Share

4). Kejujuran Elliana

***

"Jadi gitu ceritanya?"

Tak lagi duduk berhadapan dengan Sagara, Elliana mengangguk pelan usai mendapat pertanyaan tersebut dari sang kakak sekaligus suaminya itu. Duduk bersebelahan di sofa yang sejak tadi dia dan sang suami tempati, yang dilakukannya sekarang adalah menunduk sambil memainkan jemari.

Takut? Tentu saja, karena apa yang barusaja Elliana bongkar bukanlah hal sepele. Status keperawanan. Hal sensitif tersebut akhirnya Elliana buka blak-blakkan di depan Sagara.

Tak mau berbohong, dia bicara jujur pada sang suami tentang dirinya yang sudah tak gadis lagi setelah seminggu lalu menghabiskan malam panas bersama dengan Yudistira.

Pada Sagara, Elliana menceritakan kronologi peristiwa seminggu lalu di apartemen Yudistira, mulai dari pria itu yang mabuk di rumah salah satu temannya lalu Elliana yang membawa Yudistira pulang hingga tarikan tangan Yudistira yang akhirnya berakhir membuatnya tidur bersama pria itu, semuanya dia ceritakan secara rinci tanpa ada yang dilewat atau dikurangi.

Tak ada kesengajaan, tidurnya dia dan Yudistira jelas sebuah kecelakaan karena sebelumnya Elliana dan pria itu berjanji untuk tak melakukan hal macam-macam sebelum menikah. Namun, Yudistira yang katanya malam itu merayakan pesta lajang bersama teman-temannya, langsung kehilangan kendali setelah meminum wine yang disediakan di sana sehingga peristiwa yang tak diinginkan pun terjadi.

Elliana menyesal bahkan sempat menangis kala itu, tapi Yudistira menenangkannya dengan berkata;

"Ini kesalahan, tapi sebentar lagi kita akan menikah. Jadi kamu jangan takut, oke? Kalau pun kamu hamil, status kita udah jadi suami istri."

Elliana pikir Yudistira benar-benar akan bertanggungjawab setelah berucap demikian, sehingga dia pun berusaha bersikap lega. Namun, ternyata dia dikecewakan karena di hari pernikahan mereka, Yudistira justru pergi entah ke mana.

"Iya, gitu ceritanya," kata Elliana tanpa menoleh. "Aku tahu Kakak pasti marah, tapi aku mohon jangan cerita ke Mama sama Papa ya, Kak. Aku enggak mau mereka kecewa karena kelakuan aku. Papa sama Mama pasti malu kalau seandainya tahu aku udah tidur sama laki-laki sebelum menikah. Aku emang bodoh, Kak. Aku gagal menjaga kesucian aku di depan laki-laki brengsek macam Yudistira. Seharusnya aku lebih jaga diri seperti pesan Papa ataupun Kak Gara, tapi aku gagal."

Sekarang kedua mata Elliana kembali berkaca-kaca lagi, karena setelah menceritakan apa yang pernah terjadi padanya dan Yudistira jelas membuat dia sakit bahkan terhina.

Habis manis sepah dibuang.

Itulah mungkin pribahasa yang cocok untuknya setelah dicampakkan oleh Yudistira usai direnggut kesuciannya.

"Jujur, Kakak syok banget, Lian," kata Sagara disertai helaan napas berat. Tak memandang Elliana, sekarang netranya tertuju pada tempat tidur yang sama sekali belum tersentuh. "Kakak enggak nyangka kalau kamu sama Yudistira udah tidur bahkan melakukan hubungan yang enggak seharusnya kalian lakukan sebelum nikah."

"Aku tahu perbuatanku sama Yudistira emang hina banget, Kak," kata Elliana. "Makanya sekarang semua keputusan ada di tangan Kakak. Kak Gara mau ceraikan aku pun, aku terima karena aku enggak pantas buat laki-laki sebaik Kakak. Aku udah enggak suci lagi. Aku bukan gadis seutuhnya."

"Lian."

"Ya, Kak."

"Lihat Kakak," pinta Sagara setelah sebelumnya dia menoleh kemudian memandang Elliana dari samping.

Meskipun ragu, Elliana menoleh untuk kemudian memandang Sagara sehingga kini manik biru safirnya beradu tatap dengan bola mata hitam Sagara lalu terkunci untuk beberapa detik.

"Kamu tahu enggak, seberapa besar sayangnya Kakak ke kamu?" tanya Sagara.

"Maksud kakak?"

"Apa yang kamu lakukan sama Yudistira jujur buat Kakak kaget sekaligus kecewa, tapi sebesar apa pun rasa kecewa Kakak sama kamu, tetap aja kalah sama rasa cinta yang Kakak punya, Lian," ungkap Sagara panjang lebar. "Berat sebenarnya, tapi Kakak akan tetap mempertahankan kamu karena Kakak sayang sama kamu melebihi apa pun. Kakak bahkan lebih sayang kamu dibanding diri Kakak sendiri."

"Kak."

Elliana speechles? Tentunya, karena dia tak menyangka Sagara akan berbesar hati seperti sekarang setelah tahu jika kesucian yang Elliana miliki sudah direnggut pria lain.

"Kakak akan menerima kamu apa adanya, Lian," kata Sagara-sebisa mungkin bersikap tenang meskipun pada kenyataannya dia sudah sangat ingin meledak.

Sagara bukan malaikat yang memiliki hati sebersih cahaya. Dia punya emosi dan amarah yang bisa mencapai batas. Namun, tentu saja dia pun tak bisa menunjukkan semuanya di depan Elliana karena seperti yang diucapkannya barusan, rasa cinta dia pada Elliana besarnya mengalahkan semua perasaan lain di dalam hatinya, sehingga di depan Elliana, dia harus tetap terlihat baik.

"Kakak serius?" tanya Elliana memastikan. "Aku udah bukan gadis lagi, Kak. Kalau diibaratkan barang, aku bukan barang baru."

"Kakak enggak peduli," kata Sagara. "Apa pun status kamu, Kakak akan tetap mencintai kamu lalu akan pula ada di samping kamu seperti janji Kakak ke Papa. Kakak terlalu sayang sama kamu sampai rasanya enggak bisa pergi sekalipun dikecewakan berulang kali. Sebesar itu cinta Kakak ke kamu, Lian."

"Kak Gara," lirih Elliana. "Aku harus lakuin apa sebagai ucapan terima kasih ke Kakak?"

"Lakuin apa?" tanya Sagara. "Gimana kalau balas cinta Kakak ke kamu? Kakak enggak butuh apa-apa selain itu karena yang Kakak pengenin dari dulu cuman kamu balas cinta Kakak."

"Kak."

"Mau peluk?"

Elliana tersenyum tipis sambil mengangguk sehingga di detik berikutnya Sagara kembali mengulurkan tangan-meraih tubuh Elliana kembali ke dalam pelukannya.

"Kamu tenang aja, rahasia kamu aman sama Kakak karena kepada siapa pun itu, Kakak enggak pernah ceritain apa yang kamu jelasin ke Kakak malam ini," ucap Sagara. "Anggap semuanya jadi pelajaran supaya ke depannya kamu semakin berhati-hati."

"Iya, Kak. Aku pasti akan lebih berhati-hati lagi ke depannya," kata Elliana. "Aku enggak akan kecewain Kakak untuk yang kedua kalinya dan sekali lagi maaf, Kakak harus nikahin aku-perempuan yang bahkan gagal menjaga kehormatannya sendiri."

"Its okay," kata Sagara. "Semua manusia pasti pernah berbuat salah termasuk kamu."

Tak menjawab, Elliana sekarang hanya menikmati rengkuhan Sagara hingga tak berselang lama setelah itu, dia melepaskan pelukan sang suami lalu kemudian kembali duduk seperti semula.

"Kak."

"Ya?"

"Kalau seandainya apa yang aku lakuin sama Yudistira seminggu lalu buat aku hamil gimana?" tanya Alula. "Apa Kakak mau juga terima anak aku sama Yudis nanti? Aku enggak bisa gugurin kandungan aku kalau seandainya aku hamil, karena aku enggak mau membunuh janin yang bahkan enggak salah apa-apa. Aku enggak setega itu."

"Iya," kata Sagara. "Kakak akan menerima anak kamu bahkan nanti Kakak akan anggap dia seperti anak Kakak sendiri. Kamu tenang aja."

"Kak."

"Udah malam," kata Sagara. "Sekarang kamu istirahat ya, setelah pesta seharian, kamu pasti capek."

"Istirahat?"

"Iya, tidur," kata Sagara. "Kamu pasti ngantuk, kan?"

"Enggak apa-apa emangnya?"

Sagara tersenyum kemudian untuk yang kesekian kalinya mengusap pucuk kepala Elliana dengan sangat lembut. "Ya enggak apa-apa," ucapnya. "Kakak enggak akan minta apa pun ke kamu malam ini. Kakak tahu kamu pasti belum siap. Kakak siap nunggu kok."

Setelahnya-tanpa mengajukan pertanyaan apa pun, Elliana mengikuti saran Sagara untuk segera beristirahat. Naik ke atas kasur, dia membaringkan tubuhnya di sisi kiri sementara Sagara duduk di sisi kanan.

"Kamu tidur duluan ya, Kakak mau cek kerjaan dulu. Ada problem dikit."

"Iya, Kak," kata Elliana. "Aku tidur ya."

"Good night, Lian."

"Good night juga Kak Gara."

Setelahnya suasana kamar hening. Tak ada momen romantis apa pun di malam pertama pernikahan seperti pasangan lain pada umunya, Elliana benar-benar terlelap sementara Sagara sesekali melirik perempuan yang dicintainya itu untuk memastikan sesuatu.

Lima belas menit berlalu, Elliana mulai nyenyak dengan tidurnya sehingga yang dilakukan Sagara setelah itu adalah bangkit dari tempat tidur dengan sangat hati-hati.

Mengambil jaket di atas meja, Sagara memakainya dengan segera lalu setelah itu dia mencondongkan badan untuk kemudian memberikan kecupan di kening Elliana.

"Kakak pergi dulu sebentar ya, kamu yang nyenyak tidurnya. Besok pas kamu bangun, Kakak pasti udah di sini."

Setelah memandangi Elliana untuk beberapa saat, Sagara akhirnya berjalan pelan menuju pintu kamar kemudian keluar dan pergi meninggalkan kamar yang ditempati Elliana sekarang.

Turun ke lantai bawah menggunakan lift, Sagara sesekali mengedarkan pandangan untuk memastikan tak ada orang yang melihatnya berkeliaran di malam ini.

Aman, Sagara melanjutkan langkah menuju mobil hitamnya di parkiran kemudian masuk dan memasang seatbelt. Tak langsung menyalakan mesin, dia memilih untuk merogoh dulu ponsel dari saku jaketnya yang kini digunakan untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Bos. Ada apa?"

"Jangan dulu tidur, saya mau ke sana sekarang."

"Ke sini? Ke Bandung maksudnya, Bos?"

"Iya," kata Sagara. "Tiga jam saya sampai di sana. Tunggu."

"Baik, Bos. Kami akan menunggu."

"Oke."

Memutuskan sambungan telepon, Sagara akhirnya menyalakan mesin lalu dalam waktu singkat, mobilnya melaju meninggalkan parkiran hotel tempatnya menginap.

Melaju di jalanan Jakarta yang lengang, Sagara bergumam di tengah-tengah kegiatan mengemudinya.

"Tunggu aku, laki-laki brengsek!"

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
untuk nggagalkan pernikahan lian dg yudis, sagara nyulik yudis kah?
goodnovel comment avatar
Willyanshyah Wildan
gara" mabok yudis kehilangan kendali sampe lakuin itu ke Lian
goodnovel comment avatar
Willyanshyah Wildan
sagara mau hajar yudis kah...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status