Share

Bab 7

Tibalah hari dimana Aisyah akan resmi bercerai dengan Davit.

"Kamu udah siap?" tanya Nenek menghampiri Aisyah ke kamarnya.

"Insyaallah Aisyah sudah siap Nek, Aisyah akan berusaha tegar untuk menerima semua cobaan ini, mungkin Aisyah dan Mas Davit tidak berjodoh."

Jujur didalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia masih menyimpan nama suaminya, namun mengingat perlakuan mertua serta iparnya, ia menjadi lebih mantap untuk bercerai.

"Sabar ya Neng, Nenek tahu ini berat tapi kamu harus bisa jalani ini semua, Nenek yakin kamu perempuan kuat dan tegar pasti bisa melewati ujian ini."

"Iya makasih ya Nek, maaf dulu Aisyah engga mau mendengarkan perkataan Nenek, seandainya dulu Aisyah menuruti perkataan Nenek pasti ini semua engga akan terjadi," ujar Aisyah penuh penyesalan.

"Jangan pernah menyesali semua yang sudah terjadi, sekarang kita keluar yuk, di depan ada seseorang yang sedang menunggu kamu."

"Siapa Nek?" tanya Aisyah mengerutkan keningnya, sepertinya ia tidak ada janji dengan siapapun.

Nenek hanya tersenyum, ia menggandeng sang cucu keluar dari kamar.

"Eh Alex, kamu ngapain disini?" tanya Aisyah ketika melihat lelaki itu sedang duduk di ruang tamu.

"Mau antar kamu dengan Nenek ke pengadilan," jawab Alex seadanya.

"Tapi ...."

"Udah Neng terima aja, lumayan kan dapat tumpangan yang gratisan," ujar Nenek terkekeh.

"Nenek ih," ujar Aisyah dengan wajah memerah, neneknya ini benar-benar membuatnya malu.

Akhirnya Aisyah menerima tawaran Alex, ada benarnya perkataan Nenek, jika berangkat dengan Alex, ia tidak perlu membayar ongkos, bukannya pelit hanya saja ia harus berhemat untuk biaya hidupnya dengan sang Nenek apalagi sekarang ia belum juga mendapatkan pekerjaan, tidak mungkin ia selalu bergantung dengan lelaki yang baru saja di kenalnya.

Di dalam perjalanan hanya keheningan yang terasa, Aisyah yang menatap keluar jendela sedangkan Alex fokus menatap jalanan, Nenek yang berada di kursi belakang hanya bisa menghela napas melihat kedua insan yang sedang bergelut dengan pikirannya masing-masing.

"Kalian sudah lama kenal?" tanya Nenek memulai pembicaraan.

"Belum Nek tapi Alex sudah banyak bantu Aisyah, Alex juga yang bayar kontrakan sampai Aisyah dapat kerjaan, mungkin kalau engga ketemu dengan Alex, aku engga tahu bagaimana nasib aku sekarang," jelas Aisyah kepada sang Nenek.

Alex seperti pahlawan bagi Aisyah, ia datang disaat perempuan itu sedang berada dititik paling terendah dihidupnya.

"Makasih Nak Alex untuk kebaikannya," ujar Nenek tersenyum tulus, ia memang tidak salah memilih pendamping hidup untuk cucu kesayangannya.

"Memang sudah kewajiban Alex untuk menolong sesama manusia dan aku juga sangat bahagia bisa menolong perempuan baik seperti Aisyah."

Tidak terasa mereka telah sampai di parkiran pengadilan agama, Aisyah menarik napas lalu mengeluarkannya secara perlahan untuk menenangkan hati dan perasaannya yang tegang.

"Tenang ya, kita akan selalu berada di samping kamu," ujar Nenek menenangkan.

Lex, maaf sebaiknya kamu engga usah masuk ya, aku takut mereka malah punya pikiran buruk kalau lihat aku datang bersama kamu, aku takut nanti masalahnya semakin runyam," ujar Aisyah sangat hati-hati.

"Iya aku paham, aku akan tunggu disini," ujar Alex tersenyum, walaupun ia sangat ingin menemani Aisyah, namun ia tidak ingin membuat perempuan itu kecewa karena keegoisannya.

"Selamat siang Pak Alex," sapa seorang lelaki berpenampilan formal, terlihat seperti seorang pengacara.

"Siang juga Pak Surya, oh iya kenalin ini Aisyah," ujar Alex memperkenalkan Aisyah.

"Maaf sebelumnya bukannya aku ingin ikut campur cuma untuk jaga-jaga aja mana tahu nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, makanya aku sewa pengacara untuk kamu," jelas Alex kepada perempuan yang terlihat sedang kebingungan tersebut.

"Makasih Nak Alex, kamu memang lelaki terbaik yang dikirimkan Tuhan untuk cucu Nenek," ujar Nenek penuh haru.

Aisyah tersenyum kikuk, bahkan ia sendiri tidak berpikiran untuk menyewa pengacara, lelaki dihadapannya ini memang sangat berjasa.

"Makasih loh untuk semua kebaikan kamu selama ini."

"Iya santai aja, ya udah sana bentar lagi sidangnya akan dimulai."

Aisyah, Nenek dan pengacara berjalan memasuki aula, terlihat keluarga suaminya sudah duduk rapi, Aisyah mengatur napasnya lalu duduk di samping lelaki yang sebentar lagi resmi menjadi mantan suaminya.

Jarum jam bergerak sangat cepat, palu sudah dipukul oleh hakim, sekarang mereka telah resmi berpisah.

"Yang kuat ya Neng." Nenek ikut merasakan kesedihan Aisyah.

"Bagus deh sekarang anak saya sudah terbebas dari benalu," sindir Bu Wiwik tepat di samping Aisyah.

"Akhirnya mata Abang terbuka juga, pilihannya untuk bercerai sangat tepat dan sekarang kita terbebas dari beban keluarga," timpal Sinta.

Hati Aisyah teriris mendengar omongan keluarga mantan suaminya, sebenci itukah mereka dengannya? Apakah perempuan kampung sepertinya tidak berhak bahagia?

"Sekarang kita sudah resmi berpisah, Mas harap kamu jangan pernah ganggu Mas lagi, jangan pernah minta rujuk karena itu tidak akan pernah terjadi!" ujar Davit dengan sangat percaya diri.

"Mas tenang aja, itu tidak akan pernah terjadi, aku memang miskin tapi aku masih punya harga diri, aku engga akan pernah mengemis dengan orang yang sudah zalim dengan aku, semoga Mas selalu bahagia!" seru Aisyah.

Nenek tersenyum penuh arti, ia pastikan mereka semua akan menyesal telah membuang cucunya.

"Akan saya pastikan, suatu saat kalian semua akan menyesal telah mencampakkan cucu saya, kalian akan bertekuk lutut kepada Aisyah!" tekan Nenek dengan tatapan meremehkan. Setelah mengatakan hal tersebut, perempuan lanjut usia itu langsung membawa Aisyah pergi menjauh dari para manusia tidak punya hati.

"Maksud Nenek apa? Kenapa Nenek bisa ngomong kaya gitu kepada mereka?" tanya Aisyah meminta penjelasan dari sang Nenek.

"Udah sekarang kamu fokus untuk melupakan mantan suami kamu, ingat kamu juga berhak bahagia dan mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Davit.

Nenek ingin menunjukkan sesuatu kepada kamu tapi nanti jika kamu benar-benar sudah sembuh dan melupakan mantan suami kamu itu!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status