Share

Terasa Begitu Akrab

Belicia tertegun melihat sosok pria itu. Alex terlihat lebih dewasa, bahkan nyaris sempurna. Sejenak, Belicia berpikir bahwa Alex dibentuk dari tanah liat oleh salah satu seniman besar di masa lalu.

Setiap pahatan yang membentuk garis tegas di rahangnya tampak begitu sempurna. Bahunya tampak bidang, sehingga Belicia menduga sosok Alex sesempurna Dewa Apollo dalam mitologi Yunani.

Hanya saja, jika Foibos Apollo dikenal sebagai Dewa cahaya dan matahari, pancaran sinar dari mata Alex justru terlihat sedingin kutub Utara. Segelap awan menjelang badai.

Bahkan, alisnya yang tebal juga terangkat seperti orang menahan amarah.

Alex memindai wanita asing itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Wanita itu tidak memiliki kecantikan khusus. Temperamennya tampak terkendali, tetapi entah mengapa wanita itu secara misterius memiliki daya tarik tersendiri.

Sesuatu terpancar dari Belicia yang membuat kaum adam senang memandangnya berlama-lama. Untuk sejenak, Alex mengamati bagaimana cara wanita itu ternganga saat menatapnya.

Cara wanita itu menatapnya terasa sedikit aneh. Bahkan, Alex bertanya-tanya dalam hati, apakah wanita itu mengenalnya?

Alex mencoba menelusuri labirin dalam ingatan, berharap menemukan bayangan wanita itu yang mungkin pernah bertemu dengannya. Hanya saja, entah seberapa kuat Alex berusaha mengingat, tetap saja dia tidak dapat mengingat pernah berjumpa dengan wanita itu.

"Kau belum menjawabku," desak Alex lagi, kali ini suaranya terdengar mengintimidasi.

Bariton berat Alex yang mendesau berhasil menyeret Belicia kembali ke akal sehatnya dan bergumam, "Umm ... Saya ..."

"Apa Anda sedang menguping kami?" Wanita di samping Alex melangkah maju.

Yura Greyson menunjukkan aura permusuhan yang jelas terhadap Belicia. Dia kesal pada Belicia karena mengganggu usaha dirinya untuk membuat Alex yang hampir bertekuk lutut di bawah kendalinya.

Belicia mengerutkan kening pada sikap Yura yang kasar. "Aku desainer baru di sini, namaku Belicia. Aku datang ke sini untuk melapor bahwa aku sudah mulai bertugas," Belicia menjawab dengan jelas dan tangkas.

"Belicia?" Alex dengan ringan mengulangi sementara matanya memindai dengan tatapan minat yang tidak dia sadari.

Ketika Alex menyebut namanya, Belicia bisa merasakan seolah-olah hatinya berdenyut. Sial sekali kini otot Belicia seolah tak bisa bergerak, bahkan tangannya mulai berkeringat.

Belicia masih tak bisa memikirkan bahwa direktur yang terkenal All In Corp adalah pria itu!

Jika dia tahu, sumpah setengah hidup dia tidak akan pernah mempertimbangkan untuk bekerja di sini— tak peduli meski perusahaan itu adalah rekomendasi dari mentornya.

"Masuklah," perintah Alex setelah beberapa saat Belicia berdiri di ambang pintu.

"Alex," Yura memanggil dengan sikap manis.

"Yura, kau harus pergi," ujar Alex tanpa basa-basi. "Aku punya pekerjaan lain, dan aku akan menemuimu setelah aku selesai."

"Oke … aku akan menunggumu malam ini," Yura menjawab dengan lemah lembut.

Yura tahu bagaimana harus bersikap ketika pria itu sedang serius. Dia telah menghabiskan cukup waktu bersama Alex untuk mengetahui bahwa pria itu sangat berhati-hati di tempat kerjanya.

"Ya," jawab Alex singkat.

Saat kedua wanita itu berpapasan, Yura melemparkan tatapan penuh peringatan pada Belicia.

Kini hanya Belicia dan Alex yang tersisa di ruangan.

Setelah Yura pergi, seluruh saraf di tubuh Belicia seolah menjadi tak berfungsi. Akan tetapi, dia mencoba menampilkan yang terbaik dan berusaha untuk tetap tenang.

Alexander Linardy duduk tegak dan serius di kursi kulit dengan sandaran tinggi. Setelan hitam yang membalut tubuhnya tidak dikancingkan di bagian atas. Otot-ototnya yang liat seolah menunjukkan bahwa dia rajin menjaga kebugaran tubuh.

Tampan adalah pernyataan yang kurang sepadan untuk menggambarkan Alex. Faktanya, pesona pria itu sangat menyihir dan menakjubkan.

Tidak pernah sekalipun terpikirkan oleh Belicia bahwa mereka akan bertemu lagi dengan cara seperti itu setelah tiga tahun bercerai.

Alex membaca CV Belicia dengan hati-hati, lalu berhenti sejenak pada nama dan foto wanita itu.

"Belicia Leonardo … dari London?" Alex mengangkat matanya dan menatap Belicia dengan saksama.

"Ya, Tuan," Belicia menjawab dengan mantap dan percaya diri.

Namun, Tuhan tahu bahwa saat ini jantungnya berdebar kencang sehingga dia merasa otaknya kelebihan beban.

Rasa takut yang diselimuti penyesalan seolah terus bergelinding seperti bola salju, semakin lama berputar, semakin besar pula hantaman rasa takut yang merayap di hati Belicia.

Belicia menyesali mengapa tidak lebih dulu memeriksa latar belakang All In Corp dan mempercayakan semua hal pada mentornya. Jika sudah seperti ini, artinya sama saja Belicia telah melemparkan diri pada seorang iblis.

"CV-nya tidak begitu buruk," komentar Alex datar, tetapi jelas dia tidak terkesan.

Tidak terlalu buruk katanya? Apa yang pria itu lihat di resume jelas adalah segelintir prestasi yang dia raih. Bagaimana mungkin pria terkutuk itu mengatakan 'tidak begitu buruk?' Kurang ajar!

Belicia merasa terprovokasi oleh komentar singkat pria itu. "Keterampilan saya di tempat kerja bahkan jauh lebih baik dari yang tertulis di resume saya."

Alis Alex terangkat penuh perhatian, dan dia nyaris tidak bisa menyembunyikan kilatan geli yang terpancar di mata kelamnya saat melihat ekspresi Belicia.

"Ya, sepertinya Nona Belicia memang memiliki kemampuan luar biasa … mungkin."

"Jika kemampuan dan potensi saya tidak luar biasa, saya tidak berpikir akan berdiri di sini," Belicia menyahut dengan tenang.

Berbicara dengan Alex setelah tiga tahun berpisah terasa benar-benar membingungkan. Hanya dengan melihat wajah Alex, seseorang tidak akan bisa menebak pikiran pria itu karena emosinya sulit tertebak.

Alex terus mengamati Belicia dengan tatapan tajam. Ini adalah pertama kali bagi Alex bertemu dengan wanita tipikal seperti itu.

Wanita itu tidak menggunakan sanjungan yang biasa dilakukan oleh para pelamar wanita kebanyakan. Bahkan, Belicia tidak berusaha keras untuk tampil mengesankan, dan dia juga tidak tampak egois.

Namun, sekali lagi entah kenapa ada sesuatu yang sedikit aneh tentang perilakunya.

"Benar, sangat penting untuk mampu bekerja dengan baik. Tapi, saya pikir memiliki karakter terpuji jauh lebih penting."

Alis Belicia mengernyit samar. "Tuan Linardy, apa Anda mengira bahwa saya benar-benar menguping apa yang terjadi barusan?"

Alex tidak menjawab. Dia bersandar malas dan menampilkan sikap dan ekspresi serius di wajahnya.

"Tuan Linardy, izinkan saya menjelaskan semuanya. Saya datang untuk melapor kepada Anda, sisanya hanya kebetulan saja." Meski bibir Belicia mengukir senyum ramah, tetapi intonasi dalam suaranya jelas menunjukkan ketegasan.

"Kamu bisa saja mengetuk pintunya alih-alih diam di balik pintu." Alex menanggapi dengan sinis.

"Saya memutuskan untuk tidak melakukannya. Saya rasa Anda akan terganggu ketika Anda 'sibuk', dan jelas itu tidak akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi kalian berdua. Jadi, saya memilih untuk segera pergi. Tapi siapa yang tahu pintu terbuka sebelum aku bisa pergi. Apa menurutmu aku harus disalahkan?" sahut Belicia berkonfrontasi.

Setelah tiga tahun, bukan hanya kebiasaan sikap mesumnya saja tetap tidak berubah, tetapi Alex tampaknya benar-benar menjadi lebih buruk.

Alex menangkap sedikit kemarahan dalam suara Belicia.

"Apa Anda tidak menghormati saya, Nona?" desak Alex dengan menekankan setiap kata demi kata.

"Rasa hormat itu diperoleh, Tuan, bukan diberikan," Belicia menjawab dengan acuh tak acuh.

"Dan sekarang kamu sedang menguliahiku?!" cibir Alex ketus.

"Saya tidak akan berani. Saya hanya menyatakan fakta."

Betapa menariknya wanita itu, Alex berpikir sambil menyembunyikan seringai nakal. Sungguh menarik melihat wanita itu berhadapan dengannya tanpa rasa takut, dan tentu saja reaksi tersebut membangkitkan lebih banyak minat dan keingintahuan Alex.

Belicia segera menyesali tindakannya yang gegabah. Dia telah menyebabkan terlalu banyak perhatian yang tidak diperlukan!

Sekarang dia merasa seperti dilemparkan ke sarang singa buas. Wajahnya terasa panas seperti batu bara, jemarinya yang tiba-tiba berkeringat sedingin es meremas erat gaun yang dipakai.

Belicia mencoba menenangkan diri dengan menghela napas dan langsung berdiri sambil berkata, "Jika tidak ada yang lain, sekarang saya akan kembali bekerja."

Dia mempercepat langkahnya tanpa menunggu jawaban Alex.

"Tunggu sebentar."

Bariton memikat Alex melantun dari belakang dan Belicia spontan membeku hingga matanya terpejam.

'Kenapa aku berhenti!? Seharusnya aku mengabaikannya dan pergi!'

Tindakan itu tidak bisa dijelaskan, tetapi sulit bagi Belicia untuk tidak mendengarkan Alex.

Alex bangkit dari kursi perlahan dan melangkah ke arah Belicia.

Terjadi keheningan panjang, dan Belicia bisa mendengar jantungnya sendiri berdebar kencang.

Di permukaan, dia bisa tampil tenang atau tanpa ekspresi. Akan tetapi, di balik itu semua, Belicia seolah berada di ujung mata busur— begitu tegang hingga dia tidak bisa menggerakkan otot-ototnya.

Bayangan tubuh Alex yang tinggi seolah menaungi tubuh Belicia. Udara berbahaya di sekeliling seolah tiba-tiba berkerumun dan membuat ruangan terasa sempit.

Rasa takut membuat Belicia semakin gugup dan bertanya-tanya, apakah Alex mengenalinya?

Alex memindai Belicia dengan intens. Matanya yang kelam begitu jernih, laksana obsidian dengan permukaan berkilau. Alex mendekat hingga dia hampir menyentuhnya.

Belicia terkejut dan reflek mundur ke dinding, merasa terpojokkan.

Alex terus menghampiri dengan menggerakkan tangan di samping Belicia, lalu mendesak wanita itu ke dinding, mengikis ruang bagi Belicia untuk melarikan diri. Tindakannya agresif dan provokatif.

"Apa ... Apa yang kau lakukan?!" Upaya Belicia untuk tampil tenang tidak berhasil. Dia benar-benar panik di bawah sosok Alex yang terasa mengintimidasi.

Bahkan, setelah tiga tahun pun pria itu tetap tidak berubah! Hanya seorang pria mesum dan bejat seperti yang ditulis media.

Alex puas melihat Belicia hancur di bawah tekanannya. Dia memiliki pesona untuk menghentikan wanita yang angkuh, dan dia terbiasa melakukan itu.

Jeda dalam ekspresi alami kedua orang itu diikuti dengan reaksi berlebihan, juga tatapan acuh tak acuh dan senyum lemah. Dan tentu saja wajah Belicia berubah sedikit memerah.

Sikap Alex yang mendominasi membuat pria itu terlihat semakin menarik.

"Menurutmu, apa yang akan aku lakukan?" Alex menyeringai puas.

"Tuan Lin, Anda bersikap sangat tidak pantas. Apa yang akan dikatakan orang?"

Seorang wanita yang cerdas. Cerdas dan mampu keluar dari tempat yang sempit, pikir Alex dalam hati.

Dia tidak memedulikan ketidaksenangan Belicia dan menatap wajah Belicia dengan lebih saksama.

"Belicia …," Alex menggumamkan namanya berulang kali. Lalu mengerutkan kening dalam-dalam saat dia mencoba menelusuri ruang ingatannya.

Belicia merasakan lemah hingga lututnya gemetar. Dia bernapas pendek dengan sangat hati-hati, dan jelas dilingkupi ketakutan besar sambil menduga mungkin Alex mengenalinya.

"Mengapa kamu terasa begitu akrab dan familiar ... Apa saya mengenal Anda?"

Pertanyaan Alex membuat seluruh susunan saraf dalam tubuh Belicia seolah tak berfungsi dan mendadak dia tak bisa membuka mulut atau bereaksi apapun.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status