"Permisi Pak." Riska berlalu pergi meninggalkan Aisyah bersama dengan lelaki tersebut."Mau apa lagi?" tanya Aisyah ketus."Tolong fotocopy ini, awas kalau sampai rusak!" Lelaki itu adalah Davit, ia sengaja menyuruh Aisyah karena ia tahu mantan istrinya itu tidak akan tahu cara menfotocopy agar ia lebih mudah untuk mempermalukan dan membuat perempuan itu tidak betah kerja disini.Bukannya apa-apa, Davit hanya takut cintanya kembali tumbuh untuk Aisyah apalagi perempuan itu semakin terlihat cantik.Aisyah mendengus, sebenarnya ia tidak ingin menuruti perintah lelaki dihadapannya ini, namun ia tidak punya pilihan lain, ia harus profesional.Aisyah mengambir berkas tersebut lalu berjalan menuju mesin fotocopy, beruntung sebelumnya ia pernah mencari tahu bagaimana cara fotocopy yang benar."Ngapain?" tanya Alex menghampiri Aisyah yang sedang berdiri di depan mesin fotocopy."Nih mau fotocopy berkas Mas Davit," jawab Aisyah seadanya."Ciee, baik banget sih sama mantan suami," goda Alex, be
"Wah kamu romantis banget sih, terharu aku tuh, pasti perempuan itu langsung menerima kamu," ujar Aisyah menghilangkan kegugupan.Dahi Alex mengerut. "Maksud kamu apaan?" tanyanya bingung."Kamu pasti mau nembak seseorang kan? Makanya kamu bikin seolah-olah perempuan itu aku," tanya Aisyah balik bertanya.Alex tersenyum kecut, perempuan dihadapannya ini beneran tidak peka atau hanya pura-pura tidak tahu?"Iya tapi kayanya dia ga akan mau nerima cinta aku," jawab Alex sendu."Siapa sih perempuan itu? Kasih tahu aku dong, siapa perempuan yang berhasil mengambil hati seorang Alex yang nyebelin ini.Kamu ga boleh nyerah, kalau kamu benar-benar sayang sama tuh cewek harusnya kamu berusaha untuk mendapatkan hatinya, jangan malah nyerah sebelum mulai, aku yakin dia pasti menerima kamu, siapa sih yang bisa menolak pesona tuan Alex ini?" jelas Aisyah menggoda lelaki dihadapannya."Udah deh, kalung itu untuk kamu aja," ujar Alex."Engga pokoknya kamu harus nyatain perasaan kamu dengan tuh cewek
"Kalian lagi bertengkar ya Neng?" tanya Nenek melihat kedekatan Aisyah dan Alex yang sedikit merenggang.Aisyah menaikkan bahunya. "Ga tahu Nek tapi beberapa hari ini Alex cuek banget sama aku," jawabnya apa adanya."Apa sebelumnya ada sesuatu yang terjadi dengan kalian atau mungkin ada sifat kamu yang tidak disukai oleh Alex?" tanya Nenek menduga.Aisyah teringat kejadian beberapa hari lalu, apakah lelaki itu marah? Tetapi ia sudah berjanji tidak akan mempermasalahkan itu. Atau ada hal lain?Entahlah, kepala Aisyah rasanya ingin pecah, baru saja ia mencoba menerima semua kejadian dimasa lalu dan juga bangkit dari keterpurukan rumah tangganya sekarang ia malah mendapatkan maslaah baru, lelaki yang ia anggap sebagai malaikat malah menjauh darinya dengan alasan yang tidak jelas."Engga usah terlalu dipikirkan Neng, nanti kesehatan kamu menurun, udah mungkin Alex lagi sibuk atau ada hal yang membuatnya tidak ingin diganggu oleh siapapun.Kedua orang tuanya juga bilang kalau sikap Alex be
"Maaf sudah membuat bapak menunggu," ujar Asiyah menghampiri Aska."Iya gapapa." Aska memanggil waiter untuk memesan makanan serta minuman untuk dirinya dan juga Aisyah.Setengah jam berlalu, makanan pun datang, mereka makan dengan rasa gugup."Maaf Bapak ada urusan apa ya sama saya?" tanya Aisyah membuka pembicaraan."Berhubung kita sekarang berada di area luar kantor panggilnya Aska aja biar ga terlalu terdengar formal," ujar Aska tersenyum."Iya deh kalau gitu aku panggil kakak aja ya, ga enak kalau panggil nama."Aska tersenyum tipis, perempuan dihadapannya ini sangat lucu."Jadi mau ngomong apa kak?" tanya Aisyah lagi."Cuma mau kenal lebih dekat aja, boleh kan?" tanya Aska menggaruk tengkungnya yang tidak gatal, ia sedikit gugup berinteraksi dengan mantan istri dari sahabatnya ini.Aisyah mengernyit, ia tidak paham arti dari perkataan Aska. "Kalau hanya untuk kenal mah boleh-boleh aja Kak," jawabnya."Kamu mantan istrinya Davit kan?" tanya Aska membuat mood Aisyah sedikit membur
Dada Aisyah berdetak kencang, jika tubuhnya tidak didorong oleh seseorang, mungkin sekarang ia yang dikelilingi oleh kerumunan orang tersebut.Aisyah menatap orang yang sedang berkerumun tersebut, ia yakin orang yang tertabrak itu adalah orang yang sudah menyelamatkan dirinya dan dia harus berterima kasih karena telah menyelamatkan dirinya."Aisyah!" panggil seseorang membuatnya mengurungkan niat untuk menuju kerumunan.Alex langsung memeluk Aisyah, ia sangat khawatir dengan keadaan perempuan tersebut."Kamu gapapa kan? Kamu baik-baik aja kan? Apa ada yang terluka?" tanyanya bertubi-tubi. Ia melepas pelukannya dan menatap Aisyah khawatir."Aku baik-baik aja dan itu semua berkat dia, kalau tidak ada dia mungkin aku ga akan selamat." Tunjuk Aisyah kepada seseorang yang sudah berlumuran darah itu.Aisyah melepaskan genggaman Alex, ia berjalan tertatih-tatih menuju kerumunan, ia harus menolong orang itu."Tunggu!" Alex mencekal tangan Aisyah membuat langkahnya terhenti."Apa lagi?" tanya
"Aisyah kamu tinggal disini aja ya." Mereka berusaha membujuk Aisyah agar mau tinggal bersama."Ga usah Tan, aku pulang ke kontrakan aja," jawab Aisyah.Mereka khawatir dengan kondisi Aisyah, mereka takut terjadi sesuatu dengan perempuan tersebut."Ica sebaiknya kamu tinggal disini ya, ya setidaknya sampai keadaan kamu membaik, ingat pesan Nenek, ga boleh berlarut dalam kesedihan, Nenek pasti sedih melihat kamu kaya gini," ujar Alex mencoba menenangkan perempuan tersebut.Aisyah hanya diam dengan tatapan kosong, sekarang rumahnya benar-benar sudah hilang, tidak ada lagi tempat yang paling nyaman untuknya pulang."Nenek pergi karena aku, ini semua salah aku!" ujarnya lirih, sudah tidak terhitung berapa kali Aisyah berbicara sperrti itu."Ga boleh nyalahin diri sendiri, kamu makan dulu ya, sedari tadi kamu belum makan," ujar Bu Laura yang mendapatkan gelengan dari Aisyah."Tolong tinggalkan aku, aku pengen sendiri dulu!" Setelah mereka sudah tidak lagi terlihat, pertahanan Aisyah runtu
"Ica makan ya, dari kemaren kamu belum makan loh." Alex tidak menyerah, ia akan berusaha untuk membujuk perempuan itu agar mau makan."Aku ga lapar," jawab Aisyah dengan tatapan kosong.Sudah dua hari Aisyah dirawat dan belum juga ada perkembangan apapun, namun mereka tidak akan menyerah, mereka akan selalu berusaha dan memberikan yang terbaik untuk kesembuhan Aisyah."Ca, jalan-jalan yuk, cari udara segar diluar pasti kamu bisan kan disini?" ajak Alex penuh harap, ia berharap perempuan itu menerima ajakan darinya, dengan begitu hati Aisyah bisa semakin tenang.Aisyah hanya mengangguk dan itu membuat bibir Alex terangkat keatas membentuk senyuman yang sangat manis, ia sangat bahagia akhirnya perempuan itu merespon perkataannya walaupun hanya dengan anggukan kecil.Alex mengambil kursi roda yang terdapat dipojok ruangan, setelah perempuan itu sudah duduk di kursi roda, Alex mendorong dengan senyuman mengembang."Makasih selalu ada di samping aku, maaf aku selalu merepotkan kamu," ujar
"Aisyah, aku turut berduka cita ya, maaf aku ga bisa datang waktu pemakaman." Riska memeluk Aisyah erat, ia ikut merasakan kesedihan yang diderita oleh Aisyah."Makasih Kak, iya gapapa Kak," balas Aisyah tersenyum.Ini hari pertama ia masuk setelah kepergian sang Nenek, sebenarnya ia masih sangat berduka, namun ia mencoba untuk bangkit agar tidak berlarut dalam kesedihan."Tangan kamu kenapa?" tanya Riska melihat pergelangan sebelah kiri Aisyah diperban."Gapapa kok Kak cuma luka dikit aja," ujar Aisyah beralasan."Hum iya deh, jangan terlalu banyak kerja dulu, nanti kalau dirasa tangannya sakit istirahat aja, jangan dipaksa kerja.""Iya Kak," ujar Aisyah mengangguk.Para karyawan mengucapkan belasungkawa kepada Aisyah, mereka ikut berduka cita atas meninggalnya Nenek.Ting!!Ponsel Aisyah berbunyi terlihat notifikasi dari aplikasi hijau yang tertera nama 'Willi'"[Ingat! Jangan kecapean, nanti jam makan siang datang ke ruangan aku!]"Aisyah tersenyum tipis, ternyata lelaki itu sangat