Beranda / Romansa / Dipuja Dua Penguasa / Part 3 | Putri Keluarga Grant

Share

Part 3 | Putri Keluarga Grant

Penulis: Mocha Latte
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-21 13:22:39

“Baiklah, aku setuju membatalkan pernikahan gila ini. Asal kamu tahu, kisah cinta kita tidak pernah berakhir karena tidak pernah ada permulaan."

"Lagian, aku dan kamu hanya dijodohkan, bukannya saling cinta. Urusan nenek, itu urusanmu."

"Apa pun alasan yang akan kamu berikan pada keluarga kita, aku sama sekali tidak peduli. Selamat tinggal. Aku berharap kita tidak akan berurusan lagi baik di dunia maupun di akhirat,” putus Olivia, tegas dan tidak berbelit-belit.

Dengan cepat aktris kelas A itu bangun lalu meninggalkan Lucas yang masih duduk termangu seperti orang kehilangan akal.

“Sial, bukan ini yang aku harapkan,” gumam Lucas, lemah.

Dengan jiwa yang dibelenggu rasa putus asa, dia memejamkan mata lalu membuang napas berat.

***

Olivia melangkah separuh berlari menuju ke area parkir sambil menahan tangis.

‘Tidak, Via. Jangan menangis. Di sini bukan tempatnya,’ bujuknya pada diri sendiri.

Kacamata hitam segera dipakai demi melindungi netra yang mendadak sensitif dengan cahaya mentari.

“Kak Olivia, sebentar.”

Anna berteriak memanggil Olivia sementara Lily pantas berlari menuju mobil sang aktris.

“Kamu… Kalian siapa?” tanya Olivia bingung saat Lily merentangkan kedua belah tangan ke kanan dan ke kiri di depan pintu mobil, menghalanginya dari masuk.

“Kami penggemar Kak Olivia. Dan… bisa kami… dapatkan autograf kakak?”

Terbata-bata Anna mengutarakan permintaan sementara Lily menatap muka Olivia penuh harap.

‘Tahan emosi sedihmu, Via. Penggemarmu tidak boleh tahu akan kesakitanmu. Tersenyumlah meskipun sulit.’

Olivia langsung tertawa kecil menanggapi permintaan dua gadis tersebut meskipun otak dan hatinya masih galau.

“Kupikir ada apa kalian memanggilku. Ternyata ingin mendapatkan tanda tangan. Oleh karena kalian adalah gadis yang cantik dan baik, akan aku berikan autograf paling bagus buat kalian. Sebentar.”

Olivia masuk ke dalam mobil lalu mengambil sebuah map di tempat duduk penumpang.

“Ini untuk kalian.”

Olivia lantas mengulurkan sebuah map besar kepada Anna.

“Di dalam ini, ada puluhan autograf istimewa yang aku sediakan khusus untuk acara bertemu penggemar pada akhir tahun. Tapi sepertinya acara itu terpaksa aku batalkan karena urusan pribadi. Jadi, ini buat kalian saja.”

Sempat Olivia mengedipkan matanya sebelum memeluk kedua gadis muda itu.

“Terima kasih…”

Mata Anna dan Lily tampak berkaca-kaca menahan rasa senang bercampur rasa tak percaya di dada.

Bagaimana, tidak?

Hal yang paling sukar untuk didapatkan di kota Dashville bukanlah sekarung uang tetapi autograf eksklusif dari para aktor dan aktris papan atas.

Ketika mobil Olivia meluncur perlahan meninggalkan area parkir, barulah Lily dan Anna bisa membuka mulut mereka lebar-lebar.

“Kak Olivia… Kakak benar-benar keren!”

“Aku mencintaimu, kak!” Lily berteriak kencang.

“Selamat atas pernikahan kakak dengan Kak Lucas!” Anna menjerit senang.

Di dalam mobil, Olivia sempat mendengar jeritan Anna.

Bibirnya membentuk senyum sedih.

“Selamat atas pernikahanku? Bullshit. Andai saja kalian tahu, tidak ada pernikahan. Yang ada mungkin cuma pemakamanku,” gumam Olivia seraya menginjak pedal gas.

***

Di depan pintu masuk bandara.

Seorang wanita berwajah bujur sirih turun dari sebuah mobil mewah sambil menelepon.

“Pa, aku baru saja tiba di bandara bersama Sekretaris White. Papa tahu ‘kan, hari ini Adam pulang. Sungguh, aku tidak sabar bertemunya."

"Pa, kalau aku berhasil membujuk Adam untuk mensponsori anak-anak yatim di panti asuhan keluarga kita, apa yang akan aku dapatkan dari Papa?”

Senyum riang terukir indah di wajah wanita itu saat mendengar ayahnya akan memberikan 10% saham di perusahaan keluarga Grant.

“Serius, 10%? Papa tidak berbohong padaku, kan?”

Mata Sekretaris White membulat.

‘Gila! Bersenjatakan bujuk rayu saja, Nona Emily Grant bisa mendapatkan saham sebanyak itu,’ batin wanita yang sudah bekerja dengan keluarga Grant selama 10 tahun.

Emily menutup panggilan telepon dengan suara ceria seperti anak kecil yang berpamitan pada sang ayah.

Namun, sebaik saja dia menyimpan ponsel di dalam tas tangan bermerek eksklusif, mukanya berubah garang.

“Sekretaris White, orang tua itu benar-benar menyebalkan! Setelah aku bersusah payah memikat hati pria kutub selatan itu, bayaran yang aku terima cuma 10% saham Grant Group."

"Sedangkan sebelum ini papa rela menyerahkan 20% saham perusahaan minyak milik keluarga Grant kepada kakak pertama."

"Argh, dasar orang tua pilih kasih! Lihat saja, akan aku buang papa ke panti jompo saat dia sudah tua kelak,” omel Emily sambil berkacak pinggang, sama sekali tidak malu marah-marah di depan khalayak.

“Nona Emily, nona harus sabar. Sebentar lagi, nona akan bertunangan dengan Tuan Adam Knight, penguasa tiga perusahaan terkemuka di dunia."

"Aku yakin nasib nona akan berubah drastis. Jika sekarang nona menjadi babu buruk di keluarga Grant, saya yakin nona akan menjadi ratu di singgasana keluarga Knight."

"Saat itu terjadi, semua anggota keluarga Grant akan menghormati nona,” bujuk Sekretaris White, pura-pura peduli sedangkan dia muak sekali dengan sikap biadap Emily terhadap orang tua.

Namun, sekretaris malang itu tidak bisa berbuat banyak karena sedari kecil, sikap kurang ajar telah sebati dalam kehidupan Emily Grant.

Mana-mana karyawan yang menyinggung perasaan Nona Emily, pasti ditimpa malang.

Emily menghela napas panjang.

“Adam Abraham Knight… Sejujurnya pria itu memiliki wajah yang sangat tampan tapi sayangnya dia terlalu dingin dan sentiasa serius sepanjang waktu."

"Karyawannya juga bilang padaku, Adam bahkan tidak pernah ikut serta acara makan malam perusahaan. Dia juga tidak ada humornya. Membosankan.”

Wajah Emily yang awalnya suram tiba-tiba bercahaya.

“Tidak seperti Aaron-ku. Dia ramah, pandai berjenaka bahkan saat dia tersenyum, aku seperti terhipnotis. Dia sangat menggemaskan!”

Saking senangnya, Emily mengentakkan kakinya berkali-kali.

“Ssstt! Perlahankan suaramu, nona. Kita sekarang di tempat umum."

"Jangan sampai ada yang tahu kalau nona menyimpan perasaan khusus buat Tuan Aaron Xavier Knight. Kalau hal itu terjadi, segala rencana keluarga nona bisa hancur,” nasihat Sekretaris White, tampak khawatir.

“Tenang, Sekretaris White. Lagian tidak ada yang tahu akan rencana keluarga Grant mendekati keluarga Knight demi mendapatkan dana ratusan juta dollar untuk menjamin kelangsungan yayasan dan gereja kami.”

“Ya, hidup nona pasti beruntung jika menikahi pria familyman dan royal soal uang seperti Tuan Muda Knight,” sahut Sekretaris White, pelan namun bisa didengari oleh Emily.

“Hmm, entahlah. Aku masih kurang percaya padanya. Menurutku, pria yang penuh ambisi seperti Adam Knight cenderung menjadi pria mengerikan seperti vampir yang hauskan darah."

"Aku tidak bisa menerka apa yang sedang dia pikirkan dan apa yang akan dia lakukan. Pria itu terlalu misterius.”

“Dan… biarpun satu dunia tahu tentang perasaanku terhadap Aaron, mereka tidak bisa menggagalkan rencana pernikahanku bersama Adam.

"Ayolah, aku bisa menjalin hubungan istimewa dengan Aaron meskipun aku telah menikahi Adam."

"Dan kala itu terjadi, akulah wanita paling bahagia di dunia. Punya suami sultan dan juga pria simpanan yang menggemaskan,” tambah Emily, sangat percaya diri.

Sekretaris White mendadak mengepal tinju karena terlalu geram.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 22 | Tak Ingin Pergi

    Olivia berjalan perlahan-lahan di hamparan rumput yang luas. Sinar matahari pagi yang hangat menerangi setiap helai rumput berwarna hijau segar. Langit biru cerah tanpa awan membuat suasana menjadi begitu tenang nan damai. Angin bersilir-silir menyapa sekujur tubuh Olivia. Nyaman sekali. "Tempat apa ini?” Suara seraknya memecah kesunyian. Riak bingung terpahat di wajahnya. Olivia masih ingat dengan jelas. Dia dikejar Emily sebelum terlibat dalam kecelakaan. Kepalanya terbentur setir bahkan mobil mewahnya jatuh ke jurang. Segera dia menyentuh kepala dan memeriksa tangan dan kakinya. Bagaimana bisa tidak ada luka walau satu goresan pun? Ajaib! “Apa aku sudah mati atau aku sedang bermimpi?" gumamnya, tak mengerti. Mata Olivia liar memandang ke kiri kanan guna mencari sosok manusia dan hewan. Akan tetapi, tiada makhluk bernyawa yang ditangkap oleh netranya. Mengabaikan rasa takut, dia membiarkan kedua-dua tungkainya terus mengatur langkah. Sampai di puncak bukit kecil, dia me

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 21 | Babu Putriku

    “Jawab aku, apa kamu pernah memikirkan Adam? Puluhan tahun dia membesar dengan pertelingkahan kalian yang tidak pernah usai. Fisiknya memang baik-baik saja tapi aku yakin, jiwa dan mentalnya sakit saat melihat Xavier menyiksamu. Apa kamu tahu itu?” tanya Tuan Dennis, gusar. Lisa mengatup tirai mata. Wajah Adam sewaktu kecil memenuhi benaknya. Anak itu… Tidak pernah memperlihatkan kesedihan walau sedikit. Dia sering tersenyum senang saat coba membujuknya setelah Xavier selesai melampiaskan segenap amarah di tubuhnya. Lisa masih ingat dengan jelas. Tangan mungil itu menyeka air mata yang membasahi pipinya dengan penuh kasih sayang. ‘Mama, jangan menangis. Ada Adam di sini.’ Hati kecil Lisa terenyuh. Dia kembali membuka mata. “Aku tahu.” Suaranya lirih sekali. “Kamu tahu tapi sengaja mengabaikannya! Adam butuh ibu yang bahagia agar dia juga bisa bahagia, Lisa.” Tuan Dennis menggeram. Tinjunya terkepal erat. “Setiap kali aku mendengar Xavier mengurungmu di penjara bawah tana

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 20 | 100 Bunga Lavender

    Tuan Dennis Hudson melangkah pelan menuju kamar rawat inap VVIP yang ditempati putrinya. Sempat ia melemparkan senyum kepada ibu-ibu yang sedang menunggu lift. “Lihat! Tuan Hudson sudah datang.” Seorang perawat berbisik dengan antusias kepada temannya yang sedang mengisi data pesakit di komputer. “Hmmm.” Temannya hanya menyahut acuh tak acuh. “Kamu kenapa, June?” Dia merasa heran dengan reaksi temannya. Bukan ini yang dia harapkan. “Tidak apa-apa, Lina. Aku cuma pernah mendengar cerita dari beberapa senior kita bahwa Tuan Hudson itu sangat membenci wanita setelah kematian istrinya. Saking bencinya, dia hanya menerima laki-laki sebagai sekretaris pribadi,” ujar June. Lina melongo tak percaya. “Benarkah? Maksudmu, dia sudah menjadi pria yang suka beradu pedang?” Belum sempat June membalas, kepala perawat yang mendengar obrolan mereka segera memberi peringatan keras. “Jangan mudah percaya dengan omongan senior di sini. Berhentilah menggunjing dan lanjutkan kerja

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 19 | Hari Duka

    “Xavier!” seru Tuan Marcus dengan suara yang sarat keputusasaan. Dengan terpaksa dia menyeret langkah kecil nan berat mendekati pasangan Knight. Bola mata Tuan Xavier Knight memindai wajah sedih Tuan Marcus Grant. Sementara itu, Alora menutup mulut dengan tangan sembari matanya terbelalak melihat kedua tangan pria gundul itu berlumur darah. “Mana putrimu? Bukankah aku telah menyuruhmu menyeret Emily kemari?” tanya Tuan Besar Knight, ketus. Alora mendekati suaminya lalu berbisik cepat, “Xavier, lihat tangannya.” Rasa marah berganti cemas secepat kilat. Tuan Xavier segera mendekati sahabatnya. “Bagaimana bisa tanganmu berdarah? Apa yang terjadi? Ceritakan padaku!” Kedua tangannya menggenggam erat lengan sahabatnya. Perlahan, netra basah Tuan Marcus menumbuk wajah khawatir Tuan Xavier. “Putriku… Dia… sudah… ma… mati.” Usai bicara, seluruh tulangnya terasa lemah lalu tubuhnya memerosot menyentuh lantai dingin rumah sakit. “Xavier, dia pingsan! Ya Tuhan, apa yang harus kita

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 18 | Kehilangan Cahaya

    “Kau pasti sedang tidur di dalam peti mati saat ‘Lucas’ bertengkar dengan kakeknya.” Peter menyindir seraya melengos. “Langsung saja ke inti, apa sebenarnya yang telah terjadi?” Meski wajah Lucas tampak tenang, sorot matanya berubah sedingin kutub syamali. Peter mendesah sebal kala melihat binar menusuk dari mata sang alter ego Lucas yakni Lucky Luke. Ia tahu benar bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan selain berkata jujur. Bagi Lucky Luke, hukuman yang pantas buat sang penipu adalah kematian. “Olivia kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah sakit milik keluarga Knight. Dia masih hidup tapi…” “Tapi apa?” potong Lucas. Suaranya naik satu oktaf. Serentak, jantungnya berdenyut kencang. “Kedua kakinya lumpuh,” balas Peter, enteng. Dia telah menerima pesan khusus dari Carlos ketika membawa Fiona kepada Lucas. Ketenangan Lucas langsung buyar berganti amarah yang bergelegak. Lidahnya cepat mengeluarkan umpatan, “sialan!” Sontak satu tendangan singgah di bokong berotot Peter menyebabkan

  • Dipuja Dua Penguasa   Bab 17 | Lucky Luke

    ‘Firasatku benar. Aaron sengaja mengincarku,’ batin Lucas sambil mengangguk puas. Aaron Xavier Knight, satu-satunya anggota keluarga Knight yang sangat suka mengusik hidup Lucas. Jika ditanya apa alasannya? Jawabannya hanya satu, cinta tulus Aaron pernah ditolak mentah-mentah oleh Olivia Hudson. Konyol, bukan? “Sebentar. Aku masih ada satu pertanyaan untukmu.” Lucas berdiri. Sigaret yang ada di antara dua jarinya dibuang. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. “Dengarkan baik-baik, Fiona,” tutur Lucas, dingin. Fiona mengangguk-angguk cemas dengan napas tertahan. “Aktris terkenal berinisial O –yang pernah membintangi film Wanita Yang Membenci Mentari– terluka parah setelah mobil mewahnya jatuh ke jurang dalam posisi terbalik. Seorang saksi berkata, Olivia sempat bertemu aktor tampan berinisial L di sebuah kafe sebelum kecelakaan itu terjadi.” Lucas mengalihkan tatapan dari layar ponsel lalu menikam iris biru Fiona yang tampak mengembun. “Kau sengaja menulis judul film yan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status