Share

3). Resepsi dan Rahasia

***

"Gerah ya?"

Elliana yang sejak tadi sibuk mengipaskan tangan di depan wajah, seketika berhenti ketika pertanyaan tersebut dia dapat dari Sagara. Duduk berdampingan, kini dia dan pria itu berada di kursi pelaminan-menyaksikan para tamu yang nampak menikmati pesta.

Satu jam pasca dimulainya resepsi, Elliana sedikit bisa bersantai karena sebagian tamu kini sudah menunaikan keinginan mereka-berjabat tangan dengan pengantin. Namun, tentunya sebelum bisa bersantai seperti sekarang, beberapa saat lalu Elliana dan Sagara cukup sibuk karena tamu yang datang untuk bersalaman bahkan mengambil foto, tak sedikit.

Tak bisa menolak, Elliana juga Sagara hanya bisa pasrah sehingga sekarang jujur, keduanya sama-sama merasa lelah.

"Kenapa, Kak?" tanya Elliana setelah sekarang dia menoleh pada Sagara.

Tak sedingin tadi siang, sikapnya pada sang kakak mulai membaik. Namun, meskipun begitu sampai sekarang senyuman di bibir Elliana masih jarang muncul karena rasa sedihnya atas kejadian tadi pagi tentu saja belum hilang.

"Itu kamu kipas-kipas wajah, kenapa? Gerah?" tanya Sagara perhatian. Meskipun lelah, senyuman sama sekali tak luntur di bibirnya karena tentu saja euforia bisa menikahi Elliana masih terasa sampai sekarang.

"Iya lumayan," kata Elliana. "Aku juga lupa enggak bawa kipas. Tadi buru-buru."

"Mau diambilin?"

"Apa?"

"Kipas kecil," kata Sagara. Sebenarnya di ballroom tempat digelarnya pesta, banyak AC yang terpasang. Namun, karena banyaknya orang di sana, rasa gerah tetap saja terasa dan karena gaun yang dipakai Elliana, perempuan itu merasa sedikit tak nyaman. "Tadi Kakak lihat di kamar tempat kamu dandan ada kipas. Kalau mau, Kakak bisa ambilin."

"Enggak usah, Kak. Enggak enak."

"Kenapa enggak enak?"

"Ya nanti kakau Kakak pergi, pas ada tamu naik buat ucapin selamat atau minta foto, gimana?" tanya Elliana. "Udah di sini aja, aku enggak apa-apa."

"Ya udah kalau gitu kamu tutup mata kamu."

"Kakak mau apa?"

"Tutup dulu aja matanya."

Tak bertanya lagi, Elliana memilih untuk menutup mata sesuai perintah Sagara lalu yang dirasakannya setelah itu adalah; sebuah tiupan di leher. Seperti semilir angin alami, Sagara meniup lehernya secara pelan—membuat rasa gerah perlahan menghilang.

Elliana tersentuh? Ya, tapi tetap saja rasanya sekarang dia masih seperti sedang diperhatikan oleh Sagara sebagai kakak, bukan suami karena memang dia butuh waktu untuk memutarbalikan perasaan dari saudara menjadi pasangan.

"Enakkan?" tanya Sagara.

Elliana perlahan membuka matanya. "Enak, Kak," jawabnya. "Makasih."

"Sama-sama."

Tak bisa lama bersantai, setelahnya Elliana juga Sagara mau tak mau harus kembali berdiri ketika rombongan tamu datang untuk mengucapkan selamat. Tak ada ucapan nyinyir, sejauh ini respon tamu terhadap pernikahan dadakan Elliana juga Sagara, cukup baik.

"Selamat ya, Elliana dan Sagara, semoga samawa."

"Aamiin, terima kasih."

Mengambil foto, menerima tamu bahkan berdansa, kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan Sagara dan Elliana di pesta resepsi yang seharusnya dihadiri Yudistira, hingga tepat pukul sembilan malam acara resepsi yang digelar sejak pukul lima sore akhirnya selesai.

Tak langsung pulang ke rumah, baik Sagara-Elliana mau pun keluarganya memutuskan untuk menginap di hotel karena tentu saja setelah semua rangkaian acara dilaksanakan, rasa lelah tak terelakkan.

"Enggak apa-apa?"

Berdiri di depan pintu sebuah kamar, Sagara lantas bertanya demikian pada Elliana yang sekarang berdiri di dekatnya. Tak lagi mengenakan gaun, perempuan tersebut sudah mengenakan pakaian santai pun dengan Sagara yang juga sudah mengganti baju.

Tidak tidur di kamar tempat Elliana dirias, pihak hotel menyiapkan satu kamar lagi untuk pengantin baru yang memang seharusnya ditempati Yudistira.

"Enggak apa-apa gimana maksudnya, Kak?" tanya Elliana. Sudah berubah status, panggilan 'Kak' untuk Sagara, jelas masih melekat dalam dirinya karena untuk sekadar mengubah panggilan menjadi Mas atau panggilan sayang lainnya, dia belum bisa.

"Ini kan kamar seharusnya ditempatin sama kamu dan Yudistira," kata Sagara. "Makanya Kakak bilang dulu."

"Oh itu," kata Elliana sambil tersenyum samar. "Ya enggak apa-apa, Kak. Orang suami aku sekarang juga Kakak, kan? Bukan Yudistira."

"Kali aja kamu enggak suka."

"Suka enggak suka, aku enggak bisa larang Kakak karena Kakak suami aku."

Sagara tersenyum tipis kemudian menggunakan kartu yang dipegangnya, dia membuka pintu. Membiarkan Elliana masuk lebih dulu, Sagara mengekor dari belakang untuk selanjutnya menutup pintu kamar yang malam ini akan dia dan istrinya itu tiduri.

Di dalam kamar, dekorasi romantis jelas sudah tersedia. Taburan kelopak bunga mawar merah di atas kasur, lilin elektrik di setiap meja dan sudut kamar bahkan angsa putih yang terbuat dari kain, semuanya lengkap dan hal tersebut membuat Elliana teringat lagi pada Yudistira juga rasa sakit di hatinya karena perbuatan pria itu.

"Lian, kamu baik-baik aja, kan?" tanya Sagara dari belakang Elliana yang sejak beberapa detik lalu berdiri mematung tanpa melakukan apa pun.

"Dosaku apa yasama Yudis?" lirih Elliana-mulai terbawa rasa sedih yang jelas datang secara tiba-tiba. "Selama dua tahun kita sama-sama, saling mencintai, saling menjaga bahkan saling melindungi, aku pikir semuanya tulus, tapi ternyata enggak. Yudis cuman pengen mempermalukan aku bahkan keluarga aku. Dia enggak pernah beneran sayang sama aku dan semuanya cuman pura-pura."

"Lian."

Elliana menoleh kemudian memandang Sagara dengan kedua mata berkaca-kaca. "Kakak malu enggak sih, Kak, punya adik sebodoh aku?" tanyanya. "Bisa-bisanya aku percaya sama semua ucapan Yudis yang ternyata cuman ngebegoin aku aja. Aku terlalu bodoh sampai enggak bisa membaca niat jahat Yudis ke aku."

"Kamu enggak bodoh, Lian," ucap Sagara. "Yudistiranya aja yang jahat. Dia terlalu jahat sampai rasanya enggak pantas lagi buat dimaafin. Jangan sedih ya, kamu sekarang punya Kakak. Ke depannya, Kakak akan lebih menjaga kamu dan melindungi kamu dari apa pun. Kakak janji."

Tak menjawab, Elliana masih menatap Sagara hingga tak berselang lama tangan Sagara meraih pinggangnya kemudian setelah itu pelukan pun terjadi. Di dalam dekapan Sagara, Elliana akhirnya terisak juga.

Tak lagi ditahan, Elliana menumpahkan semua rasa sedih, sakit, bahkan kecewa, di pelukan Sagara dan yang dilakukan suaminya sekarang adalah; memberikan usapan di punggung dengan sangat lembut.

"Elliananya Kakak enggak boleh sedih, kamu harus kuat dan kamu harus terus menatap lurus ke depan," ucap Sagara. "Anggap aja ini pengalaman hidup yang ke depannya akan buat kamu lebih selektif dan lebih kuat lagi."

Tak lagi berucap, Elliana terus terisak sampai akhirnya dia melepaskan kedua tangan Sagara di pinggangnya. Masih dengan kedua mata berkaca-kaca, dia kembali menatap sang suami.

"Kak."

"Ya?"

"Sebenarnya aku punya rahasia yang belum aku ungkapin ke siapa pun termasuk Mama dan Papa," ucap Elliana yang tiba-tiba saja teringat akan sesuatu. "Aku cuman simpan rahasia ini berdua sama Yudis dan aku pengen jujur sama kakak meskipun mungkin rahasia aku ini bakalan bikin Kakak benci atau bisa jadi langsung ceraikan aku."

Mendengar ucapan Elliana, Sagara tentu saja mengerutkan kening dengan perasaan yang jelas heran. "Rahasia apa?" tanyanya kemudian.

"Bisa duduk dulu? Kita bicarain semuanya di sofa."

"Boleh," kata Sagara.

Tak diam, selanjutnya Elliana juga Sagara bergegas menuju sofa kemudian di sana keduanya duduk bersebelahan dan karena penasaran dengan rahasia apa yang dimaksud sang adik, dengan segera Sagara bertanya,

"Jadi rahasia apa yang mau kamu ungkapin ke Kakak?"

Tak langsung buka suara, Elliana diam sambil memandang Sagara untuk beberapa saat sampai akhirnya setelah mantap, dia pun berucap, "Aku udah bukan gadis, Kak."

Deg.

Detak jantung Sagara seolah berhenti saat itu juga sementara senyuman yang semula melengkung, kini sirna entah ke mana. Tubuhnya menegang bahkan tangannya spontan meremas sofa. Masih memandang Elliana, dia kemudian bertanya dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

"Udah bukan gadis?" tanya Sagara memastikan. "Maksudnya bukan gadis gimana, Elliana?"

Comments (7)
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
yaelah..... sagara dpt second.... ada konspirasikah? ...
goodnovel comment avatar
Willyanshyah Wildan
gak nyangka keliatan kalem yudis tapi menghanyutkan berani ngambil sebelum sah
goodnovel comment avatar
Willyanshyah Wildan
Yudis udah mengambil nya lebih dulu dari Lian, gara tetap tulus meskipun Lian udah melakukan itu sama yudis
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status