Home / Romansa / Dipuja Dua Penguasa / Part 2 | Aku Benci Kamu

Share

Part 2 | Aku Benci Kamu

Author: Mocha Latte
last update Last Updated: 2024-04-21 13:20:28

“Ah, caramu berbicara cukup tajam seperti belati yang bisa membunuh nurani. Tapi mau bagaimana lagi, kamu adalah putri tunggal dari keluarga konglomerat terpandang. Sudah tentu kamu terbiasa bersikap dingin, ketus dan… menyebalkan,” cemooh Lucas seraya menyeringai.

Otak Olivia sudah terlampau lelah untuk meladeni sindiran sang tunangan.

Jujur saja, batinnya memang sedikit terguncang ditambah emosinya yang berantakan setelah mengetahui kenyataan pahit bahwa Lucas ingin membatalkan pernikahan mereka.

“Iya, iya. Terima kasih atas pujianmu. Terserah kamu mau menganggap aku sebagai wanita jahat. Aku tidak peduli. Apa yang terpenting saat ini adalah alasan apa yang harus aku berikan pada keluarga kita?” balas Olivia, sengit.

“Kalau hal itu… gampang-gampang susah.” Lucas menggigit bibir, ragu-ragu untuk mengatakan kalimat selanjutnya.

“Maksudmu? Tak usah mengulur waktu.” Olivia menyahut, dongkol.

Alis kirinya terangkat tinggi. Rasa kesal, sebal dan marah bercampur menjadi satu rasa yakni muak.

“Oke. Tapi kamu harus bersedia mendengar dan menerima apa saja yang akan aku katakan,” ucap Lucas dengan wajah serius.

‘Apa yang telah kau rencanakan di belakangku, Lucas Sullivan?’ Mata Olivia bersinar penuh kebencian.

“Bagaimana, kamu setuju?” Lucas bertanya lagi, meminta kepastian.

Olivia mengangguk meskipun hatinya merasa enggan.

“Baiklah. Telingaku akan mendengar,” jarinya menyentuh kuping telinga, “otakku akan membuat keputusan,” ujung jari telunjuknya mencium kepala, “dan… hatiku yang pada akhirnya memutuskan apa aku akan membencimu seumur hidup atau tidak,” perhentian terakhir jemari runcing Olivia adalah di dadanya.

Lucas menelan ludah, terintimidasi dengan kata-kata Olivia yang penuh keyakinan.

Berhati-hati, dia menyusun kalimat.

“Begini, sejujurnya aku membutuhkan bantuanmu. Aku–”

“Bantuan? Kamu serius?” Hampir saja Olivia tertawa.

“Wah, sejak kapan anggota keluarga Sullivan rela merendahkan kepala dengan meminta pertolongan dari musuh bebuyutan mereka?” Lagi, seringai mengerikan muncul di bibir seksi Olivia.

“Via, aku mengerti kamu kecewa…”

“Aku kecewa? Kata siapa? Kamu?” tukas Olivia, pantas.

Mulut Lucas terkunci.

Dia tahu benar wanita berparas cantik itu mulai berang.

Lihat saja mukanya yang tampak memerah menahan tsunami amarah di dada.

“Aku–”

Olivia mengangkat telapak tangannya, “cukup, Lucas. Aku tidak mau mendengar apa pun dari kamu.”

Tinju Lucas langsung mengentak meja.

“Tadi kamu juga yang bersetuju untuk mendengar apa rencanaku!” protes Lucas, tak terima. Urat lehernya yang tegang tampak jelas.

“Terus, kenapa?” pancing Olivia, sengaja membakar hati sang tunangan. Maaf, mantan tunangan.

Dada Lucas naik turun.

“Ternyata benar keputusanku untuk membatalkan pernikahan sialan ini. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa hidupku di masa depan jika menikahi perempuan gila yang tak punya urat malu sepertimu,” ucap Lucas, tanpa rasa bersalah.

Bahkan dia merasa lega setelah berkata jujur.

Deg!

Hati Olivia bagai dipalu keras lalu ditusuk jutaan jarum tajam.

Rasa sakit yang tidak mengeluarkan darah tetapi sukses membunuh atmanya.

Namun, dia cuma bisa menggenggam kedua tangan erat-erat di bawah meja lalu tersenyum pahit.

“Perempuan bermuka tebal ini yang kau kejar sejak SMA,” sahutnya, pelan.

“Iya tapi itu dulu, Via.” Pantas Lucas membantah. “Sekarang, rasa cinta itu telah hilang. Aku sendiri tak percaya bagaimana aku bisa jatuh cinta padamu. Mungkin saat itu aku merasa kesepian dan membutuhkan seseorang sebagai penghibur.”

‘Membutuhkah penghibur? Dasar bajingan! Kalau kau menginginkan penghibur, seharusnya kau mengencani Ariana, bukannya aku. Buang-buang waktuku saja!’ Olivia berteriak di dalam hati.

Demi meredam rasa gusar, Olivia mencapai gelas lalu meneguk Iced Americano hingga tandas.

Malah, tanpa peduli akan tata krama, dia menggigit es dan menelannya.

Sejenak dia menikmati rasa dingin es yang turun ke perut.

Alhasil kabut amarahnya lenyap dan hatinya berubah lega.

“Apa rencanamu sekarang?” tanya Olivia, serius.

“Aku mau kamu bertemu nenekku dan mengatakan bahwa kita berdua memilih untuk berpisah secara baik.” Lancar sekali bicara Lucas.

“Pilihan kita? Itu murni pilihanmu, Luke. Bukan pilihanku. Aku bahkan tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Satu hal yang harus kamu ingat sampai mati, tidak ada kalimat ‘happy ending’ dalam kamus perpisahan di muka bumi ini.”

“Aku–” Lucas gelagapan.

“Bagaimana kalau nenekmu bersikeras tidak setuju dengan rencana gilamu itu? Apa kamu sanggup ditendang dari keluarga Sullivan?” serang Olivia.

“Ayolah, Via. Kamu juga harus membantuku memikirkan cara membujuk nenek,” ujar Lucas, sebal.

“Aku pikir rencanamu sudah sempurna. Ternyata draft doang.” Olivia memutar bola matanya ke atas. Merasa muak.

“Hei, karena itu aku mau bertemu kamu di sini. Kamu harus bantu aku meyakinkan keluarga kita agar mereka bisa menerima keputusan ini. Titik tidak ada koma,” sahut Lucas tak ingin kalah dan tak mau dibantah.

Olivia berdecak heran dengan sikap sembrono Lucas.

Pria gila ini bukan saja gegabah dalam mengambil keputusan, bahkan tega menyeret seluruh anggota keluarga untuk sama-sama jatuh ke jurang kekacauan.

Ibarat seorang makan nangka, habis semua yang kena getahnya.

“Oh, jadi kamu ingin bertemuku hanya karena membutuhkan saran. Jika tidak, pasti kamu terus menghilang tanpa jejak, bukan?” sindir Olivia, geram.

“Itu tidak penting, Via.” Lucas mendesah, mulai putus asa.

“Itu penting bagiku,” tegas Olivia, garang.

Netranya menikam iris biru samudra Lucas.

“Ya sudah. Aku mohon maaf. Kita jangan berdebat lagi. Via, aku sangat berharap kamu sudi berjumpa nenek dan bilang padanya kalau hubungan kita telah berakhir."

"Memohonlah pada nenek agar dia tak lagi memaksa kita menikah. Apa pun caranya meskipun kamu harus bertekuk lutut,” bujuk Lucas.

Tutur katanya berubah lembut demi memperoleh persetujuan dari Olivia.

‘Bertekuk lutut di depan keluarga Sullivan? Mati lalu hidup kembali pun aku tidak akan sudi berlutut di depan mereka!’

Dengusan kasar Olivia terdengar.

“Luke, aku mengerti kamu sangat mengharapkan pernikahan ini batal. Bahkan kamu rela merendahkan diri dan memohon padaku."

"Tapi, apa kamu tidak sadar, akulah orang yang paling dirugikan dan bernasib sial jika aku menuruti kehendakmu?”

Sengaja Olivia ingin menguji nurani Lucas.

Apa masih ada walau sekelumit rasa belas buat dirinya di dalam hati pria itu?

Mata Lucas mengecil.

Kedua tangannya terkepal.

“Tak bisakah kamu mengorbankan kebahagiaanmu demi aku? Selama 29 tahun kamu hidup, kamu telah mendapatkan segala yang kamu inginkan. Malah, kamu juga memperoleh semua yang aku mau, Via!”

‘Ternyata, sifat dan sikap Lucas telah berubah sepenuhnya. Atau mungkin selama ini dia hanya memainkan sandiwara cinta di depanku. Aku benar-benar bodoh pernah menyukai pria sinting ini!’

“Kamu sebenarnya iri dengan hidupku, bukan?” pancing Olivia.

“Tidak, kamu salah. Aku benci kamu karena Tuhan sering memberi kebahagiaan dan rezeki yang luas buat wanita tak tahu malu sepertimu. Tetapi wanita berhati tulus seperti Ariana sering ditimpa kemalangan sepanjang hidupnya.” Kali ini, Lucas menjawab dengan jujur dari hatinya.

‘Ariana? Berani-beraninya dia memuji wanita sampah itu di depanku!’

“Kalau kamu mau protes, jangan padaku tetapi pada Tuhan. Kalau perlu, pergi saja ke gereja dan minta pendeta mendoakan Ariana menjadi wanita kaya-raya dan terhormat. Asal kamu tahu, semua yang ada di dalam genggamanku adalah milik Tuhan dan hanya Dia yang bisa mengambilnya kembali,” ujar Olivia dengan wajah berang.

Olivia lantas melepaskan cincin berlian dari jari manis lalu dengan kasar meletakkannya di atas meja.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Saralee
entah kenapa ya. tiap kali aku baca cerita orang-orang yang gagal menikah, sakit tuh sampai ke ulu hati. semangat ya buat kalian.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 22 | Tak Ingin Pergi

    Olivia berjalan perlahan-lahan di hamparan rumput yang luas. Sinar matahari pagi yang hangat menerangi setiap helai rumput berwarna hijau segar. Langit biru cerah tanpa awan membuat suasana menjadi begitu tenang nan damai. Angin bersilir-silir menyapa sekujur tubuh Olivia. Nyaman sekali. "Tempat apa ini?” Suara seraknya memecah kesunyian. Riak bingung terpahat di wajahnya. Olivia masih ingat dengan jelas. Dia dikejar Emily sebelum terlibat dalam kecelakaan. Kepalanya terbentur setir bahkan mobil mewahnya jatuh ke jurang. Segera dia menyentuh kepala dan memeriksa tangan dan kakinya. Bagaimana bisa tidak ada luka walau satu goresan pun? Ajaib! “Apa aku sudah mati atau aku sedang bermimpi?" gumamnya, tak mengerti. Mata Olivia liar memandang ke kiri kanan guna mencari sosok manusia dan hewan. Akan tetapi, tiada makhluk bernyawa yang ditangkap oleh netranya. Mengabaikan rasa takut, dia membiarkan kedua-dua tungkainya terus mengatur langkah. Sampai di puncak bukit kecil, dia me

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 21 | Babu Putriku

    “Jawab aku, apa kamu pernah memikirkan Adam? Puluhan tahun dia membesar dengan pertelingkahan kalian yang tidak pernah usai. Fisiknya memang baik-baik saja tapi aku yakin, jiwa dan mentalnya sakit saat melihat Xavier menyiksamu. Apa kamu tahu itu?” tanya Tuan Dennis, gusar. Lisa mengatup tirai mata. Wajah Adam sewaktu kecil memenuhi benaknya. Anak itu… Tidak pernah memperlihatkan kesedihan walau sedikit. Dia sering tersenyum senang saat coba membujuknya setelah Xavier selesai melampiaskan segenap amarah di tubuhnya. Lisa masih ingat dengan jelas. Tangan mungil itu menyeka air mata yang membasahi pipinya dengan penuh kasih sayang. ‘Mama, jangan menangis. Ada Adam di sini.’ Hati kecil Lisa terenyuh. Dia kembali membuka mata. “Aku tahu.” Suaranya lirih sekali. “Kamu tahu tapi sengaja mengabaikannya! Adam butuh ibu yang bahagia agar dia juga bisa bahagia, Lisa.” Tuan Dennis menggeram. Tinjunya terkepal erat. “Setiap kali aku mendengar Xavier mengurungmu di penjara bawah tana

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 20 | 100 Bunga Lavender

    Tuan Dennis Hudson melangkah pelan menuju kamar rawat inap VVIP yang ditempati putrinya. Sempat ia melemparkan senyum kepada ibu-ibu yang sedang menunggu lift. “Lihat! Tuan Hudson sudah datang.” Seorang perawat berbisik dengan antusias kepada temannya yang sedang mengisi data pesakit di komputer. “Hmmm.” Temannya hanya menyahut acuh tak acuh. “Kamu kenapa, June?” Dia merasa heran dengan reaksi temannya. Bukan ini yang dia harapkan. “Tidak apa-apa, Lina. Aku cuma pernah mendengar cerita dari beberapa senior kita bahwa Tuan Hudson itu sangat membenci wanita setelah kematian istrinya. Saking bencinya, dia hanya menerima laki-laki sebagai sekretaris pribadi,” ujar June. Lina melongo tak percaya. “Benarkah? Maksudmu, dia sudah menjadi pria yang suka beradu pedang?” Belum sempat June membalas, kepala perawat yang mendengar obrolan mereka segera memberi peringatan keras. “Jangan mudah percaya dengan omongan senior di sini. Berhentilah menggunjing dan lanjutkan kerja

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 19 | Hari Duka

    “Xavier!” seru Tuan Marcus dengan suara yang sarat keputusasaan. Dengan terpaksa dia menyeret langkah kecil nan berat mendekati pasangan Knight. Bola mata Tuan Xavier Knight memindai wajah sedih Tuan Marcus Grant. Sementara itu, Alora menutup mulut dengan tangan sembari matanya terbelalak melihat kedua tangan pria gundul itu berlumur darah. “Mana putrimu? Bukankah aku telah menyuruhmu menyeret Emily kemari?” tanya Tuan Besar Knight, ketus. Alora mendekati suaminya lalu berbisik cepat, “Xavier, lihat tangannya.” Rasa marah berganti cemas secepat kilat. Tuan Xavier segera mendekati sahabatnya. “Bagaimana bisa tanganmu berdarah? Apa yang terjadi? Ceritakan padaku!” Kedua tangannya menggenggam erat lengan sahabatnya. Perlahan, netra basah Tuan Marcus menumbuk wajah khawatir Tuan Xavier. “Putriku… Dia… sudah… ma… mati.” Usai bicara, seluruh tulangnya terasa lemah lalu tubuhnya memerosot menyentuh lantai dingin rumah sakit. “Xavier, dia pingsan! Ya Tuhan, apa yang harus kita

  • Dipuja Dua Penguasa   Part 18 | Kehilangan Cahaya

    “Kau pasti sedang tidur di dalam peti mati saat ‘Lucas’ bertengkar dengan kakeknya.” Peter menyindir seraya melengos. “Langsung saja ke inti, apa sebenarnya yang telah terjadi?” Meski wajah Lucas tampak tenang, sorot matanya berubah sedingin kutub syamali. Peter mendesah sebal kala melihat binar menusuk dari mata sang alter ego Lucas yakni Lucky Luke. Ia tahu benar bahwa tidak ada yang bisa ia lakukan selain berkata jujur. Bagi Lucky Luke, hukuman yang pantas buat sang penipu adalah kematian. “Olivia kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah sakit milik keluarga Knight. Dia masih hidup tapi…” “Tapi apa?” potong Lucas. Suaranya naik satu oktaf. Serentak, jantungnya berdenyut kencang. “Kedua kakinya lumpuh,” balas Peter, enteng. Dia telah menerima pesan khusus dari Carlos ketika membawa Fiona kepada Lucas. Ketenangan Lucas langsung buyar berganti amarah yang bergelegak. Lidahnya cepat mengeluarkan umpatan, “sialan!” Sontak satu tendangan singgah di bokong berotot Peter menyebabkan

  • Dipuja Dua Penguasa   Bab 17 | Lucky Luke

    ‘Firasatku benar. Aaron sengaja mengincarku,’ batin Lucas sambil mengangguk puas. Aaron Xavier Knight, satu-satunya anggota keluarga Knight yang sangat suka mengusik hidup Lucas. Jika ditanya apa alasannya? Jawabannya hanya satu, cinta tulus Aaron pernah ditolak mentah-mentah oleh Olivia Hudson. Konyol, bukan? “Sebentar. Aku masih ada satu pertanyaan untukmu.” Lucas berdiri. Sigaret yang ada di antara dua jarinya dibuang. Dia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. “Dengarkan baik-baik, Fiona,” tutur Lucas, dingin. Fiona mengangguk-angguk cemas dengan napas tertahan. “Aktris terkenal berinisial O –yang pernah membintangi film Wanita Yang Membenci Mentari– terluka parah setelah mobil mewahnya jatuh ke jurang dalam posisi terbalik. Seorang saksi berkata, Olivia sempat bertemu aktor tampan berinisial L di sebuah kafe sebelum kecelakaan itu terjadi.” Lucas mengalihkan tatapan dari layar ponsel lalu menikam iris biru Fiona yang tampak mengembun. “Kau sengaja menulis judul film yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status