbert bersedia membantu. Dia sudah banyak berkorban, Eva pun merasa tidak enak hati jika harus merepotkannya lagi untuk hal l

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 20

    Herbert tiba-tiba mulai sering mengajak Eva makan bersama. Eva cukup terkejut, tetapi dalam hatinya tetap merasa sedikit bahagia.Sejak pertemuan terakhir mereka yang berakhir tanpa kejelasan, mereka memang tidak lagi berkomunikasi. Eva bisa memahaminya, bahkan menganggapnya sebagai hal yang sangat wajar.Tidak semua orang bisa menerima keadaannya. Dia pernah menikah, wajahnya masih memiliki bekas luka, dan dia mengasuh seorang anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Kalau ada yang merasa ragu atau menolak, itu hal yang lumrah.Setelah makan malam selesai, Kengo menggandeng tangan Eva dan Herbert dengan kedua tangannya. Anak itu terlihat sangat senang.Eva tersenyum, sudut bibirnya terangkat penuh kelembutan. Dia sendiri tidak tahu, sampai kapan momen seperti ini akan terus ada dalam hidupnya. Namun baginya, walaupun hanya sesaat, itu sudah cukup berharga.Apa pun yang terjadi, dia tidak mungkin meninggalkan Kengo. Anak itu bukan hanya sandarannya, tapi juga satu-satunya alasan mengap

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 19

    Ricardo tidak membawa Ivany pergi. Sebaliknya, dia memilih untuk tetap tinggal dan diam-diam memperhatikan kehidupan Eva dari kejauhan. Dia tidak berani menyapanya, takut kehadirannya justru membuat Eva semakin muak. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah bersembunyi di sudut dan mencuri pandang sesekali.Setiap kali teringat bagaimana Eva menolak kehadirannya dan memperlihatkan rasa jijik yang begitu dalam, hatinya terasa seolah diremas.Apa yang sudah dia lakukan sampai membuat seorang wanita yang dulunya begitu ceria dan penuh semangat berubah seperti sekarang, sampai menganggap dirinya sebagai mimpi buruk yang ingin dilupakan?Ricardo sadar, sejak Eva pindah ke lingkungan baru ini, seluruh auranya berubah. Dia terlihat jauh lebih tenang, anggun, dan entah mengapa menjadi semakin memesona.Setiap kali malam datang, saat keheningan meliputi seisi kamar, Ricardo akan merenung. Memikirkan betapa bodohnya dia telah kehilangan seorang istri sebaik itu, hatinya terasa nyeri.Dia ingi

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 18

    Kedatangan Ricardo dan Ivany pagi itu benar-benar di luar dugaan Eva.Berbeda dengan sebelumnya, kali ini kedua orang itu tidak lagi tampak arogan ataupun mendominasi. Terutama Ricardo, sorot matanya jauh lebih lembut dari biasanya. Namun sekalipun demikian, saat melihat mereka berdua, rasa jijik dan muak tetap memenuhi hati Eva.Ivany memandangi Eva dengan ragu-ragu, lalu memanggil pelan, "Mama ...."Eva menoleh, tatapannya dingin tanpa ekspresi. Dia langsung menggandeng tangan Kengo, bersiap untuk pergi.Melihat itu, Ricardo segera melangkah maju untuk mencoba menghentikannya. "Tolong beri aku sedikit waktu. Hanya beberapa menit saja. Kita bicara, kumohon ...."Sikap merendah seperti ini membuat Eva cukup terkejut.Namun, tak peduli seberapa rendah hatinya pun sikap Ricardo sekarang, dia tidak akan pernah mau kembali ke rumah yang dulu terasa seperti neraka itu lagi. Hatinya telah mati dan terkubur dalam siksa dan kekecewaan hari demi hari.Tak peduli janji apa pun yang dilontarkan p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status