Setelah beberapa hari Aisyah selalu menghindar dari mereka, akhirnya hari ini ia keluar kamar, meminta izin kepada Nenek untuk keluar sebentar."Nek Aisyah izin keluar dulu." Walaupun ia masih sangat kecewa, akan tetapi ia harus berpamitan agar sang Nenek tidak semakin khawatir dengannya."Mau kemana Neng?" tanya Nenek khawatir melihat mata cucunya yang masih bengkak karena terlalu lama menangis."Keluar, sebentar aja kok Nek," ujar Aisyah berusaha tersenyum meyakinkan.Alex beserta kedua orang tuanya masih tinggal di rumah Aisyah, mereka akan tetap disana sampai mendapatkan maaf dari Aisyah."Boleh tapi perginya sama Alex ya," pinta Nenek memohon, ia tidak ingin melepaskan Aisyah keluar seorang diri, ia takut terjadi sesuatu hal buruk."Tapi Nek ....""Sama Alex atau tetap di rumah!" sanggah Nenek tidak terbantahkan.Aisyah menarik napas, bagaimana ia bisa menenangkan diri kalau ditemani oleh Alex?"Iya Nek tapi itu pun kalau Alex ga keberatan," putus Aisyah akhirnya.Alex tersenyum,
"Terima kasih untuk hari ini, makasih karena kamu selalu ada untuk aku," ujar Aisyah kepada Alex saat mereka baru saja keluar dari sebuah restoran."Ga perlu bilang makasih, aku melakukan ini ikhlas dari hati dan aku berharap setelah ini kita bisa sama-sama lagi seperti dulu," ujar Alex penuh harap."Bolehkan aku panggil kamu Willi? Sama seperti dulu, aku cuma ingin kita bisa seperti dulu lagi, menghabiskan waktu bersama tanpa ada sedikitpun masalah yang terjadi.""Boleh Ica." Refleks Alex mencubit pipi Aisyah gemas."Eh maaf aku khilaf," lanjut Alex memperlihatkan deretan giginya ketika menyadari perlakuan yang baru saja ia lakukan.Hanna tersenyum manis, senyuman yang beberapa hari ini tidak terlihat."Nah gitu dong senyum lagi, aura kecantikannya semakin keluar," goda Alex membuat pipi Aisyah memerah."Ihh jangan gitu, nanti kalau aku baper kamu harus tanggung jawab!" Aisyah memukul pelan punggung Alex."Sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Alex setelah menghidupkan mesin mobil."
Pagi harinya Aisyah telah rapi dengan pakaian formalnya sambil membawa sebuah map yang berisi berkas untuk melamar pekerjaan.Walaupun ia sudah tahu bahwa akan diterima, namun ia harus membawa berkas-berkas tersebut agar terlihat seperti orang yang melamar pekerjaan pada umumnya."Cantik banget sih cucu Nenek." Nenek menghampiri Aisyah yang baru saja keluar dari kamar."Doakan agar semuanya lancar ya Nek," ujar Aisyah tersenyum."Doa Nenek akan selalu menyertaimu, Nenek bahagia lihat kamu bisa tersenyum lagi.Ayo sarapan dulu, Nenek udah masak nasi goreng campur mie pedas kesukaan kamu."Aisyah sangat menikmati makanannya, ia sangat merindukan masakan sang Nenek yang tidak tertandingi ini yang beberapa hari ini tidak pernah ia sentuh."Aisyah berangkat dulu ya Nek, doakan agar semuanya berjalan lancar," pamitnya dan tidak lupa mencuim punggung tangan yang sudah keriput tersebut.Aisyah berjalan dengan senyuman yang tidak luntur dari bibirnya, ia sangat bahagia karena akan bekerja dan
"Aku, emangnya kenapa? Ga enak ya? Lagian aku mana tahu kopi biasa kamu kaya gimana, dulu kan kamu sangat tidak suka minum kopi," ujar Aisyah berusaha menyembunyikan ketakutannya."Enak banget, ini adalah kopi terenak yang pernah aku minum." Jawaban Alex membuat Aisyah mengernyit."Kamu seriusan? Bukannya kamu suka kopi yang manis ya? Atau aku yang dibohongi sama orang tadi?" tanya Aisyah sangat bingung.Alex tersenyum miring, ia sudah menduga perempuan itu akan menjahili dirinya."Emang aku suka manis dan kopi ini manisnya sangat pas," jawab Alex membuat Aisyah tambah heran."Seriusan? Padahal tadi ga aku kasih gula loh," tanya Aisyah sangat tidak percaya."Iya, kalau ga percaya coba aja." Alex memberikan kopi tersebut kepada Aisyah agar perempuan itu meminumnya.Dengan polosnya Aisyah menerima kopi tersebut lalu meminumnya.Satu DuaTigaByuurr!!!Aisyah menyemburkan kopi tersebut sehingga mengenai pakaian Alex."Ihh pahit banget," ujar Aisyah seperti cacing kepanasanAlex tertaw
"Maaf Pak, kita tidak ada yang tahu bagaimana kejadiannya," ujar Aska mewakili para karyawan."Baik lah kalau begitu, Aisyah ikut ke ruangan saya!" Aisyah berjalan di belakang Alex, mengikuti langkah lelaki itu."Ada apa? Kamu percaya dengan omongan mereka?" tanya Aisyah sedikit kesal, kenapa dirinya yang harus di panggil oleh Alex, padahal jelas-jelas Sinta dan Davit yang bersalah."Jangan sok tahu, aku sengaja bawa kamu kesini seolah-olah kamu yang bersalah agar mereka tidak curiga, apa yang terjadi? Kamu difitnah lagi?""Hum, entah kenapa dulu aku pernah kepincut dengan lelaki kaya gitu apalagi sampai masuk ke keluarga toxic mereka, Sinta bilang kepada mereka kalau aku perempuan penggoda, ingin rasanya aku cakar tuh bibir merahnya," jelas Aisyah menggebu-gebu."Kamu mau tunggu apa lagi? Buktikan pada mereka siapa kamu yang sebenarnya," ujar Alex memanasi."Engga semudah itu juga, aku mau mereka menyakiti aku lebih dari ini biar sudah tidak ada alasan untuk aku memaafkan mereka."Al
"Permisi Pak." Riska berlalu pergi meninggalkan Aisyah bersama dengan lelaki tersebut."Mau apa lagi?" tanya Aisyah ketus."Tolong fotocopy ini, awas kalau sampai rusak!" Lelaki itu adalah Davit, ia sengaja menyuruh Aisyah karena ia tahu mantan istrinya itu tidak akan tahu cara menfotocopy agar ia lebih mudah untuk mempermalukan dan membuat perempuan itu tidak betah kerja disini.Bukannya apa-apa, Davit hanya takut cintanya kembali tumbuh untuk Aisyah apalagi perempuan itu semakin terlihat cantik.Aisyah mendengus, sebenarnya ia tidak ingin menuruti perintah lelaki dihadapannya ini, namun ia tidak punya pilihan lain, ia harus profesional.Aisyah mengambir berkas tersebut lalu berjalan menuju mesin fotocopy, beruntung sebelumnya ia pernah mencari tahu bagaimana cara fotocopy yang benar."Ngapain?" tanya Alex menghampiri Aisyah yang sedang berdiri di depan mesin fotocopy."Nih mau fotocopy berkas Mas Davit," jawab Aisyah seadanya."Ciee, baik banget sih sama mantan suami," goda Alex, be
"Wah kamu romantis banget sih, terharu aku tuh, pasti perempuan itu langsung menerima kamu," ujar Aisyah menghilangkan kegugupan.Dahi Alex mengerut. "Maksud kamu apaan?" tanyanya bingung."Kamu pasti mau nembak seseorang kan? Makanya kamu bikin seolah-olah perempuan itu aku," tanya Aisyah balik bertanya.Alex tersenyum kecut, perempuan dihadapannya ini beneran tidak peka atau hanya pura-pura tidak tahu?"Iya tapi kayanya dia ga akan mau nerima cinta aku," jawab Alex sendu."Siapa sih perempuan itu? Kasih tahu aku dong, siapa perempuan yang berhasil mengambil hati seorang Alex yang nyebelin ini.Kamu ga boleh nyerah, kalau kamu benar-benar sayang sama tuh cewek harusnya kamu berusaha untuk mendapatkan hatinya, jangan malah nyerah sebelum mulai, aku yakin dia pasti menerima kamu, siapa sih yang bisa menolak pesona tuan Alex ini?" jelas Aisyah menggoda lelaki dihadapannya."Udah deh, kalung itu untuk kamu aja," ujar Alex."Engga pokoknya kamu harus nyatain perasaan kamu dengan tuh cewek
"Kalian lagi bertengkar ya Neng?" tanya Nenek melihat kedekatan Aisyah dan Alex yang sedikit merenggang.Aisyah menaikkan bahunya. "Ga tahu Nek tapi beberapa hari ini Alex cuek banget sama aku," jawabnya apa adanya."Apa sebelumnya ada sesuatu yang terjadi dengan kalian atau mungkin ada sifat kamu yang tidak disukai oleh Alex?" tanya Nenek menduga.Aisyah teringat kejadian beberapa hari lalu, apakah lelaki itu marah? Tetapi ia sudah berjanji tidak akan mempermasalahkan itu. Atau ada hal lain?Entahlah, kepala Aisyah rasanya ingin pecah, baru saja ia mencoba menerima semua kejadian dimasa lalu dan juga bangkit dari keterpurukan rumah tangganya sekarang ia malah mendapatkan maslaah baru, lelaki yang ia anggap sebagai malaikat malah menjauh darinya dengan alasan yang tidak jelas."Engga usah terlalu dipikirkan Neng, nanti kesehatan kamu menurun, udah mungkin Alex lagi sibuk atau ada hal yang membuatnya tidak ingin diganggu oleh siapapun.Kedua orang tuanya juga bilang kalau sikap Alex be