Zaviya memindai sekeliling kamar Svarga, simple dan rapih tidak ada banyak barang.Sebelumnya mama Kejora sudah bertanya kepada Zaviya, apakah Zaviya akan langsung menginap di resort seperti keluarga yang lain agar tidak kesiangan di acara besok.Tapi Zaviya menolak dan mengatakan akan menginap di rumah mama Kejora saja, sebenarnya dia ingin tahu rumah di mana Svarga dibesarkan dan bagaimana situasi kamar Svarga.Dan sekarang dia sudah ada di dalam kamar Svarga, cukup kecewa ternyata tidak ada yang spesial.“Ranjangnya enggak sebesar ranjang kita di apartemen, kalau kamu enggak nyaman … aku akan tidur di kamar tamu,” kata Svarga sembari membuka kaosnya sebelum dia membersihkan diri di kamar mandi.Seketika hati Zaviya berdenyut ngilu mendengar ucapan Svarga yang diartikannya kalau pria itu tidak sudi tidur berdekatan dengannya.“Bukan aku yang enggak nyaman, tapi kamu …,” kata Zaviya dingin kemudian melengos masuk ke dalam kamar mandi.Kening Svarga mengkerut bingung, semakin aneh den
“Cantik ya menantu Papa.” Papa Arjuna bergumam sembari melirik Svarga yang melongo menatap Zaviya.“Iya … eh, apa? Gimana?” Svarga blingsatan membuat papa, mama dan Shaquelle tertawa.“Beruntung kamu,” ujar Shaquelle sambil menepuk dada Svarga menggunakan punggung tangannya.Zaviya tersenyum tidak tulus pada Svarga setelah langkahnya tiba di lantai satu. Dan entah apa yang merasuki Svarga, pria itu mengulurkan tangan kepada Zaviya.“Kalian naik mobil pengantin ya,” kata mama memberi instruksi.“Iya, Mah …,” sahut Zaviya dan barulah dia menyambut uluran tangan Svarga. Svarga menuntunnya keluar dari rumah dan membantunya menaiki Limosin yang akan mengantar mereka ke Resort tempat pesta berlangsung.Dalam perjalanan Zaviya tidak banyak bicara sedangkan Svarga sesekali melirik ke arah Zaviya dengan gesture tubuh yang tetap tenang seperti biasa.Svarga akui kalau Zaviya cantik bila sedang diam seperti ini tapi jauh di lubuk hatinya yang paling dalam Svarga merindukan pecicilannya Zaviya.
Langkah Svarga memelan begitu menjejak teras cottage lantaran mendengar isak tangis Zaviya disusul suara benda pecah.Svarga langsung mempercepat langkahnya, khawatir terjadi sesuatu dengan Zaviya.Dia membuka pintu tidak sabaran.“Zaviya!” Svarga berseru sebelum Zaviya melempar lampu tidur berbahan keramik dari nakas sisi ranjang.Barang-barang yang ada di atas meja sofa sudah berserakan di lantai bahkan ada yang pecah karena kebarbaran Zaviya.Zaviya menoleh, menatap nyalang suaminya dengan mata basah dan merah oleh buliran kristal.“Pergi! Ngapain kamu ke sini? Kamu anti ‘kan sama aku, aku itu virus mematikan buat kamu sampai kamu enggak mau nyentuh aku … tapi kamu mau disentuh Gladys, kamu mau berdansa dengan Gladys … kamu mengijinkan dia meletakan tangannya di dada kamu … kamu memegang pinggangnya tapi aku ….” Kalimat Zaviya terjeda oleh tangis.“Aku … istri kamu yang syah, yang seharusnya kamu gauli malah kamu hindari … sekarang pergi kamu, tinggalin aku sendiri ….” Zaviya melem
Svarga melesakan wajahnya di leher Zaviya, memberikan banyak kecupan setelah mengerang panjang saat meledak di dalam Zaviya.Napasnya memburu begitu juga Zaviya dan pria itu lantas bergulir seraya menarik selimut untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.Zaviya ikut menarik selimut hingga menutupi bagian dada sedangkan Svarga yang berbaring terlentang dengan mata terpejam tampak bagian dadanya naik turun dampak dari napasnya yang masih tersengal.Pria itu meletakan satu lengannya di kening. Kepala Zaviya menoleh ke samping dan karena tidak puas menatap Svarga dengan posisi seperti itu, dia pun bergerak dengan berbaring miring menghadap sang suami, menunggu Svarga memeluknya.Di novel-novel yang dia baca atau film-film yang dia pernah tonton, sang pria akan memeluknya setelah bercinta.Namun beberapa menit berlalu, Svarga tidak juga membuka mata mungkin lelah jadi ketiduran.Zaviya maklum, tadi Svarga bersemangat sekali, membolak balikan tubuhnya dengan mudah, menghentaknya cukup lama sam
Wajah Zaviya tampak masam pagi ini setelah kemarin sehari semalam tidak keluar dari cottage lantaran disekap oleh suaminya sendiri.Apalagi alasannya kalau bukan demi untuk memuaskan hasrat Svarga yang ternyata sangat besar sampai Zaviya kewalahan.Sampai ada satu ronde, Zaviya yang kesal enggan menatap wajah Svarga karena pria itu tidak kenal lelah dan bosan menggempurnya padahal tahu kalau Zaviya sampai tidak bisa jalan lantaran bagian intinya terasa seperti memar dan pria itu seolah tidak peduli.Svarga terus memacu tubuhnya mencari kenikmatan di atas Zaviya.Saat ini, mereka berdua sedang berjalan beriringan menyusuri jalan setapak menuju restoran.Sesekali Svarga melirik Zaviya yang pagi ini tidak terdengar suaranya sama sekali.“Ups ….” Zaviya tersandung batu, nyaris tersungkur dan terjebur ke kolam ikan bila saja Svarga tidak sigap meraih tubuh sintal itu.Namun gerakan cepat Svarga membuat Zaviya berakhir dalam pelukannya.Refleks tangan Zaviya juga melingkari tubuh Svarga lal
Zaviya kesal sekali karena si nenek lampir Gladys malah ikut staycation seperti keluarga yang lain.Padahal dia hanya orang yang kenal dengan keluarga Folke, bukan bagian dari keluarga Folke.Jadi wajah Zaviya memberengut saat dia, Svarga dan para sepupu yang lain serta si outsider Gladys berjalan beriringan menuju sebuah area permainan paintball.Jadi untuk mengisi waktu staycation, mereka memilih permainan simulasi perang atau bermain perang-perangan dengan menggunakan senjata khusus peluru cat, memakai seragam ala tentara, body protektor dan face shield.Dalam permainan ini dibagi menjadi dua tim yang beranggotakan enam orang setiap timnya.Tim A beranggotakan Svarga, Zaviya, Gladys, Reyzio-adik dari Ghazanvar, Shaquelle dan Arumi-anak dari om Kaivan yang nantinya akan melawan Tim B.Tim B terdiri dari Ghazanvar, Reynand-kakak dari Arumi, Aruna-adik bungsu Ghazanvar dan Richard, Enrico, serta Paulina yang merupakan kakak sepupu Svarga dari pihak papa Arjuna.Setiap tim tentunya me
Svarga mengembuskan napas kasar, mengusap wajah lantas menyugar rambut ke belakang.Dia selalu dibuat frustrasi setiap kali menghadapi Zaviya.“Kenapa sih, apa-apa kamu nangis … apa-apa nangis!” Svarga menggeram dengan sorot mata sejuta kesal membuat air mata Zaviya semakin mengalir deras.“Aku … hiks … aku anak bungsu.” Dengan polosnya Zaviya beralasan.Tangisnya terdengar pilu dan dalam memberitahu Svarga kalau sang istri tengah terluka parah padahal dia hanya memintanya duduk di luar area simulasi.Svarga duduk di samping Zaviya, raut wajah garangnya menghadap ke depan.Seorang suami pada umumnya akan memeluk sang istri agar tenang dan berhenti menangis tapi Svarga tidak tahu kalau itu yang harus dilakukannya jadi dia duduk saja di samping Zaviya sampai istrinya itu berhenti menangis.Dia mengorbankan diri tidak ikut bermain lagi dan pasti Shaquelle akan marah-marah karena timnya kekurangan orang lalu kalah karena tidak imbang.Zaviya bergerak mendekat. “Svargaaa …,” panggilnya mer
“Bunda sama ayah pulang duluan ya, ayah diteleponin terus sama sekretarisnya … Bunda juga harus ngurus resto, kasian bude sampai kewalahan.” Bunda Venus memeluk kemudian mengecup kening Zaviya.“Svarga … Ayah titip Zaviya ya.” Ayah berpesan saat bersalaman dengan menantunya.“Iya, Yah.” Svarga menyahut singkat.Hari ini seluruh keluarga dari Indonesia akan bertolak pulang, Svarga dan Zaviya mengantarnya sampai ke Bandara.Momen pernikahan Zaviya ini menjadi moment yang tidak akan mereka lupakan karena bisa menyatukan tiga keluarga besar sekaligus liburan bersama.Zaviya menggendong keponakan-keponakannya dan menciumi membabi buta sebelum mereka naik ke pesawat.Janu malah tantrum karena tidak ingin meninggalkan aunty kesayangannya dan kalau sudah seperti ini, kedua orang tua Janu yang repot.Mereka akhirnya masuk duluan ke dalam pesawat.“Selamat bulan madu ya,” kata Amaranggana menggoda adiknya.Zaviya mengulum senyum, menjatuhkan tatap pada perut Amaranggana yang masih rata.“Sehat