"Makan dulu Neng." Nenek mengetuk pintu kamar Aisyah, berharap perempuan itu akan keluar karena sedari pagi cucunya belum menampakkan batang hidungnya.
Sudah tiga kali sang Nenek mengetuk pintu, namun tidak ada sahutan dari Aisyah, Nenek mulai khawatir, ia takut terjadi sesuatu dengan perempuan tersebut."Buka pintunya Neng, jangan bikin Nenek khawatir!" Perempuan lanjut usia itu sangat panik, ia menggelengkan kepala ketika pikiran-pikiran buruk terlintas dikepalanya.Nenek menelpon Alex, hanya lelaki itu yang bisa membantunya."Hallo Nak Alex, maaf Nenek mengganggu waktunya, Nenek sangat minta tolong agar Nak Alex bisa segera datang kesini, Aisyah ....""Baik Nek, sekarang juga Alex akan kesana!" Alex mematikan sambungan telepon lalu segera berangkat ke rumah perempuan yang sangat ia cintai.40 menit kemudian, Alex datang dengan napas tidak beraturan, kekhawatiran terlihat dari wajahnya."Apa yang terjadi Nek?" tanya Alex menghampiri Nenek yang sedang berdiri di depan pintu kamar Aisyah."Dari pagi Aisyah belum keluar, Nenek takut terjadi sesuatu dengannya karena tidak biasanya ia mengurung diri dikamar," adu Nenek dengan sendu.Alex mengambil ancang-ancang untuk menobrak pintu kamar karena hanya itu jalan satu-satunya untuk membuka pintu tersebut.Tidak butuh waktu lama, pintu terbuka dan terlihat seorang perempuan yang sedang tertidur lelap dengan wajah pucat."Aisyah!" Nenek berlari menghampiri cucu kesayangannya, keadaan sang cucu sangat memprihatinkan, badannya terasa begitu panas dan bibirnya sedikit membiru.Alex mengangkat tubuh Aisyah, membawa perempuan itu ke rumah sakit agar segera mendapatkan pertolongan pertama.Mereka sangat khawatir dengan keadaan Aisyah, mereka selalu berdoa agar perempuan itu diberikan kekuatan dan tidak ada hal yang fatal mengenai kesehatannya.Sesampainya di rumah sakit, Aisyah langsung dibawa ke UGD untuk melakukan pertolongan pertama.Nenek maupun Alex mondar mandir di depan ruangan sambil berdoa untuk kesembuhan Aisyah."Maafkan Nenek ga bisa jaga kamu," ujar sang Nenek merasa sangat bersalah, ia berpikiran bahwa cucunya menjadi seperti ini karena kelalaian dirinya."Nenek ga boleh salahin diri sendiri, ini bukan salah Nenek, yang harus kita lakukan sekarang adalah berdoa untuk kesembuhan Aisyah, Alex yakin Aisyah perempuan kuat, ia akan baik-baik saja." Alex memegang tangan sang Nenek lalu membawa perempuan lanjut usia tersebut untuk duduk di kursi tunggu.Satu jam lebih, akhirnya Dokter yang bernametag Riska keluar dari ruangan, Nenek langsung bertanya tentang kondisi Aisyah."Bagaimana keadaan cucu saya, Dok?" tanya Nenek dengan bibir gemetar."Cucu Nenek tidak apa-apa, ia hanya kecapean dan kurang istirahat serta ada sesuatu yang sedang menganggu pikirannya sehingga membuatnya drop.Saya sudah memberikan obat penenang, sebentar lagi pasien akan sadar, namun saya minta kepada kalian jangan terlalu banyak tanya dan mengungkit masalah yang akhir-akhir ini terjadi padanya," jelas Dokter Riska.Setelah Dokter pergi, Nenek dan Alex segera masuk ke ruangan dimana terlihat seorang perempuan sedang terbaring lemah dengan mata terpejam."Apa ga sebaiknya kita jujur aja dengan Aisyah, Nek?" Lelaki itu merasa kasihan melihat keadaan Aisyah yang sangat lemah."Sekarang bukan waktu yang tepat, Nenek takut mantan suaminya akan kembali ketika tahu rahasia yang selama ini kita sembunyikan, Nenek tidak mau Aisyah kembali masuk ke jurang yang sama," jawab Nenek tanpa mengalihkan pandangannya kepada cucu kesayangannya."Alhamdulillah kamu udah sadar Neng." Bibir Nenek tertarik keatas melihat sang cucu membuka matanya."Aku dimana Nek?" tanya Aisyah lemah."Kamu lagi di rumah sakit, tadi kamu pingsan untung aja Alex segera membawa kamu ke rumah sakit."Aisyah menatap lelaki di sampingnya, lagi dan lagi lelaki itu telah menyelamatkan dirinya. "Makasih untuk semua kebaikan kamu selama ini, aku engga tahu harus bagaimana untuk membalas semuanya.""Iya, santay aja, aku sama sekali tidak merasa direpotkan, yang ada aku sangat bahagia bisa selalu ada disaat kamu butuh."Alex berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan mengulang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, ia akan selalu berada disamping perempuan itu dalam suka maupun duka, apalagi lelaki itu mengetahui bahwa selama ini wanitanya telah menghadapi masalah yang begitu berat."Kamu kenapa Neng? Apa masih memikirkan mantan suami kamu itu?" tanya Nenek.Aisyah menggeleng. "Aku menyesali semua keputusan yang pernah aku buat, aku tega meninggalkan Nenek demi lelaki bren**** seperti Dimas, aku sudah mengambil keputusan yang sangat bodoh di dalam hidupku.Coba aja waktu itu aku nurut dan mendengarkan semua nasihat Nenek pasti sekarang kita akan bahagia, aku tidak akan pernah terjebak di keluarga toxic seperti mereka.""Udah yang berlalu biarlah berlalu, jadikan masa lalu sebagai pelajaran di masa yang akan datang agar tidak terulang kesalahan yang sama." Nenek menggenggam tangan Aisyah memberikan kekuatan kepada perempuan itu."Sekarang aku sadar ternyata semua lelaki itu sama dan aku sudah meyakinkan diri sendiri bahwa aku tidak akan pernah percaya lagi dengan perkataan maupun janji manis lelaki!" putus Aisyah membuat Nenek maupun Alex terkejut."Engga boleh ngomong seperti itu Neng, Nenek tahu kamu trauma tapi jangan karena satu lelaki kamu malah menganggap semua lelaki sama, Nenek yakin suatu saat kamu akan menemukan pendamping hidup yang bisa membahagiakan kamu.""Lelaki seperti apa yang harus aku percaya Nek? Sedari dulu aku cuma diberikan harapan oleh lelaki, Nenek ingat Willi teman masa kecilku dulu, ia juga berjanji tidak akan pernah meninggalkan aku tapi nyatanya apa? Sekarang ia tidak pernah kembali bahkan aku tidak tahu keberadaannya sekarang."Nenek dan Alex saling pandang, mereka menghela napas, apa yang dikatakan Aisyah benar adanya, perempuan itu pasti sangat trauma karena telah sering ditinggalkan oleh orang-orang yang ia sayang.Semakin hari kedekatan mereka semakin dekat, Alex dengan telaten merawat Aisyah yang sedang sakit dan itu semua tidak lepas dari pengawasan sang Nenek."Aku udah gapapa, lebih baik kamu pergi saja ke kantor, ga enak izin terus, jangan karena kamu bos kamu malah seenaknya, seharusnya kamu bisa memberikan contoh yang baik untuk para pekerja agar mereka juga nyaman kerja dengan kamu." Bukannya Aisyah tidak menghargai perhatian dari Alex, namun ia rasa perhatian dari lelaki itu terlalu berlebihan.Alex rersenyum, ingin rasanya lebih lama lagi berada disisi perempuan itu, namun ia tidak ingin Aisyah berpikiran buruk tentangnya."Baiklah, aku permisi dulu, kalau butuh sesuatu telpon saja aku.""Makasih ya, hati-hati bawa mobilnya, maaf bukan maksud aku ngusir kamu tapi aku cuma engga mau kamu melupakan pekerjaan karena aku," ujar Aisyah merasa tidak enak hati."Iya santai aja." Setelah berpamitan dan mencium tangan sang Nenek, Alex berlalu pergi meninggalkan kontrakan yang sederhana tersebu
"Eh ada mantan menantu," ujar Bu Wiwik ketika ia berpapasan dengan Aisyah di sebuah warung sembako.Perempuan itu berpenampilan sosialita, ia pergi ke komplek itu karena mengadakan arisan di rumah salah satu temannya, namun betapa terkejutnya ia ketika kembali bertemu dengan perempuan yang pernah menjadi istri dari anaknya."Hati-hati dengan perempuan itu, kelihatannya saja alim tapi aslinya dia itu suka goda suami orang," bisik Bu Wiwik kepada para ibu-ibu yang sedang berbelanja disebuah warung sembako.Aisyah yang juga berada disekitaran mereka memejamkan matanya untuk meredakan amarahnya, ia tahu siapa yang sedang disindir oleh mantan mertuanya itu."Bu kalau ngomong dipikir dulu, jangan sampai merusak nama baik orang, nanti bisa di bawa ke jalur hukum loh," ujar Bu Inem--pemilik warung memperingati perempuan paruh baya tersebut."Saya berbicara sesuai fakta, kalian tahu dia itu mantan menantu saya, beruntung mata anak saya cepat terbuka dan mentalak perempuan murahan ini!" sarkas
"Jawab Nek, apa yang kalian sembunyikan dari aku?" desak Aisyah. Perempuan itu tidak sengaja mendengar perkataan mereka ketika ia keluar dari kamar hendak menghampiri sang Nenek dan Alex."Ga ada apa-apa Neng, kamu cuma salah dengar, kita ga ada menyembunyikan apapun dari kamu," elak Nenek, perempuan lanjut usia itu belum siap mengatakan semuanya, ia belum siap melihat cucunya kecewa untuk kesekian kalinya."Aku ga mungkin salah dengar Nek, jelas-jelas tadi kalian sedang membicarakan sesuatu yang tidak boleh aku ketahui. Segitu tidak bergunakah aku sampai Nenek main rahasiaan sama aku?"Hati Nenek tersentuh, ia tidak tega dan tidak ingin menyakiti hati dan perasaan Aisyah, Nenek menatap Alex lalu mengangguk, mungkin memang ini waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya."Sebenarnya Alex ini adalah teman masa kecil kamu, kamu ingat kan lelaki yang dulu selalu menjaga dan melindungi kamu? Ya, lelaki itu adalah Alex," jelas sang Nenek."Jadi Alex itu Willi?" tanya Aisyah memastika
"Aisyah ayo, Nak Alex udah nunggu di depan!" teriak Nenek di depan pintu kamar Aisyah. "Iya bentar lagi Nek," balas Aisyah dari dalam kamar. Malam ini Aisyah dan Nenek akan makan malam di rumah keluarga Alex, mereka sepakat untuk mengungkapkan sesuatu yang puluhan tahun ditutupi dari Aisyah. Jarak antara kontrakan Aisyah dan Rumah Alex tidak terlalu jauh sehingga tidak sampai satu jam perjalanan mereka telah sampai di rumah berlantai dua dengan desain modern yang terlihat mewah dan elegant. Pintu utama terbuka, terlihat seorang perempuan paruh baya, namun tampilannya sangat modis sehingga tidak ada terlihat satu kerutanpun diwajahnya. "Ayo silahkan masuk," ujarnya ramah, mempersilahkan para tamu istimewanya masuk ke dalam istana Widjaya. Di meja makan terlihat seorang lelaki paruh baya tersenyum kepada mereka, kedatangan Aisyah dan Nenek disambut hangat oleh keluarga Widjaya. "Silahkan dinikmati makanannya," ujar Bu Laura--mama Alex ramah. Aisyah terdiam melihat hidangan yang t
Flashback Off ...."Dimas tolong bantu aku, perusahaan aku diambang kebangkrutan karena ikut investasi bodong." Pak Gani sangat memohon kepada sahabat karibnya itu, ia belum siap hidup miskin."Kamu ga usah khawatir aku akan bantu dan aku coba juga cari donatur dari perusahaan yang lebih besar," jawab Pak Dimas menenangkan sahabatnya itu."Aku rasa dari perusahaanmu sendiri sudah cukup jadi tidak perlu susah payah cari perusahaan lain.""Dengan kamu bagi hasil perusahaan ini dengan aku, itu sudah sangat cukup," lanjut Pak Gani.Dahi Pak Dimas mengernyit bingung. "Maksudnya bagaimana? Kamu mau aku membagikan hasil perusahaan ini kepada kamu?" tanyanya memastikan.Pak Gani mengangguk tanpa ada rasa bersalah. "Ayo lah kita kan sudah lama kenal, beberapa tahun lagi kita akan jadi besan, masa kamu ga mau menyerahkn sebagian penghasilan perusahaan ini kepada aku? Kamu tega lihat aku dan keluarga tidur di kolong jembatan?"Pak Dimas bersusah payah menahan amarahnya, ia tidak menyangka lelaki
Sesampainya di kontrakan Aisyah langsung masuk ke dalam kamar tidak lupa ia mengunci pintu kamarnya.Seperti ditusuk oleh beribu pisau, hatinya sangat sakit menerima fakta yang baru saja ia dengar.Ya, ia sangat bahagia ternyata ia pewaris tunggal dari Angkasa Group, ternyata selama ini kedua orang tuanya pengusaha sukses, namun ia sangat sedih mendengar penuturan yang keluar dari mulut Papa Alex dan ternyata Nenek juga sudah mengetahui semuanya."Arrgghh kenapa malah jadi rumit gini!" Aisyah menarik rambutnya frustasi."Mama .... Papa .... maaf karena Aisyah belum bisa jadi anak yang bisa kalian banggakan," ujarnya lirih, ia memegang dadanya yang terasa sesak, sekian tahun lamanya kenapa baru sekarang semuanya terbongkar? Kenapa orang-orang yang ia sayang tega menyakiti dirinya?"Buka pintunya Neng, Nenek bisa jelasin semuanya, tolong keluar Neng!" "Aisyah ingin sendiri dulu Nek!" balas Aisyah dari dalam. Saat ini ia tidak ingin bertemu dengan siapapun, ia tidak ingin menyakiti mer
Setelah beberapa hari Aisyah selalu menghindar dari mereka, akhirnya hari ini ia keluar kamar, meminta izin kepada Nenek untuk keluar sebentar."Nek Aisyah izin keluar dulu." Walaupun ia masih sangat kecewa, akan tetapi ia harus berpamitan agar sang Nenek tidak semakin khawatir dengannya."Mau kemana Neng?" tanya Nenek khawatir melihat mata cucunya yang masih bengkak karena terlalu lama menangis."Keluar, sebentar aja kok Nek," ujar Aisyah berusaha tersenyum meyakinkan.Alex beserta kedua orang tuanya masih tinggal di rumah Aisyah, mereka akan tetap disana sampai mendapatkan maaf dari Aisyah."Boleh tapi perginya sama Alex ya," pinta Nenek memohon, ia tidak ingin melepaskan Aisyah keluar seorang diri, ia takut terjadi sesuatu hal buruk."Tapi Nek ....""Sama Alex atau tetap di rumah!" sanggah Nenek tidak terbantahkan.Aisyah menarik napas, bagaimana ia bisa menenangkan diri kalau ditemani oleh Alex?"Iya Nek tapi itu pun kalau Alex ga keberatan," putus Aisyah akhirnya.Alex tersenyum,
"Terima kasih untuk hari ini, makasih karena kamu selalu ada untuk aku," ujar Aisyah kepada Alex saat mereka baru saja keluar dari sebuah restoran."Ga perlu bilang makasih, aku melakukan ini ikhlas dari hati dan aku berharap setelah ini kita bisa sama-sama lagi seperti dulu," ujar Alex penuh harap."Bolehkan aku panggil kamu Willi? Sama seperti dulu, aku cuma ingin kita bisa seperti dulu lagi, menghabiskan waktu bersama tanpa ada sedikitpun masalah yang terjadi.""Boleh Ica." Refleks Alex mencubit pipi Aisyah gemas."Eh maaf aku khilaf," lanjut Alex memperlihatkan deretan giginya ketika menyadari perlakuan yang baru saja ia lakukan.Hanna tersenyum manis, senyuman yang beberapa hari ini tidak terlihat."Nah gitu dong senyum lagi, aura kecantikannya semakin keluar," goda Alex membuat pipi Aisyah memerah."Ihh jangan gitu, nanti kalau aku baper kamu harus tanggung jawab!" Aisyah memukul pelan punggung Alex."Sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Alex setelah menghidupkan mesin mobil."