Share

Bab 4

Author: Rarha Ira
last update Last Updated: 2024-10-04 21:13:02

"Bu, sebenarnya apa yang terjadi?" tanyaku. Tak tahan lagi jika harus menunggu kembali ke rumah hanya untuk mendapatkan penjelasan tentang keadaanku.

"Nak, sebenarnya kenapa kamu bisa ada di rumah sakit ini, semua karena suami dan mertua toxic kamu itu. Awalnya mereka tak mau mengakui perihal kecelakaan yang menimpa kamu, tapi keraguan menyelimuti hati kami. Hingga akhirnya Bapak turun tangan menyelidiki semuanya," jelas Ibu. Kekecewaan tergambar jelas di wajahnya yang cantik.

"Kecelakaan? Tapi bagaimana bisa, Bu? Seingatku kemarin pas mau buka pintu, Mas Denny melarang, tapi setelah itu aku nggak tau lagi apa yang terjadi hingga saat ini."

"Iya, Nak. Denny narik tangan kamu kuat sampai kepalamu terbentur sudut meja. Gara-gara kecelakaan itu, kamu harus menjalani operasi di bagian kepala dan akhirnya terbaring di rumah sakit ini sejak satu Minggu yang lalu," jedanya, "dan setelah di selidiki, ternyata awalnya mereka tak mau membawa kamu ke rumah sakit. Mereka sengaja merahasiakan ini semua dari kami. "

"Satu Minggu? Lalu, bagaimana bisa aku ada di sini, Bu?" tanyaku tak percaya.

yang

"Kamu tahu? Sebenarnya Rina, asisten rumah tangga yang di sewa mertua sok kamu itu, adalah kiriman Bapak untuk mengawasi kamu. Karena kami yakin, mereka bukanlah orang baik dan ternyata prasangka kami memang benar. Setelah benturan kuat itu, Mertua kamu memukulmu menggunakan gagang sapu dengan sengaja, hingga berbekas di punggung kamu sampai sekarang. Yang membuat kami begitu marah, Denny tak berusaha menghentikan kejahatan yang dilakukan ibunya."

Aku termenung mendengar ucapan Ibu. Sungguh, rasa sesal tak mau mendengar ucapan mereka yang melarangku menikah dengan Mas Denny, merasuki pikiran. Ibu, Bapak, maafkan Adriana.

Mendadak kepalaku terasa sakit sekali setelah mendengar penjelasan dari Ibu. Benarkah Mas Denny begitu tega padaku? Air mataku menetes membanjiri pipi ini.

"Ibu, maafin Adriana, ya!" Aku menangkupkan tangan di depan dada berharap ibu mau memaafkan kesalahanku.

"Tak perlu meminta maaf, Nak. Sekarang, kamu fokus saja pada kesembuhanmu, ya? Untuk suami kamu, Bapak udah mengurus perceraian kalian. Dan, kamu nggak perlu kembali lagi ke rumah itu!" Ibu memelukku hangat. Sungguh, pelukan inilah yang sejak lama aku rindukan.

Tok tok tok.

Tiba-tiba, terdengar suara pintu di ketuk. Ibu bangkit demi melihat siapa yang datang.

"Mau apa lagi kamu datang ke sini? Belum puas menyakiti putri kami?" tanya Ibu dengan amarah yang tampaknya tak bisa dikontrol.

"Apa maksud Ibu bicara seperti itu?" tanya seorang pria. Aku tak bisa melihat siapa orang itu, tapi aku bisa mengenali suaranya. Ya, pria itu adalah Mas Denny.

"Tak perlu membual untuk menutupi kebusukanmu dan juga keluargamu itu. Pergi sekarang juga atau saya panggilkan satpam untuk mengusir kalian?" ancam Ibu penuh emosi.

"Maaf, Bu Mila. Kedatangan kami ke sini ingin meminta maaf kepada Adriana dan juga ibu atas kecelakaan itu. Saya sebagai kepala keluarga, memohon agar ibu tidak melaporkan anak dan juga istri saya ke polisi. Saya sendirilah yang akan menghukum mereka berdua atas kesalahan yang sudah dilakukannya." Ayah mertua terlihat sangat menyesal ketika mengucapkan itu. Sedangkan Mas Denny terlihat tak acuh berdiri di samping sang ayah.

"Maaf, Pak Arman, untuk itu semua, suami saya lah yang punya kendali."

"Saya mohon, Bu Mila," ucap ayah mertua menangkupkan tangan di depan dada.

"Saya akan bicara pada suami saya dan berusaha untuk membujuknya, tapi ... saya tidak bisa berjanji untuk hasilnya."

"Tak apa, yang jelas sampaikan maaf saya pada Pak Ruslan, ya, Bu."

"Baik."

"Terima kasih banyak, Bu."

"Sama-sama," jawab Ibu tak acuh.

"Dan untuk kamu, pria tak tahu diri, belajarlah menjadi pria yang lebih bertanggung jawab!" ucap ayah mertua terdengar sayup. Mungkin mereka sudah mulai menjauh dari tempat ini.

"Bu," ucapku setelah ibu kembali.

"Iya, Nak. Kenapa?"

"Bu, aku—" Ucapanku berhenti ketika ponsel yang ada di atas meja berdering.

Ibu mengambil benda pipih itu dan memeriksa penelepon itu. "Sebentar, ya, Nak."

Aku mengangguk, kemudian ibu melangkah menjauh.

Mas Denny, benarkah kau setega itu padaku? Benarkah pengorbananku selama ini tak ada artinya bagimu? Anganku melayang dan kembali ke kejadian dua tahun yang lalu.

"Ini makanan apa, Diana? Ikan atau kayu? Kenapa keras sekali?" ucapnya kala itu.

"Ke–kenapa, Mas? A–apa makanannya tidak enak?" tanyaku ketakutan.

"Tentu saja! Makanan seperti ini kamu berikan padaku, sekalian saja kayu atau batu yang kamu masak! Dasar b*doh, d*ngu, g*blok! Ot*k kamu di mana? Ot*k anjin* yang kamu gunakan? Dasar wanita tak berguna!?"

Jangan tanyakan bagaimana keadaanku saat itu. Tentu saja sakit hati. Bahkan aku sampai kabur dari rumah pasca kejadian itu, tapi Mas Denny menjemputku di rumah Bapak dan memarahiku habis-habisan. Dari situ lah keinginanku untuk memiliki jiwa yang seolah mati akan segala rasa muncul. Ternyata Allah mengabulkan itu semua.

'Menyesalkah kamu setelah menikah dengan pria itu, Adriana?' bisik hati kecilku.

'Entahlah. Ingin mengatakan menyesal, tapi ini semua memang salahku.' Tanpa terasa, air mata meleleh begitu saja membasahi pipiku.

"Nak, ada yang ingin bertemu denganmu." Ucapan Ibu seketika membuyarkan lamunanku.

"Eh .., siapa, Bu?" tanyaku menghapus air mata.

"Sudah, tak perlu kamu menangisi pria seperti itu. Insya Allah suatu saat nanti, kamu akan bertemu dengan seorang pria dan bahagia bersamanya. Aamiin."

"Aamiin," jawabku, "tapi siapa orang yang Ibu katakan ingin bertemu denganku?"

"Dia adalah ...."

***

Bersambung.

"Ujian datang untuk menguji keimananmu. Jadikan ujian itu sebagai cambuk untuk senantiasa memperbaiki diri. Bukan untuk menjatuhkan harga diri!"

_Renal Setiawan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Disia-siakan Suami Toxic, Diratukan Dosen Bucin    Malam Yang Mencekam

    Aku menghela napas lega setelah mendengar penjelasan ibu mertua. Setidaknya, Silvi dan Sundari tidak berada di sini saat orang-orang itu datang. Tapi ini berarti mereka masih dalam bahaya—mereka bisa saja menjadi target berikutnya.Bang Sandi sepertinya berpikir hal yang sama. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan mencoba menelepon Silvi. Aku melihat rahangnya mengeras saat panggilannya masuk ke kotak suara."Kenapa nggak diangkat?" tanyaku cemas."Entahlah, mungkin dia masih di pesta," jawab Bang Sandi, tapi nada suaranya penuh kekhawatiran.Aku tidak bisa menunggu lebih lama. Aku langsung berdiri. "Kita harus jemput mereka sekarang.""Aku ikut," kata Ibu dengan suara penuh ketegasan.Aku menggeleng. "Bu, di rumah ini masih belum aman. Kalau ibu ikut, kita malah berisiko lebih besar. Lebih baik ibu dan paman tetap di sini, pastikan pintu terkunci dan jangan buka untuk siapa pun."Ibu terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk setuju.Bang Sandi menggenggam tanganku erat. "Ayo, kit

  • Disia-siakan Suami Toxic, Diratukan Dosen Bucin    Pria bernama Jafar

    Ancaman yang Semakin NyataAku duduk di kursi dengan tangan gemetar, mencoba menekan rasa panik yang mulai menguasai pikiran. Ponselku tetap tak berdering, tak ada jawaban dari keluargaku maupun keluarga Bang Sandi. Aku menatap pria itu dengan wajah penuh kecemasan.“Kita harus segera periksa keadaan mereka,” ujarku.Bang Sandi mengangguk. “Kita pisah. Aku dan Adriana ke rumah paman demi memeriksa ibu dan kedua adikku, sementara Iqbal menghubungi kontaknya di kepolisian. Kalau memang ada sesuatu yang mencurigakan, kita butuh bantuan.”Aku langsung berdiri, tapi Bang Sandi menahanku, menatapku dalam-dalam. “Abang janji, Abang nggak akan biarin siapa pun menyentuh kamu atau keluarga kita.”Aku mengangguk pelan, meski ketakutan masih menggerogoti dadaku.---Kami bergegas meninggalkan motel dan mengendarai mobil ke rumah paman. Jalanan malam terasa lebih mencekam dari biasanya. Setiap kendaraan yang melintas membuatku waspada.“Apa menurut Abang mereka akan menyerang langsung?” tanyaku,

  • Disia-siakan Suami Toxic, Diratukan Dosen Bucin    Mulai terungkap

    Kami semua saling pandang. Wajah Iqbal masih pucat setelah menerima panggilan tadi.“Kita harus pergi dari sini sekarang,” kata Bang Sandi tegas.Iqbal langsung menyalakan mesin mobil dan kami meluncur keluar dari parkiran dengan kecepatan yang tidak mencolok, tapi cukup cepat untuk meninggalkan tempat itu secepat mungkin. Aku melirik kaca spion, memastikan tidak ada yang mengikuti kami.“Kalian pikir siapa yang menelepon tadi?” tanyaku pelan.Iqbal mengepalkan tangan di atas setir. “Jelas seseorang yang tahu apa yang kita lakukan.”“Apa mungkin Arman?” tanya Bang Sandi.Iqbal menggeleng. “Kalau dia, pasti dia sudah langsung mengancam atau menyuruh orangnya mengejar kita. Ini terasa berbeda. Suaranya lebih tenang, seperti seseorang yang punya kendali penuh.”Aku menggigit bibir, mencoba mencerna semuanya. “Lalu siapa?”Belum ada yang bisa menjawab. Kami melaju dalam keheningan, masing-masing sibuk dengan pikiran sendiri.---Kami akhirnya berhenti di sebuah motel kecil di pinggiran kot

  • Disia-siakan Suami Toxic, Diratukan Dosen Bucin    Masalah Baru Lagi

    ---Malam itu, kami berkumpul di ruang tengah rumah Iqbal, mengatur rencana untuk masuk ke apartemen Melisa. Sebelum Arman atau siapa pun yang berkepentingan dengan dokumen itu bertindak lebih jauh, kami harus bergerak cepat. Iqbal mengetik sesuatu di laptopnya sementara aku dan Bang Sandi duduk di sofa, memerhatikan.“Jadi, apartemennya ada di lantai 5, dan berdasarkan data yang aku dapat, dia tinggal sendirian sebelum menikah,” kata Iqbal tanpa mengalihkan pandangan dari layar.“Keamanan di sana seperti apa?” tanya Bang Sandi.Iqbal menyeringai kecil. “Standar. Ada petugas di lobi dan kamera di beberapa sudut, tapi aku sudah mengatur sesuatu untuk memutus kamera selama 15 menit. Itu waktu yang kita punya.”Aku menatap Iqbal dengan khawatir. “Kalau ketahuan, bagaimana?”Iqbal menoleh padaku. “Makanya kita harus hati-hati. Aku nggak bilang ini aman, tapi kita nggak punya banyak pilihan.”Bang Sandi menghela napas, lalu menatapku. “Kamu nggak harus ikut, Sayang.”“Aku ikut,” jawabku te

  • Disia-siakan Suami Toxic, Diratukan Dosen Bucin    mulai terkuaknya sebuah misteri

    ---Malam itu, kami berkumpul di ruang tengah. Iqbal masih sibuk dengan laptopnya, sementara aku dan Bang Sandi duduk saling berhadapan. Setelah pertemuan dengan Arman di taman, suasana di rumah kami berubah. Ada keheningan yang menggantung, penuh dengan pertanyaan yang belum terjawab.“Aku nggak yakin apa yang Arman inginkan benar-benar cuma soal balas dendam,” kata Iqbal tiba-tiba, memecah keheningan.Bang Sandi menatapnya. “Maksudmu?”Iqbal menatap layar laptopnya sebelum menjawab, “Aku memeriksa lagi akun media sosialnya, dan ada sesuatu yang aneh. Arman sering menulis tentang keadilan, tapi di antara semua itu, dia juga menyebutkan sesuatu tentang dokumen penting.”“Dokumen?” tanyaku, bingung.Iqbal mengangguk. “Aku belum tahu dokumen apa yang dia maksud, tapi kelihatannya itu ada hubungannya dengan Melisa, orang yang dia sebutkan tadi.”Bang Sandi menghela napas panjang. “Jadi dia bukan cuma marah. Dia mencari sesuatu.”“Aku pikir begitu,” kata Iqbal. “Kita mungkin bisa mulai da

  • Disia-siakan Suami Toxic, Diratukan Dosen Bucin    Kembali Menemui Arman

    --- Pagi itu, setelah kejadian di jalan besar, kami kembali ke rumah dengan hati penuh kecemasan. Arman sudah pergi, tapi ancamannya masih menggema di pikiranku. Rasanya seperti bayangan gelap yang selalu mengikuti kami. Iqbal mengunci pintu dengan lebih ketat, memastikan semua jendela tertutup rapat. Sementara itu, Bang Sandi membantuku duduk di sofa. Dia berlutut di hadapanku, menggenggam kedua tanganku erat. “Sayang, kamu nggak apa-apa?” tanyanya lembut, matanya memancarkan kekhawatiran yang tulus. Aku mengangguk perlahan, meskipun dada ini terasa sesak. “Aku cuma takut, Bang. Dia benar-benar serius dengan ancamannya.” Bang Sandi mengusap tanganku dengan penuh kasih. “Abang nggak akan biarin dia menyakiti kamu, Sayang. Ini janji Abang.” Ucapan itu seharusnya membuatku tenang, tapi aku tahu situasi ini lebih rumit dari yang bisa kami kendalikan. Arman bukan hanya seseorang yang mar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status