Share

8. Bertemu Ibumu

Keesokan harinya...

Sesuai alamat yang ia bawaa, Gina turun dari angkot yang ia tumpangi tersebut. Setelah turun, ia beberapa kali menatap kartu nama di tangannya. Alamatnya benar, namun tak ia sangka ternyata tempat tersebut adalah bangunan yang menyerupai toko bangunan.

Berjalan memasuki gerbang, ia melihat seseorang yang dikenalnya ditempat tersebut.

"Gina, ngapain kamu disini?" tanya Rian menghampiri Gina.

"Aku disuruh kesini oleh Mas Alex," jelas Gina lagi.

Rian menatap Gina serius, sadar dengan tatapan Rian yang curiga padanya.

"Aku ikut kerja, buat bayar hutang Mas Adam!" bisik Gina kemudian. Rian menatap Gina iba, kemudian ia geleng-geleng kepala.

'Adam keterlaluan!' batinnya.

"Sebentar aku telpon bos Alexnya dulu," Rian mengambil telpon genggamnya yang berada di dalam tas dan digantung di dinding tersebut.

Ia berbicara sebentar dan setelah itu melirik ke arah Gina.

"Ayo aku antar ke rumah bos." ia menaiki sepeda motornya dan menyuruh Gina untuk naik.

Setelah beberapa menit menyusuri jalan, tibalah mereka berdua disebuah rumah yang besar dan juga mewah.

Seorang satpam membukakan pintu pagar, "Silahkan masuk!"

Rian dan Gina pun masuk ke dalam area rumah megah tersebut, halaman rumahnya begitu asri dengan tanaman dan bunga yang tertata tapi.

Seseorang sudah berdiri di depan pintu, menatap kehadiran Rian dan Gina.

"Aku mengantarkan Gina kesini," ucap Rian yang mengangguk dan kemudian pamit pergi.

Alex menatap Gina sekilas, kemudian mengisyaratkan agar wanita tersebut mengikuti langkahnya.

Mereka berjalan hingga ke dapur sepanjang perjalanan mereka, Gina terkagum-kagum dengan interior dan desain rumah tersebut.

"Bi, ini Gina yang bantu Bibi masak nanti!" ucap Alex kepada seorang wanita paruh baya yang sedang memotong-motong sayur.

"Iya Den!" ucap wanita tersebut menganggukkan kepalanya sekilas ia menatap kearah Gina.

"Aku bantu motong ya Bu," Gina mengambil alih pekerjaan wanita paruh baya tersebut.

"Panggil Bi Imah saja, nama kamu siapa?" tanyanya sembari mengaduk sesuatu masakannya yang ada didalam wajan.

"Nama aku Gina Bi," jawab Gina masih fokus pada pekerjaannya.

"Ooh, kenal sama Den Alex dimana?" tanya Imah lagi.

"Em... suamiku juga bekerja sama Mas Alex." jelas Gina lagi.

"Ooh, kamu bisa bikin ba'wan Gin?"

"Bisa Bi,"

"Tolong kamu bikinin nanti ya, tamu kita ini dari luar negri. Katanya kangen sama gorengan khas Indonesia." Bi Imah nampak bersemangat.

"Memangnya siapa yang akan datang Bi, temannya Mas Alex?" tanya Gina penasaran.

"Yang akan datang, Tuan dan Nyonya rumah ini. Sudah 7 tahun mereka gak pulang," Bi Imah bercerita.

"Ooh..." Gina membeo dan hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja tanda ia mengerti.

Menjelang siang hari tamu yang dikatakan oleh Bi Imah datang, mereka yang sedari tadi berada di dapur pun segera menyiapkan makanan.

Setelah pembicaraan dan moment kangen-kangenan selesai, Alex mengajak kedua orang tua serta sepupu laki-lakinya ke dapur untuk makan siang.

"Bi Imah apa kabar?" tanya seorang wanita cantik yang menghampiri Bi Imah.

"Baik Nya, anda sendiri bagaimana?" Imah balik bertanya.

"Aku baik, siapa dia? anak Bibi?" tanya Diana mamanya Alex kepada Imah.

"Bukan Nyah, dia yang bantuin saya masak."

"Oooh..." hanya itu tanggapan Diana.

Keluarga inipun makan bersama, dari kejauhan Bi Imah menatap kearaj keluarga yang sedang berkumpul tersebut.

"Bapaknya Den Alex itu bule Gin, nikah sama nyonya Diana. Den Alex anak pertama mereka, sementara adiknya masih kuliah di luar negri," entah mengapa Bi Imah menceritakan hal itu semua kepada Gina.

Gina hanya mengangguk ketika Bi Imah bercerita tentang lelaki yang saat ini menjadi bosnya tersebut.

"Den Alex itu mirip sama mamanya, tapi rambutnya sama dengan tuan Anton,"

"Hah, mirip dari mana Bi? orang rambutnya item sama dengan Nyonya Diana." bantah Gina.

"Rambut Den Alex itu warnanya pirang, itu rambutnya item karena disemir." ucap Imah penuh dengan penekanan.

"Ooh begitu Bi?" tanya Gina lagi, ia pun juga menyadari bahwa warna kornea mata Alex berbeda dari orang kebanyakan. Warnanya seperti hijau kecoklatan atau sering disebut hazel. Warna yang indah dan pernah membuatnya terpukau.

Menurut Bi Imah juga, Tuan Antonio ayahnya Alex adalah orang Jerman yang menikah dengan Diana yang asli orang Jawa.

Seharian ini banyak sekali kegiatan Gina di rumah tersebut, meski merasa sangatlah lelah, namun ia juga merasa sangatlah bahagia karena apa yang ia masak dan ia lakukan dihargai penuh oleh keluarga tersebut.

Karena hari sudah malam, Gina pun pamit pulang kepada sang pemilik rumah. Sebenarnya Gina cukup bingung, karena akan cukup sulit mencari angkutan umum di jam segini.

"Ayo aku antar!" ucap Alex mengambil kunci motornya.

"Hah?" Gina melongo.

"Ini sudah malam akan sangat berbahaya sekali jika seorang wanita sepertimu pulang sendirian, Ayo!" ucap Alex menarik tangan Gina.

Tiba di garasi ia mengeluarkan motor sport miliknya dan menyuruh Gina untuk naik. Meski ragu, Gina tak punya pilihan lain ia naik ke atas motor tersebut.

"Pegangan!" ucap Alex lagi. Gina pun berpegangan kepada Alex namun ia hanya memegang ujung kaos yang dipakai oleh lelaki tersebut.

Alex hanya diam, tak mempersalahkan hal tersebut, mau bagaimanapun ia tahu bahwa Gina adalah perempuan yang sudah bersuami.

Setelah sampai di depan rumah, Gina tidak pernah menyangka bahwa Alex juga akan turun dari motornya tersebut.

"Mas mau ngapain?" tanyanya

"Aku mau ketemu ibu kamu..."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status