Share

Disia-siakan Suami, Diratukan CEO Tampan
Disia-siakan Suami, Diratukan CEO Tampan
Penulis: Rani

Bab 1

"Kak, minta uang dong."

Aisyah mendongak, menatap Sinta, sang adik iparnya yang mengadahkan tangan kepadanya. Walaupun lebih muda beberapa tahun dari Aisyah, tapi perempuan itu sama sekali tidak ada sopan santunnya.

"Uang Kakak udah habis, Abang kamu belum gajian," ujar Aisyah.

"Ih, Kakak kok pelit banget sih padahal 'kan itu uang Abang aku!" bentaknya kesal.

"Bukannya Kakak pelit, Sin, uangnya udah habis untuk beli kebutuhan rumah." Aisyah mengelus dadanya, ini bukan kali pertama ia dibentak oleh adik ipar.

Memang kerjaan suaminya sangat mapan dan gajinya juga lumayan besar, namun ia harus membayar tagihan listrik, tagihan air, cicilan mobil, kuliah adik iparnya, belanja dapur, belum lagi uang untuk mertua serta adik iparnya yang selalu pergi shopping.

Sinta melemparkan gelas yang berada didekatnya dengan sekuat tenaga, ia sangat kesal dengan Aisyah karena tidak memberikannya uang.

"Ada apa ini?" Davit yang mendengar pecahan gelas, langsung keluar dari kamarnya dan mendekati dua perempuan yang sedang beradu mulut di dapur.

"Kak Aisyah enggak mau kasih uang," adu Sinta kepada abangnya.

"Bukannya enggak mau tapi uangnya sudah habis untuk beli kebutuhan dapur," ujar Aisyah meluruskan, ia tidak ingin suaminya salah paham dengan dirinya.

"Ya udah kamu sabar dulu, nanti kalau abang sudah gajian, Abang akan lebihkan untuk kamu," ujar Davit lembut, ia tidak ingin melihat istri dan adiknya selalu bertengkar.

"Tapi enggak mungkin uangnya habis, pasti istri kamu enggak becus urus keuangan atau enggak ia pakai untuk berfoya-foya dengan lelaki lain," ujar Bu Wiwik--ibu mertua Aisyah.

"Iya benar, masa gaji kamu sepuluh juta bisa habis dalam sekejap? Emangnya kamu enggak curiga dia pakai uangnya untuk apa aja?" tambah Bayu--bapak mertua Aisyah.

Aisyah memejamkan matanya berusaha untuk bersabar, keluarga suaminya memang sangat menguji kesabarannya, mereka pikir bayar semua cicilan bisa pake daun? Mereka pikir uang yang selama ini dipakai untuk berfoya-foya turun dari langit?

"Udah, aku mau berangkat ke kantor dulu," ujar Davit.

"Mas enggak mau sarapan dulu?" tanya Aisyah. Enggak biasanya lelaki itu pergi tanpa makan makanan istrinya.

"Mas makan di kantin kantor aja, pagi ini Mas ada meeting." Aisyah mengangguk, ia mengantarkan suaminya sampai kedepan pintu.

"Hati-hati ya, Mas, semangat kerjanya." Tidak lupa perempuan itu mencium tangan suaminya.

"Iya, kamu juga harus akur dengan keluarga Mas." Setelah berpamitan dan mengecup singkat kening istrinya, Davit menjalankan mobilnya menuju Angkasa Group--perusahaan tempatnya bekerja.

Setelah mobil suaminya sudah tidak terlihat, perempuan berlesung pipi itu kembali masuk ke dalam rumah, ia menghembuskan napas kasar melihat mertua serta adik iparnya menghabiskan semua makanannya.

"Kenapa semua makanannya dihabiskan?" tanyanya lemah.

"Ups, maaf ya, kita lupa kalau Kakak belum makan," ujar Sinta dengan nada mengejek.

"Tinggal masak lagi apa susahnya sih? Lagian kamu masaknya sedikit makanya habis," ujar Ibu mertua tanpa rasa bersalah.

Mau tidak mau, perempuan berkulit putih itu menggoreng telur untuk mengisi perutnya yang lapar, kalau bukan karena suaminya yang selalu memintanya bertahan, ia tidak akan sanggup bertahan sampai selama ini.

"Ya Allah tolong perbesar lagi kesabaran aku untuk menghadapi sikap mereka yang semakin lama semakin keterlaluan kepada aku," batinnya.

Setelah selesai makan, ia membersihkan meja makan, ia membawa piring bekas makan mereka ke wastafell, lihatlah tidak ada yang membantunya mengerjakan pekerjaan rumah, ia selalu dijadikan layaknya pembantu oleh keluarga suaminya.

Matahari sudah terbenam dan digantikan oleh langit malam yang disinari oleh cahaya bulan, perempuan berhidung mancung tersebut sudah berkutat di dapur menyiapkan makan malam untuk suami serta mertuanya.

"Masak yang enak, malam ini akan kedatangan orang yang sangat spesial," ujar Bu Wiwik.

"Siapa Bu?" tanya Aisyah penasaran.

"Nanti kamu juga akan tahu!"

Aisyah kembali fokus untuk memasak, entah kenapa hatinya gelisah, seperti ada hal buruk yang akan menimpanya, perempuan itu teringat dengan suaminya, ia berdoa agar Tuhan selalu melindungi lelaki pujaan hatinya.

Setelah selesai memasak beberapa menu, Aisyah lalu menyajikannya di meja makan, mertua serta adik iparnya duduk di ruang keluarga menonton film tanpa berniat membantunya.

Beberapa menit berlalu, terdengar suara mobil yang berhenti di halaman rumah, bibir perempuan tersebut mengembang karena suaminya sudah pulang, segera ia membuka pintu untuk menyambut kedatangan suaminya, namun setelah pintu terbuka senyumannya luntur melihat ada perempuan lain yang menggandeng tangan suaminya.

"Di-dia siapa, Mas?" tanyanya terbata-bata.

"Sebaiknya kita masuk dulu." Lelaki itu masuk tanpa melirik kearah istrinya, ia berjalan sambil menggandeng perempuan lain.

"Kalian sudah datang, eh sini duduk dulu," ujar Bu Wiwik kepada perempuan tersebut.

Mereka sangat antusias melihat kedatangan perempuan itu tanpa memikirkan perasaan menantunya yang sangat sakit.

"Aisyah ikut gabung sini, ada sesuatu yang ingin Mas sampaikan." Aisya hendak duduk disamping Davit, namun dicegah oleh perempuan yang berpenampilan modis sangat berbanding terbalik dengannya yang hanya menggunakan daster.

Aisyah mengalah, ia duduk disofa tunggal, perasaannya sangat gelisah, pikiran-pikiran buruk sudah berputar dikepalanya.

Siapakah perempuan itu? Kenapa ia bisa bersama dengan suaminya? Apa hubungan mereka berdua? Apa hanya sekedar rekan bisnis atau ada hubungan lain di antara mereka?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nuineglasari
menguras emosi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status