Share

Bab 7

Author: Skylar
Saat melihat mereka pulang, tidak ada gelombang emosi apa pun di hati Eva.

Tak ada lagi rasa benci seperti dulu. Lagi pula, hanya tinggal dua hari tersisa. Setelah itu, kemungkinan besar mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Maka, biarlah semuanya berakhir dengan tenang dan damai.

Sikap Eva yang seperti itu justru membuat Ricardo merasa tidak nyaman. Ada perasaan aneh dalam dirinya yang tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata.

Dulu, jika dia dan Ivany pergi dari rumah selama dua hari saja, Eva pasti akan menelepon puluhan kali, mengirim ratusan pesan, meminta maaf, dan memohon mereka pulang.

Namun kali ini, mereka sudah meninggalkan rumah selama hampir dua minggu, tetapi Eva tidak menghubungi sama sekali, bahkan tidak menanyakan kabar.

Ricardo berusaha mencari pembenaran untuk kegelisahan dalam hatinya. Dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa dia hanya merasa kasihan pada Eva yang kesepian di rumah. Hanya rasa iba, tak lebih.

Dia terlalu percaya diri. Selama ini, dia yakin Eva mencintainya sampai kehilangan arah, sampai mengorbankan dirinya sendiri. Karena itulah dia merasa bisa terus-menerus menyiksanya dengan cara seperti ini.

Menurut Ricardo, kepulangannya hari ini adalah bentuk kemurahan hati. Dia merasa sedang memberi Eva kesempatan.

Namun saat melihat wajah Eva yang tetap sedingin es, Ricardo mulai kehilangan kendali.

"Apa maksudmu? Kami pulang, tapi kamu malah nggak senang?" hardiknya, wajahnya mulai menggelap.

Eva tidak ingin membuang waktu untuk berdebat. Lagi pula, tinggal dua hari lagi dan dia benar-benar tidak tertarik memulai pertengkaran yang tak akan ada akhirnya. Dia langsung membuka pintu dan melangkah keluar ke halaman, tanpa sepatah kata pun.

Melihat punggungnya yang pergi begitu saja, justru membuat hati Ricardo mencelos. Perasaannya mendadak jadi rumit. Dia teringat dulu saat hidupnya paling sulit, Eva yang selalu ada di sisinya, menemani dan mendukung tanpa pamrih.

Ketika Eva kembali masuk untuk mengambil minum, dia terkejut melihat suasana ruang tamu telah berubah.

Lantai dipenuhi kelopak bunga. Di meja, tertata rapi makan malam romantis dengan lilin dan porsi berdua. Eva berdiri terpaku sejenak, lalu tersenyum getir. Baginya semua ini tak lebih dari lelucon kejam. Dia sudah tidak membutuhkan semua ini. Lalu, untuk apa?

Eva mengerutkan dahi dan menutup hidung dan mulut dengan tangan.

Melihat reaksinya, Ricardo buru-buru menghampiri dengan ekspresi khawatir. "Kamu nggak enak badan?"

Eva menoleh dengan tenang dan menjawab singkat, "Aku alergi serbuk bunga."

Eva memang tidak pernah menyukai bunga, terlebih lagi bunga mawar. Itu adalah kesukaan Fiona, bukan miliknya. Ricardo awalnya hampir meledak marah, tetapi ketika mengingat perubahan Eva belakangan ini, dia akhirnya menahan diri.

Kini Eva terasa semakin sulit ditebak. Dia bukan lagi wanita yang bisa dia kendalikan sepenuhnya dan itu membuat Ricardo diam-diam merasa kehilangan kuasa. Hatinya mulai timbul kecemasan tanpa dia sadari,

Mungkin selama ini dirinya memang terlalu dingin dan kejam. Apalagi jika mengingat segala perjuangan dan kebersamaan mereka di masa lalu .... Pada akhirnya, dia memilih untuk tidak melontarkan kata-kata menyakitkan yang sudah sampai di ujung lidahnya.

Keheningan Ricardo itu membuat Eva sedikit terkejut. Pria yang biasanya mudah tersulut emosi itu, tidak berkata apa-apa untuk pertama kalinya.

Saat Eva masih terdiam, Ricardo tiba-tiba mengeluarkan dua lembar tiket perjalanan malam dengan kapal pesiar.

"Ulang tahunmu dan hari jadi kita ... semua itu aku lewatkan. Aku ingin menebus semuanya. Ayo kita rayakan bersama sebagai satu keluarga."

Eva hanya berdiri menatapnya. Dia tidak bergerak untuk menerima tiket itu.

Dalam hati, dia bertanya-tanya, apakah perubahan sikapnya sudah cukup mencolok sampai-sampai Ricardo mulai curiga? Apakah itu sebabnya dia tiba-tiba menunjukkan perhatian?

Namun, apa pun alasan di balik sikapnya sekarang, Eva sudah terlalu letih untuk tertipu. Perhatian yang datang terlambat tidak berharga sama sekali.

Saat itu, Fiona muncul tiba-tiba, membawa es krim kesukaan Ivany.

Gadis kecil itu langsung berlari dengan penuh semangat dan menggenggam tangan Fiona. "Terima kasih, Mama! Mama memang yang terbaik!"

Wajah Ricardo seketika menggelap. "Jangan asal panggil orang."

Namun, Ivany mengabaikannya dan tetap bersikeras. "Aku memang mau Tante Fiona jadi mamaku! Aku nggak mau lagi sama perempuan jelek itu!"

Tanpa berkata apa-apa, Ricardo langsung menggendong Ivany dan membawanya naik ke atas, hendak memberinya pelajaran.

Begitu ayah dan anak itu menghilang ke lantai atas, Fiona mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang tamu. Tatapannya akhirnya berhenti pada dua lembar tiket kapal pesiar di meja.

Dia tertawa sinis. "Sia-sia saja kamu terus menempelinya. Sebentar lagi akan kutunjukkan dengan jelas, siapa yang sebenarnya dicintai Kak Ricardo!"
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 23

    Sejak hari itu, Ricardo tidak pernah lagi datang mengganggu. Dia memilih untuk diam dan menemani dari kejauhan. Dia tahu, membuat Eva mau menerimanya kembali bukanlah hal yang mudah. Yang bisa dia lakukan hanyalah bersabar dan menunggu perlahan.Eva pun mulai terbiasa dengan kenyataan bahwa Ricardo dan Ivany tinggal tepat di seberang rumahnya. Ivany tetap seperti biasa, sesekali datang bermain ke rumah, bahkan terkadang makan malam bersama mereka.Hubungannya dengan Kengo juga berjalan baik dan tidak pernah ada konflik yang berarti.Bahkan, Ivany kini jauh lebih dewasa dibanding dulu. Dia tahu cara menjaga dan mengalah pada Kengo dan itu sudah merupakan hal yang sangat berharga.Namun, kasih sayang Eva padanya tetap terbatas. Dia tidak lagi rela memberi segalanya tanpa syarat seperti dulu.Bagi Eva yang sekarang, Kengo adalah anak kandungnya, satu-satunya yang benar-benar dia anggap sebagai miliknya. Sedangkan Ivany ... tetaplah anak yang dulu pernah mengutuk dirinya mati dan mengataka

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 22

    Sekarang, Ricardo menjadi sangat berhati-hati. Dia takut Eva masih enggan menemuinya, bahkan tidak berani menaruh harapan terlalu besar. Karena dia tahu, semakin besar harapan, semakin besar pula kekecewaan.Itu adalah pelajaran yang baru benar-benar dia pahami setelah Eva meninggalkannya. Semua siksaan dan hukuman yang dulu ditimpakannya pada Eva, kini seakan berbalik menyiksa dirinya sendiri.Sejak kepergian Eva, Ricardo semakin menyadari apa yang sebenarnya dia inginkan dan apa yang benar-benar dia cintai.Keputusannya datang ke kota kecil di utara ini dan sengaja tinggal di dekat Eva, sudah cukup membuktikan bahwa dia tidak pernah benar-benar menyerah.Namun dia juga sadar, luka yang dia torehkan di hati Eva terlalu dalam. Mengharapkan maaf darinya itu nyaris mustahil. Dia bahkan sudah berkali-kali berniat meminta maaf. Tak peduli Eva akan menghukumnya dengan cara apa pun, selama dia bisa mendapatkan pengampunan, Ricardo rela melakukan apa saja.Sayangnya, Eva tidak pernah memberin

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 21

    Sejak Eva berhasil mengadopsi Kengo secara resmi, hidupnya terasa jauh lebih bahagia dan lengkap. Suasana hatinya pun jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Namun anehnya, selama beberapa waktu ini, keberadaan Herbert seolah lenyap tanpa jejak.Sudah setengah bulan berlalu, memangnya rapat yang dia ikuti belum selesai juga?Kengo sering menanyakannya, membuat Eva bingung harus memberi jawaban seperti apa.Sore itu, mereka duduk berdampingan di tepi tempat tidur sambil memandangi salju yang turun di luar jendela. Pikiran mereka melayang jauh, sama-sama memikirkan sosok yang sama.Sebenarnya, Eva sempat ingin menghubungi Herbert lebih dulu, entah lewat telepon atau pesan singkat. Namun, dia tidak menemukan alasan yang tepat.Meskipun Herbert adalah bosnya, interaksi langsung mereka di tempat kerja tidak terlalu banyak.Lagi pula, urusan Kengo juga hanya karena Herbert bersedia membantu. Dia sudah banyak berkorban, Eva pun merasa tidak enak hati jika harus merepotkannya lagi untuk hal l

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 20

    Herbert tiba-tiba mulai sering mengajak Eva makan bersama. Eva cukup terkejut, tetapi dalam hatinya tetap merasa sedikit bahagia.Sejak pertemuan terakhir mereka yang berakhir tanpa kejelasan, mereka memang tidak lagi berkomunikasi. Eva bisa memahaminya, bahkan menganggapnya sebagai hal yang sangat wajar.Tidak semua orang bisa menerima keadaannya. Dia pernah menikah, wajahnya masih memiliki bekas luka, dan dia mengasuh seorang anak yang bukan darah dagingnya sendiri. Kalau ada yang merasa ragu atau menolak, itu hal yang lumrah.Setelah makan malam selesai, Kengo menggandeng tangan Eva dan Herbert dengan kedua tangannya. Anak itu terlihat sangat senang.Eva tersenyum, sudut bibirnya terangkat penuh kelembutan. Dia sendiri tidak tahu, sampai kapan momen seperti ini akan terus ada dalam hidupnya. Namun baginya, walaupun hanya sesaat, itu sudah cukup berharga.Apa pun yang terjadi, dia tidak mungkin meninggalkan Kengo. Anak itu bukan hanya sandarannya, tapi juga satu-satunya alasan mengap

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 19

    Ricardo tidak membawa Ivany pergi. Sebaliknya, dia memilih untuk tetap tinggal dan diam-diam memperhatikan kehidupan Eva dari kejauhan. Dia tidak berani menyapanya, takut kehadirannya justru membuat Eva semakin muak. Satu-satunya yang bisa dia lakukan hanyalah bersembunyi di sudut dan mencuri pandang sesekali.Setiap kali teringat bagaimana Eva menolak kehadirannya dan memperlihatkan rasa jijik yang begitu dalam, hatinya terasa seolah diremas.Apa yang sudah dia lakukan sampai membuat seorang wanita yang dulunya begitu ceria dan penuh semangat berubah seperti sekarang, sampai menganggap dirinya sebagai mimpi buruk yang ingin dilupakan?Ricardo sadar, sejak Eva pindah ke lingkungan baru ini, seluruh auranya berubah. Dia terlihat jauh lebih tenang, anggun, dan entah mengapa menjadi semakin memesona.Setiap kali malam datang, saat keheningan meliputi seisi kamar, Ricardo akan merenung. Memikirkan betapa bodohnya dia telah kehilangan seorang istri sebaik itu, hatinya terasa nyeri.Dia ingi

  • Diperlakukan Bak Orang Asing Oleh Suami Anakku   Bab 18

    Kedatangan Ricardo dan Ivany pagi itu benar-benar di luar dugaan Eva.Berbeda dengan sebelumnya, kali ini kedua orang itu tidak lagi tampak arogan ataupun mendominasi. Terutama Ricardo, sorot matanya jauh lebih lembut dari biasanya. Namun sekalipun demikian, saat melihat mereka berdua, rasa jijik dan muak tetap memenuhi hati Eva.Ivany memandangi Eva dengan ragu-ragu, lalu memanggil pelan, "Mama ...."Eva menoleh, tatapannya dingin tanpa ekspresi. Dia langsung menggandeng tangan Kengo, bersiap untuk pergi.Melihat itu, Ricardo segera melangkah maju untuk mencoba menghentikannya. "Tolong beri aku sedikit waktu. Hanya beberapa menit saja. Kita bicara, kumohon ...."Sikap merendah seperti ini membuat Eva cukup terkejut.Namun, tak peduli seberapa rendah hatinya pun sikap Ricardo sekarang, dia tidak akan pernah mau kembali ke rumah yang dulu terasa seperti neraka itu lagi. Hatinya telah mati dan terkubur dalam siksa dan kekecewaan hari demi hari.Tak peduli janji apa pun yang dilontarkan p

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status