Dada Aisyah berdetak kencang, jika tubuhnya tidak didorong oleh seseorang, mungkin sekarang ia yang dikelilingi oleh kerumunan orang tersebut.Aisyah menatap orang yang sedang berkerumun tersebut, ia yakin orang yang tertabrak itu adalah orang yang sudah menyelamatkan dirinya dan dia harus berterima kasih karena telah menyelamatkan dirinya."Aisyah!" panggil seseorang membuatnya mengurungkan niat untuk menuju kerumunan.Alex langsung memeluk Aisyah, ia sangat khawatir dengan keadaan perempuan tersebut."Kamu gapapa kan? Kamu baik-baik aja kan? Apa ada yang terluka?" tanyanya bertubi-tubi. Ia melepas pelukannya dan menatap Aisyah khawatir."Aku baik-baik aja dan itu semua berkat dia, kalau tidak ada dia mungkin aku ga akan selamat." Tunjuk Aisyah kepada seseorang yang sudah berlumuran darah itu.Aisyah melepaskan genggaman Alex, ia berjalan tertatih-tatih menuju kerumunan, ia harus menolong orang itu."Tunggu!" Alex mencekal tangan Aisyah membuat langkahnya terhenti."Apa lagi?" tanya
"Aisyah kamu tinggal disini aja ya." Mereka berusaha membujuk Aisyah agar mau tinggal bersama."Ga usah Tan, aku pulang ke kontrakan aja," jawab Aisyah.Mereka khawatir dengan kondisi Aisyah, mereka takut terjadi sesuatu dengan perempuan tersebut."Ica sebaiknya kamu tinggal disini ya, ya setidaknya sampai keadaan kamu membaik, ingat pesan Nenek, ga boleh berlarut dalam kesedihan, Nenek pasti sedih melihat kamu kaya gini," ujar Alex mencoba menenangkan perempuan tersebut.Aisyah hanya diam dengan tatapan kosong, sekarang rumahnya benar-benar sudah hilang, tidak ada lagi tempat yang paling nyaman untuknya pulang."Nenek pergi karena aku, ini semua salah aku!" ujarnya lirih, sudah tidak terhitung berapa kali Aisyah berbicara sperrti itu."Ga boleh nyalahin diri sendiri, kamu makan dulu ya, sedari tadi kamu belum makan," ujar Bu Laura yang mendapatkan gelengan dari Aisyah."Tolong tinggalkan aku, aku pengen sendiri dulu!" Setelah mereka sudah tidak lagi terlihat, pertahanan Aisyah runtu
"Ica makan ya, dari kemaren kamu belum makan loh." Alex tidak menyerah, ia akan berusaha untuk membujuk perempuan itu agar mau makan."Aku ga lapar," jawab Aisyah dengan tatapan kosong.Sudah dua hari Aisyah dirawat dan belum juga ada perkembangan apapun, namun mereka tidak akan menyerah, mereka akan selalu berusaha dan memberikan yang terbaik untuk kesembuhan Aisyah."Ca, jalan-jalan yuk, cari udara segar diluar pasti kamu bisan kan disini?" ajak Alex penuh harap, ia berharap perempuan itu menerima ajakan darinya, dengan begitu hati Aisyah bisa semakin tenang.Aisyah hanya mengangguk dan itu membuat bibir Alex terangkat keatas membentuk senyuman yang sangat manis, ia sangat bahagia akhirnya perempuan itu merespon perkataannya walaupun hanya dengan anggukan kecil.Alex mengambil kursi roda yang terdapat dipojok ruangan, setelah perempuan itu sudah duduk di kursi roda, Alex mendorong dengan senyuman mengembang."Makasih selalu ada di samping aku, maaf aku selalu merepotkan kamu," ujar
"Aisyah, aku turut berduka cita ya, maaf aku ga bisa datang waktu pemakaman." Riska memeluk Aisyah erat, ia ikut merasakan kesedihan yang diderita oleh Aisyah."Makasih Kak, iya gapapa Kak," balas Aisyah tersenyum.Ini hari pertama ia masuk setelah kepergian sang Nenek, sebenarnya ia masih sangat berduka, namun ia mencoba untuk bangkit agar tidak berlarut dalam kesedihan."Tangan kamu kenapa?" tanya Riska melihat pergelangan sebelah kiri Aisyah diperban."Gapapa kok Kak cuma luka dikit aja," ujar Aisyah beralasan."Hum iya deh, jangan terlalu banyak kerja dulu, nanti kalau dirasa tangannya sakit istirahat aja, jangan dipaksa kerja.""Iya Kak," ujar Aisyah mengangguk.Para karyawan mengucapkan belasungkawa kepada Aisyah, mereka ikut berduka cita atas meninggalnya Nenek.Ting!!Ponsel Aisyah berbunyi terlihat notifikasi dari aplikasi hijau yang tertera nama 'Willi'"[Ingat! Jangan kecapean, nanti jam makan siang datang ke ruangan aku!]"Aisyah tersenyum tipis, ternyata lelaki itu sangat
"Kenapa? Apa keluarga Davit ganggu kamu lagi?" tanya Alex ketika Aisyah masuk keruangannya dengan wajah masam."Ya gitulah, rasanya ingin aku mutilasi terus aku bagikan ke binatang buas," jawab Aisyah kesal."Terus apa yang ingin kamu lakukan untuk membalas mereka? Apa kita keluarkan saja Davit dari perusahaan ini?""Aku engga setuju, aku ga mau bawa urusan pribadi ke dalam pekerjaan," bantah Aisyah."Sebenarnya bukan itu saja alasannya, akhir-akhir ini aku sering pantau kinerja Davit dan aku menemukan suatu fakta yang sangat mencengangkan, ternyata Davit sudah melakukan korupsi dan sudah menyelahgunakan pemberian perusahaan, Davit juga sering datang ke bar dan sering menyalahgunakan jabatannya." Alex menjelaskan secara detail tentang semua yang di ketahuinya.Aisyah sedikit tercengang, ia tidak menyangka mantan suaminya akan melakukan hal sekeji itu."Semua keputusan aku berikan ke kamu, jika itu semua demi perusahaan lakukan saja," putus Aisyah."Tapi aku harap jangan keluarkan Mas
"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Alex kepada dokter yang menangani Aisyah."Jahitannya sedikit terbuka, beruntung lukanya sudah mengering sehingga tidak mengakibatkan infeksi, sekarang kita harus buka jahitannya tapi Aisyah harus lebih hati-hati lagi, jangan terlalu dipaksa untuk mengangkat beban berat dan jangan sampai tangannya terbentur lagi," jelas Dokter.Aisyah bergidik ngeri melihat jarum suntik yang dipegang oleh Dokter.Aisyah menelan salivanya susah ketika jarum tersebut semakin mendekat ditangannya."Jangan Dok." Refleks Aisyah mengangkat tangannya, ia sangat takut dengan yang namanya jarum suntik."Ga sakit kok Syah, rasanya seperti digigit semut," ujar Dokter tersenyum hangat."Semut api kan Dok? Dokter ga perlu bohong aku bukan anak kecil lagi, apa tidak ada cara lain selain disuntik Dok?" tanya Aisyah mencoba bernegosiasi.Dokter sangat gemes melihat pasiennya ini. "Dengan pisau tidak takut tapi masa iya dengan jarum suntik sekecil ini takut? Malu dong sama wajah sanga
"Pagi Bu," sapa para karyawan kepada Aisyah, ini hari pertama Aisyah masuk ke kantor sebagai pemilik Perusahaan.Aisyah tersenyum ramah lalu menunduk membalas sapaan dari para karyawannya.Aisyah pergi menuju ruangan Alex, sesampainya di depan ruangan, Aisyah langsung membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dulu."Kenapa?" tanya Alex yang sedang fokus dengan laptopnya."Aku gabut dan bingung harus kerjain apa, enakan jadi office girl deh daripada jadi Bos yang disegani," jawab Aisyah.Alex tersenyum. "Sebaiknya kamu kesini deh, biar bisa lihat apa yang aku kerjakan," ujarnya.Aisyah menurut, ia duduk disamping Alex. "Lihat angkanya aja udah bikin kepala aku pusing, kayanya aku memang ga ada keahlian dibidang bisnis deh," ujar Aisyah lemah."Aku percayakan kantor kepada kamu, aku yakin kamu akan selalu memberikan yang terbaik untuk Perusahaan ini," lanjutnya menatap Alex dalam."Tanpa kamu pintapun aku akan selalu mengembangkan kantor ini kalau bisa sampai go internasional," balas Alex
"Cleaning servis?" tanya mereka tidak percaya.Davit menganggung lemah. "Iya, beruntung aku tidak langsung dipecat," ujarnya lirih."Bodoh! Masa gitu aja bisa ketahuan sih!" ujar Elsa sarkas membuat amarah Davit langsung diubun-ubun."Jaga ucapan kamu, ini semua aku lakukan juga karena memenuhi kebutuhan kamu yang sok kaya itu! Seandainya waktu itu aku ga mengikuti saran dari kamu mungkin sekarang aku masih memegang jabatan Manager!""Udah kalian tidak usah berantem, pusing kepala ibu dengernya, sekarang kamu harus kembali mendekati Aisyah, ibu yakin perempuan itu masih mau kembali denganmu!" ujar Bu Wiwik memberi saran, ia tidak ingin hidup miskin, apa kata teman arisannya nanti kalau tahu anaknya seorang cleaning servis, mau ditaruh dimana mukanya?"Aku ga setuju!" tolak Elsa."Udah deh Kak, ga usah sok nolak kalau kakak ga bisa kasih solusi, aku juga ga mau hidup miskin, aku malu sama teman aku kalau tahu sekarang Bang Davit hanya seorang cleaning servis, ini semua juga gara-gara K