Share

7. Fitnah Tetangga

Alex beranjak dan turun dari mobilnya.

"Kalian mau mesum?" tanya wanita bertubuh gempal yang mengetuk kaca mobil tersebut. Sementara itu Gina juga keluar langsung menepis semua tuduhan yang dilontarkan oleh Ibu Komariah tersebut.

"Ibu jangan salah sangka, ini tidak seperti yang ibu bayangkan," ucap Gina.

"Alah maling mana ada yang mengaku!" Ibu Komariah malah berteriak memancing kerumunan warga.

"Ada apa ini?" tanya beberapa orang wanita yang baru saja datang, termasuk Maria, mamanya Gina.

Ini Gina dari tadi lama banget di dalam mobil, pas saya intip dia sama lelaki ini deket banget, pasti habis ciuman!" tuduh Ibu Komariah lagi.

Gina menggeleng menatap ke arah Maria , ia takut jika mamanya tersebut percaya dengan ratu gosip tersebut, dan akan berdampai pada kesehatan mamanya.

Ehheem...! Alex berdehem, "Ada yang bisa membantu saya membuktikan ucapan beliau?" tanya Alex menatap beberapa orang bu-ibu tersebut.

"Saya perlu seseorang yang bersedia duduk dikursi yang tadi ditempati Gina untuk duduk," ucap Alex tenang.

"Sini biar saya saja!" Ibu Komariah naik ke dalam mobil dan duduk di kursi depan tempat Gina tadi duduk. Alex memasang sabuk pengaman pada tubuh Komariah.

"Silahkan dibuka Bu!" titahnya setelah beberapa saat.

"Sekarang silahkan ibu buka sabuk pengamannya!" Alex memberikan arahan.

"Ehh kenapa ini, kok gak bisa!" ucap Komariah gagal melepaskan sabuk pengaman tersebut.

"Sabuk pengaman ini kadang-kadang bisa macet, kadang enggak. Waktu Gina di dalam, mau lepas tadi kebetulan juga macet, jadi saya bantu dia buat ngelepasinnya. Bukan berbuat mesum seperti yang ibu tuduhkan," jelas Alex tenang.

Beberapa orang pun mencoba melepas sabuk pengaman yang membalut tubuh Ibu Komariah tersebut, dan tidak ada yang bisa membukanya.

Satu persatu orang pergi, karena mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Eh, kalian mau kemana?" tanyanya sanksi.

"Pulanglah Bu."

"Lalu bagaimana dengan saya?"

"Itu urusan Ibu, makanya bu jangan sembarangan memfitnah orang." ucap salah seorang bu-ibu lagi.

"Makasih ya Mas, telah ngater aku." Gina mengangguk dan beranjak. Dalam hatinya sangatlah bersyukur karena Alex menunjukkan bukti bahwa mereka memang tidak melakukan apa-apa di dalam mobil tersebut kepada ibu-ibu yang berada di sana.

"Tunggu, apa kamu punya kendaraan untuk pergi ke tempatku besok?" tanya Alex.

Gina menggeleng, "Aku akan naik angkot."

"Kalau begitu, ini alamatnya," Alex memberikan kartu nama kepada Gina.

"Ayo Ma, kita masuk!" ajaknya kepada Maria yang mengikuti langkahnya.

"Loh, Gina kamu mau ninggalin saya di sini sendirian?" Komariah berteriak namun tidak didengarkan oleh Gina dan Maria.

Komariah menatap Alex, " Bagaimana dengan saya?" tanyanya memelas.

Alex mendekat, mencoba melepaskan sabuk pengaman tersebut, "Posisi saya dengan Gina tadi seperti ini Bu, mungkin kalau orang melihat dari luar akan mengira kami berciuman. Saya harap Ibu jangan lagi berbicara buruk tentang Gina." Alex menatap Komariah tajam.

Membuat wanita biang gosip itu hanya bisa menggiyakan.

Ketika memasuki rumah mata Gina membelalak karena apa yang ia pikirkan tidaklah sama dengan apa yang ia lihat. Dalam pikirannya rumahnya sangatlah kotor karena ia tinggal beberapa hari, namun ternyata ia salah, rumah itu sangatlah bersih. Entah siapa yang membersihkan rumah tersebut.

"Kamu tadi dari mana Gin, dan siapa lelaki itu. Mama kok seperti pernah melihat dia," Maria meletakkan tas berisi pakaian ke dalam kamarnya.

"Ooh, itu calon bos aku Ma. Mulai besok aku akan bekerja di rumahnya dia jadi tukang masak," jelas Gina.

Maria menatap lekat wajah anak perempuannya tersebut. "Kamu jadi pembantu?" tanyanya miris.

"Katanya sih cuma tukang masak, belum tau ke depannya lagi."

"Maafin Mama ya Gina, gara-gara Mama berpenyakitan seperti ini, kamu terpaksa bekerja mencari uang tambahan lagi."

"Mama ini bicara apa sih, aku cuma punya Mama di dunia ini. Apapun akan aku lakukan agar bisa selalu bersama dengan Mama!" Gina memeluk Maria erat. Saat ini memang hanya Maria seorang yang Gina miliki, karena saudara laki-lakinya tidak ada di dekat mereka. Sejak 4 tahun yang lalu kakak pertama Gina yang bernama Yudi merantau ke luar negri dan mendapatkan jodoh di sana, oleh karena itu Gina disuruh untuk tinggal menemani kedua orang tuanya.

Hari begitu cepat berlalu, kini malam mulai menjelang. Gina merebahkan tubuhnya yang lelah setelah mengkonsumsi obat pemberian dari rumah sakit. Dalam kesunyian malam, ia kembali teringat akan sang suami, entah dimana lelaki tersebut. Rasa rindu akan sosok tersebut menggelitiki hati, betapa bodoh dan tololnya ia karena merindukan bajingan seperti itu. Dua tahun bukanlah waktunl yang singkat, karena dulu Adam adalah orang yang penyayang, namun beberapa bulan ini sikap dan sikapnya berubah.

Teringat akan penghianatan sang suami, ingin sekali rasanya membalas semuanya. Ucapan Alex tadi siang pun terngiang di telinganya. Bagaimana jika dirinya membalas perlakuan Adam dengan berselingkuh dengan bos suaminya tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status