Home / Rumah Tangga / Dipinang Kakak Angkat / 4). Kejujuran Elliana

Share

4). Kejujuran Elliana

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2023-06-13 07:34:35

***

"Jadi gitu ceritanya?"

Tak lagi duduk berhadapan dengan Sagara, Elliana mengangguk pelan usai mendapat pertanyaan tersebut dari sang kakak sekaligus suaminya itu. Duduk bersebelahan di sofa yang sejak tadi dia dan sang suami tempati, yang dilakukannya sekarang adalah menunduk sambil memainkan jemari.

Takut? Tentu saja, karena apa yang barusaja Elliana bongkar bukanlah hal sepele. Status keperawanan. Hal sensitif tersebut akhirnya Elliana buka blak-blakkan di depan Sagara.

Tak mau berbohong, dia bicara jujur pada sang suami tentang dirinya yang sudah tak gadis lagi setelah seminggu lalu menghabiskan malam panas bersama dengan Yudistira.

Pada Sagara, Elliana menceritakan kronologi peristiwa seminggu lalu di apartemen Yudistira, mulai dari pria itu yang mabuk di rumah salah satu temannya lalu Elliana yang membawa Yudistira pulang hingga tarikan tangan Yudistira yang akhirnya berakhir membuatnya tidur bersama pria itu, semuanya dia ceritakan secara rinci tanpa ada yang dilewat atau dikurangi.

Tak ada kesengajaan, tidurnya dia dan Yudistira jelas sebuah kecelakaan karena sebelumnya Elliana dan pria itu berjanji untuk tak melakukan hal macam-macam sebelum menikah. Namun, Yudistira yang katanya malam itu merayakan pesta lajang bersama teman-temannya, langsung kehilangan kendali setelah meminum wine yang disediakan di sana sehingga peristiwa yang tak diinginkan pun terjadi.

Elliana menyesal bahkan sempat menangis kala itu, tapi Yudistira menenangkannya dengan berkata;

"Ini kesalahan, tapi sebentar lagi kita akan menikah. Jadi kamu jangan takut, oke? Kalau pun kamu hamil, status kita udah jadi suami istri."

Elliana pikir Yudistira benar-benar akan bertanggungjawab setelah berucap demikian, sehingga dia pun berusaha bersikap lega. Namun, ternyata dia dikecewakan karena di hari pernikahan mereka, Yudistira justru pergi entah ke mana.

"Iya, gitu ceritanya," kata Elliana tanpa menoleh. "Aku tahu Kakak pasti marah, tapi aku mohon jangan cerita ke Mama sama Papa ya, Kak. Aku enggak mau mereka kecewa karena kelakuan aku. Papa sama Mama pasti malu kalau seandainya tahu aku udah tidur sama laki-laki sebelum menikah. Aku emang bodoh, Kak. Aku gagal menjaga kesucian aku di depan laki-laki brengsek macam Yudistira. Seharusnya aku lebih jaga diri seperti pesan Papa ataupun Kak Gara, tapi aku gagal."

Sekarang kedua mata Elliana kembali berkaca-kaca lagi, karena setelah menceritakan apa yang pernah terjadi padanya dan Yudistira jelas membuat dia sakit bahkan terhina.

Habis manis sepah dibuang.

Itulah mungkin pribahasa yang cocok untuknya setelah dicampakkan oleh Yudistira usai direnggut kesuciannya.

"Jujur, Kakak syok banget, Lian," kata Sagara disertai helaan napas berat. Tak memandang Elliana, sekarang netranya tertuju pada tempat tidur yang sama sekali belum tersentuh. "Kakak enggak nyangka kalau kamu sama Yudistira udah tidur bahkan melakukan hubungan yang enggak seharusnya kalian lakukan sebelum nikah."

"Aku tahu perbuatanku sama Yudistira emang hina banget, Kak," kata Elliana. "Makanya sekarang semua keputusan ada di tangan Kakak. Kak Gara mau ceraikan aku pun, aku terima karena aku enggak pantas buat laki-laki sebaik Kakak. Aku udah enggak suci lagi. Aku bukan gadis seutuhnya."

"Lian."

"Ya, Kak."

"Lihat Kakak," pinta Sagara setelah sebelumnya dia menoleh kemudian memandang Elliana dari samping.

Meskipun ragu, Elliana menoleh untuk kemudian memandang Sagara sehingga kini manik biru safirnya beradu tatap dengan bola mata hitam Sagara lalu terkunci untuk beberapa detik.

"Kamu tahu enggak, seberapa besar sayangnya Kakak ke kamu?" tanya Sagara.

"Maksud kakak?"

"Apa yang kamu lakukan sama Yudistira jujur buat Kakak kaget sekaligus kecewa, tapi sebesar apa pun rasa kecewa Kakak sama kamu, tetap aja kalah sama rasa cinta yang Kakak punya, Lian," ungkap Sagara panjang lebar. "Berat sebenarnya, tapi Kakak akan tetap mempertahankan kamu karena Kakak sayang sama kamu melebihi apa pun. Kakak bahkan lebih sayang kamu dibanding diri Kakak sendiri."

"Kak."

Elliana speechles? Tentunya, karena dia tak menyangka Sagara akan berbesar hati seperti sekarang setelah tahu jika kesucian yang Elliana miliki sudah direnggut pria lain.

"Kakak akan menerima kamu apa adanya, Lian," kata Sagara-sebisa mungkin bersikap tenang meskipun pada kenyataannya dia sudah sangat ingin meledak.

Sagara bukan malaikat yang memiliki hati sebersih cahaya. Dia punya emosi dan amarah yang bisa mencapai batas. Namun, tentu saja dia pun tak bisa menunjukkan semuanya di depan Elliana karena seperti yang diucapkannya barusan, rasa cinta dia pada Elliana besarnya mengalahkan semua perasaan lain di dalam hatinya, sehingga di depan Elliana, dia harus tetap terlihat baik.

"Kakak serius?" tanya Elliana memastikan. "Aku udah bukan gadis lagi, Kak. Kalau diibaratkan barang, aku bukan barang baru."

"Kakak enggak peduli," kata Sagara. "Apa pun status kamu, Kakak akan tetap mencintai kamu lalu akan pula ada di samping kamu seperti janji Kakak ke Papa. Kakak terlalu sayang sama kamu sampai rasanya enggak bisa pergi sekalipun dikecewakan berulang kali. Sebesar itu cinta Kakak ke kamu, Lian."

"Kak Gara," lirih Elliana. "Aku harus lakuin apa sebagai ucapan terima kasih ke Kakak?"

"Lakuin apa?" tanya Sagara. "Gimana kalau balas cinta Kakak ke kamu? Kakak enggak butuh apa-apa selain itu karena yang Kakak pengenin dari dulu cuman kamu balas cinta Kakak."

"Kak."

"Mau peluk?"

Elliana tersenyum tipis sambil mengangguk sehingga di detik berikutnya Sagara kembali mengulurkan tangan-meraih tubuh Elliana kembali ke dalam pelukannya.

"Kamu tenang aja, rahasia kamu aman sama Kakak karena kepada siapa pun itu, Kakak enggak pernah ceritain apa yang kamu jelasin ke Kakak malam ini," ucap Sagara. "Anggap semuanya jadi pelajaran supaya ke depannya kamu semakin berhati-hati."

"Iya, Kak. Aku pasti akan lebih berhati-hati lagi ke depannya," kata Elliana. "Aku enggak akan kecewain Kakak untuk yang kedua kalinya dan sekali lagi maaf, Kakak harus nikahin aku-perempuan yang bahkan gagal menjaga kehormatannya sendiri."

"Its okay," kata Sagara. "Semua manusia pasti pernah berbuat salah termasuk kamu."

Tak menjawab, Elliana sekarang hanya menikmati rengkuhan Sagara hingga tak berselang lama setelah itu, dia melepaskan pelukan sang suami lalu kemudian kembali duduk seperti semula.

"Kak."

"Ya?"

"Kalau seandainya apa yang aku lakuin sama Yudistira seminggu lalu buat aku hamil gimana?" tanya Alula. "Apa Kakak mau juga terima anak aku sama Yudis nanti? Aku enggak bisa gugurin kandungan aku kalau seandainya aku hamil, karena aku enggak mau membunuh janin yang bahkan enggak salah apa-apa. Aku enggak setega itu."

"Iya," kata Sagara. "Kakak akan menerima anak kamu bahkan nanti Kakak akan anggap dia seperti anak Kakak sendiri. Kamu tenang aja."

"Kak."

"Udah malam," kata Sagara. "Sekarang kamu istirahat ya, setelah pesta seharian, kamu pasti capek."

"Istirahat?"

"Iya, tidur," kata Sagara. "Kamu pasti ngantuk, kan?"

"Enggak apa-apa emangnya?"

Sagara tersenyum kemudian untuk yang kesekian kalinya mengusap pucuk kepala Elliana dengan sangat lembut. "Ya enggak apa-apa," ucapnya. "Kakak enggak akan minta apa pun ke kamu malam ini. Kakak tahu kamu pasti belum siap. Kakak siap nunggu kok."

Setelahnya-tanpa mengajukan pertanyaan apa pun, Elliana mengikuti saran Sagara untuk segera beristirahat. Naik ke atas kasur, dia membaringkan tubuhnya di sisi kiri sementara Sagara duduk di sisi kanan.

"Kamu tidur duluan ya, Kakak mau cek kerjaan dulu. Ada problem dikit."

"Iya, Kak," kata Elliana. "Aku tidur ya."

"Good night, Lian."

"Good night juga Kak Gara."

Setelahnya suasana kamar hening. Tak ada momen romantis apa pun di malam pertama pernikahan seperti pasangan lain pada umunya, Elliana benar-benar terlelap sementara Sagara sesekali melirik perempuan yang dicintainya itu untuk memastikan sesuatu.

Lima belas menit berlalu, Elliana mulai nyenyak dengan tidurnya sehingga yang dilakukan Sagara setelah itu adalah bangkit dari tempat tidur dengan sangat hati-hati.

Mengambil jaket di atas meja, Sagara memakainya dengan segera lalu setelah itu dia mencondongkan badan untuk kemudian memberikan kecupan di kening Elliana.

"Kakak pergi dulu sebentar ya, kamu yang nyenyak tidurnya. Besok pas kamu bangun, Kakak pasti udah di sini."

Setelah memandangi Elliana untuk beberapa saat, Sagara akhirnya berjalan pelan menuju pintu kamar kemudian keluar dan pergi meninggalkan kamar yang ditempati Elliana sekarang.

Turun ke lantai bawah menggunakan lift, Sagara sesekali mengedarkan pandangan untuk memastikan tak ada orang yang melihatnya berkeliaran di malam ini.

Aman, Sagara melanjutkan langkah menuju mobil hitamnya di parkiran kemudian masuk dan memasang seatbelt. Tak langsung menyalakan mesin, dia memilih untuk merogoh dulu ponsel dari saku jaketnya yang kini digunakan untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Bos. Ada apa?"

"Jangan dulu tidur, saya mau ke sana sekarang."

"Ke sini? Ke Bandung maksudnya, Bos?"

"Iya," kata Sagara. "Tiga jam saya sampai di sana. Tunggu."

"Baik, Bos. Kami akan menunggu."

"Oke."

Memutuskan sambungan telepon, Sagara akhirnya menyalakan mesin lalu dalam waktu singkat, mobilnya melaju meninggalkan parkiran hotel tempatnya menginap.

Melaju di jalanan Jakarta yang lengang, Sagara bergumam di tengah-tengah kegiatan mengemudinya.

"Tunggu aku, laki-laki brengsek!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Dwi MaRITA
untuk nggagalkan pernikahan lian dg yudis, sagara nyulik yudis kah?
goodnovel comment avatar
Willyanshyah Wildan
gara" mabok yudis kehilangan kendali sampe lakuin itu ke Lian
goodnovel comment avatar
Willyanshyah Wildan
sagara mau hajar yudis kah...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dipinang Kakak Angkat   105). Akhir dari Sepenggal Kisah

    ***"Ma, gimana kondisi Lian sekarang? Baik-baik aja, kan, dia? Enggak ada hal serius terjadi, kan? Dan anak aku, gimana kondisi anak aku sekarang, Ma? Baik juga, kan?"Barusaja sampai di depan ruang operasi, deretan pertanyaan tersebut langsung dilontarkan Sagara pada Anindira juga Athlas yang kini berada di sana.Datang dari kantor dengan perasaan panik, itulah Sagara setelah beberapa waktu lalu kabar tak mengenakkan diterimanya dari Anindira. Elliana jatuh di kamar mandi.Itulah kabar buruk yang Sagara terima sehingga tanpa banyak basa-basi yang dia lakukan usai menerima kabar tersebut adalah bergegas menuju rumah sakit tempat sang istri dirawat.Tak tepat waktu, Sagara pergi setengah jam setelah pesan dari Anindira masuk karena memang ketika pesan tersebut dikirim, dirinya tengah menjalani meeting sehingga khawatir tingkat tinggi pun dirasakannya."Tenang, Gar, satu-satu dulu nanyanya," ucap Athlas. "Mama kamu pusing kalau kamu nanyanya banyak gitu.""Ah iya, Maaf," ucap Sagara. M

  • Dipinang Kakak Angkat   104). Ulang Tahun Rinjani

    ***"Hai, Mas suami."Tersenyum, itulah yang Sagara lakukan setelah sapaan tersebut dilontarkan Elliana. Baru kembali dari kantor setelah seharian penuh bekerja, dia merasa lelahnya seketika hilang setelah sang istri yang malam ini terlihat cantik dengan dressnya, menyambut di ambang pintu.Tak heran dengan penampilan cantik Elliana malam ini, Sagara tentu saja tahu alasan sang istri berdandan cantik sehingga tak bertanya tentang pakaian, dia memilih untuk membalas sapaan Elliana dengan ucapan yang tak kalah manis."Hai, istriku yang cantik.""Aku lega karena Kakak pulang tepat waktu," ucap Elliana—mengingat lagi bagaimana Sagara meminta izin pulang terlambat sore tadi. Padahal, malam ini ada acara makan bersama di rumah untuk merayakan bertambahnya usia sang putri, Rinjani. "Aku pikir bakalan telat dan makan malam kita kemalaman.""Enggaklah, aku kan tadi janji pulang maghrib dan kebetulan problem yang aku ceritain ke kamu tadi

  • Dipinang Kakak Angkat   103). Yudistira Menjenguk

    ***"Gimana sayang? Keluar enggak?"Duduk sambil memperhatikan Elliana yang kini menggendong sang putri, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Sagara dengan raut wajah penasarannya.Bukan tanpa alasan, Sagara bertanya demikian karena kini Elliana tengah memberikan ASInya untuk pertama kali dan yaps! Ringisan dari sang istri membuat dia mengerutkan kening."Ada dikit, Kak, bening," ucap Elliana. "Nanti pasti banyak," ucap Sagara. "Sakit enggak?""Enggak sih cuman agak gimanaa gitu," ucap Elliana. "Kaya ada geli-gelinya gitu.""Si cantiknya bangun?""Merem," kata Elliana sambil tersenyum. "Dia mungkin masih terlalu mager buat bangun.""Nanti malam mungkin bangun."Selesai operasi pukul sepuluh pagi, bayi mungil yang Elliana lahirkan memang baru dibawa ke kamar rawat Elliana enam jam setelahnya, dan tak langsung bangun, bayi cantik dengan berat badan 3,2kg tersebut terlelap dengan damai hingga s

  • Dipinang Kakak Angkat   102). Momen Kelahiran Si Cantik

    ***"Gimana, Kak, udah cantik belum? Aku enggak mau kelihatan pucat soalnya pas difoto nanti."Selesai memoles wajah, pertanyaan tersebut lantas Elliana lontarkan pada Sagara yang sejak tadi duduk di samping bed tempatnya berada. Tak di rumah seperti hari-hari sebelumnya, jumat ini Elliana sudah berada di rumah sakit karena memang setelah beberapa bulan berganti, usia kehamilan yang dia alami tiba juga di angka tiga puluh delapan minggu.Tak bisa melahirkan normal karena janin yang tetap di posisi sungsang, Elliana pada akhirnya pasrah pada tindakan cessar yang akan dilakukan dokter untuk kelahiran sang putri dan karena operasi akan dilakukan pukul sembilan pagi, sekarang—sekitar pukul tujuh, Elliana sibuk merias diri karena di kelahiran pertamanya, entah kenapa dia ingin tampil cantik dengan makeup di wajah.Tak hanya ditemani Sagara di ruang operasi nanti, Elliana sebelumnya meminta izin untuk mengajak satu orang lagi, dan bukan Anindi

  • Dipinang Kakak Angkat   101). Tentang Operasi Cessar

    ***"Masih sedih?"Tak langsung melajukan mobil setelah sebelumnya masuk, pertanyaan tersebut lantas dilontarkan Sagara setelah kini di samping kirinya, Elliana terlihat terus menekuk wajah.Tak hanya memasang ekspresi tersebut, sejak beberapa waktu lalu Elliana juga tak banyak bicara dan seolah belum cukup, sejak masuk ke dalam mobil, Elliana memalingkan wajah ke arah luar—membuat Sagara tentu saja khawatir."Lumayan," ucap Elliana dengan atensi yang masih tertuju ke luar.Tak di rumah, saat ini dia juga Sagara tengah berada di parkiran rumah sakit setelah sebelumnya melakukan check up kandungan dan sama seperti bulan sebelumnya, kondisi janin di rahim Elliana baik. Namun, kendala yang muncul sejak dua bulan lalu masih sama dan hal tersebutlah yang membuat Elliana tak memasang raut wajah bahagia setelah melakukan check up.Bayi yang dia kandung mengalami posisi sungsang.Itulah kendala dalam kehamilan yang Elliana alami

  • Dipinang Kakak Angkat   100). Gender yang Akhirnya Terungkap

    ***"Satu, dua, tiga, tusuk!"Dar!Tak memiliki jeda yang lama pasca seruan tersebut dilontarkan orang-orang di taman belakang rumah, balon hitam besar yang semula menggantung akhirnya meledak juga setelah sebuah jarum ditusukkan oleh Elliana juga Sagara di waktu yang sama.Tak sekadar berdiri bersebelahan di depan balon, Elliana juga Sagara tentunya berpegangan tangan bahkan jarum yang mereka pakai pun hanya satu—dipegang oleh keduanya dan yaps! Begitu balon pecah, compety berwarna merah muda berhamburan—membuat semua orang yang sore ini hadir seketika berseru, karena lewat warna compety yang keluar dari dalam balon, jenis kelamin bayi yang Elliana kandung akhirnya bisa diketahui."Bayi kita perempuan, Kak," ucap Elliana sambil memandang Sagara."Iya, sayang. Baby girl," kata Sagara. "Sini peluk dulu."Tersenyum dengan perasaan yang bahagia, setelahnya Elliana masuk ke dalam dekapan Sagara kemudian di tengah meriahnya a

  • Dipinang Kakak Angkat   99). Gender Reveal

    ***"Hai."Tersenyum dengan perasaan speechles, itulah yang Elliana rasakan ketika sapaan tersebut dilontarkan Sagara yang barusaja turun dari mobil. Berpenampilan berbeda dengan tadi pagi ketika hendak pergi ke kantor, sore ini pria itu pulang menggunakan kemeja biru muda dan tentu saja hal tersebut membuat Elliana heran."Kakak kok ganti baju?" tanya Elliana begitu Sagara mendekat. "Baju yang tadi mana?""Ada di mobil," kata Sagara. Sampai di teras tempat sang istri menunggu, setelahnya dia bertanya, "Udah siap?""Udah," kata Elliana. "Mau ke mana kita sore ini?"Beberapa jam berlalu, sore akhirnya tiba dan merealisasikan ajakan Sagara tadi siang, Elliana sudah rapi dengan dress merah muda juga sneaker putih yang diberikan sang suami, karena memang tak ada perubahan jadwal, Sagara ingin mengajaknya berjalan-jalan."Tempatnya masih dirahasiakan," ucap Sagara. "Oh ya, Mbak Marni mana? Bilang ke beliau ayo berangkat."

  • Dipinang Kakak Angkat   98). Ajakan Jalan-jalan

    ***"Siapa, Bi, barusan? Tetangga atau siapa?"Tengah bersantai di kursi tengah, pertanyaan tersebut lantas Elliana lontarkan setelah Mbak Marni yang semula ke depan untuk mengecek tamu, kini kembali sambil menenteng sebuah paper bag di tangan kanan.Entah apa isi dari paper bag tersebut, Elliana sendiri tak tahu karena dibanding apa yang dibawa sang art, dia rasanya lebih penasaran pada siapa yang datang ke rumahnya beberapa waktu lalu."Kurir, Non," kata Mbak Marni. "Katanya mau anterin paket buat Non Lian.""Paket?" tanya Elliana sambil mengerutkan kening. "Dari siapa?""Den Gara," ucap Mbak Marni. Mendekati Elliana yang masih berada di sofa, setelahnya yang dia lakukan adalah; menyimpan paper bag yang dibawanya di atas meja. "Tadi kurirnya bilang ini paket buat Non Lian dan pengirimnya Den Gara. Karena setelah dicek, isi paper bagnya kain, Saya terima aja deh.""Kak Gara kasih apa ya?" tanya Elliana. "Dia bilang lemb

  • Dipinang Kakak Angkat   97). Balada Ngidam

    ***"Ngerjain Kak Gara dosa enggak sih? Mendadak kasihan juga nih aku tinggalin dia di pasar."Sambil terus mengemudikan mobil yang sejak tadi dia bawa, Elliana lantas bertanya demikian setelah perasaan tak enak juga kasihan pada Sagara tiba-tiba saja menghampiri.Sudah jauh meninggalkan pasar tempat Sagara mencari jengkol, Elliana sengaja meninggalkan suaminya tersebut setelah rasa ingin buang air kecil tiba-tiba saja menghampiri.Tak terlalu mendesak, sebenarnya Elliana masih bisa menunggu Sagara selama beberapa menit. Namun, entah kenapa keinginan untuk meninggalkan pria itu tiba-tiba saja menguat—membuat dia lantas mengemudikan mobil suaminya itu pergi meninggalkan pasar.Entah masuk ke dalam kategori ngidam atau tidak, tapi yang jelas ketika Sagara menghubunginya untuk bertanya, Elliana justru semakin ingin mengerjai sang suami sehingga meminta Sagara pulang menggunakan angkot pun dilontarkannya dan jujur, membayangkan Sagara menggun

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status