Share

BAB 7

Penulis: Ikfanelle
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-24 14:42:39

"Pa, lihat, Pa!" seru wanita itu sambil terus menatap ke arah ranjang tidur. 

Lian terkejut saat ia melihat hal yang tak akan pernah ia lupakan. Pasangan suami-istri itu memandang dengan mata kepalanya sendiri saat tubuh Keinara melayang di atas ranjang. Gadis itu tampak lemas tak berdaya dan matanya terpejam. 

"Tidak mungkin," gumam Lian menenangkan pikirannya yang tetap tak percaya dengan semua hal janggal itu. 

Aroma semerbak kayu yang tengah dibelah itu tercium sangat kuat di sekeliling kamar sang pengasuh. Pandangan pasutri itu tiba-tiba kabur, tangan mereka mencoba meraih tubuh Kei. Samar sosok hitam muncul seakan menggendong tubuh gadis itu. 

Semakin lama, sosok itu semakin jelas. Hingga titik dimana mereka lebih melebarkan mata, tubuh yang lemas itu serasa kaku seketika. Di hadapan mereka bukanlah sosok manusia. 

"GADIS INI MILIKKU!"

Suara berat menggelegar, tapi sebaliknya suara pasangan suami-istri seakan dibungkam dan mereka tak bisa membangunkan Keinara. Mereka terpaku melihat wujud pemuda dengan wajah setengah hancur. 

"KALIAN MEREBUT TEMPAT INI DARIKU, MAKA GADIS INI AKAN KUREBUT DARI KALIAN!" 

Yura ber-isyarat mengatakan "jangan" pada makhluk itu. 

Siksaan yang terasa bagai neraka, Lian merasa ia mulai percaya dengan keberadaan tak kasat mata. Di saat mereka berada di dalam ruang dilema yang tipis, adzan subuh berkumandang. 

Makhluk itu menghilang, semua siksaan itu telah hilang. Tubuh sang pengasuh yang melayang kini jatuh tepat di atas ranjangnya. 

"Kei!" Segera mereka menghampiri tubuh gadis itu. Yura mendekapnya dengan sangat erat. 

*

Kejadian semalam membawa trauma bagi Lian, terlebih ia akan meninggalkan anak dan istrinya pagi ini untuk pergi ke luar kota. 

"Kamu yakin gak ikut?" tanya sang suami pada istrinya. 

"Aku gak mau terjadi apa-apa sama Vanya dan Kei, Pa. Jadi, aku di sini aja," jawab Yura seraya memberikan tas kopernya pada Lian. 

Pria itu berpesan agar istrinya segera meminta tolong pada siapapun ketika mereka dalam bahaya, sedang wanita itu mengangguk paham. 

Tiba saatnya Lian harus pergi. Kepergian sang ayah disambut dengan lambaian tangan anak dan istrinya. Kini, Yura harus menghadapi sesuatu hal yang tak lazim di pikirannya. 

Waktu yang terus berjalan membawanya kembali pada malam kelam. Wanita muda itu bersama putri semata wayangnya terduduk bersantai. Vanya begitu antusias meninta ibunya untuk menceritakan sebuah dongeng Putri Cantik dan Pangeran Buruk Rupa. 

Di bawah lampu yang remang, Yura membacakan dongeng itu pada anaknya. Anak mungil itu begitu tenang mendengarnya. 

" ... Dan akhirnya, kutukan yang ada di tubuh pangeran hilang. Pangeran dan sang putri cantik hidup bahagia selamanya." 

Sang ibu muda itu kini mulai menutup buku, lalu melihat wajah Vanya yang tersenyum. 

"Aku jadi ingat sesuatu," ujar gadis kecil itu seraya mencoba mengingat sesuatu. 

"Emangnya ingat apa?" 

Sekelebat gadis baru saja melewati mereka, tampak Keinara yang berjalan ke arah dapur. 

"Kei, kamu mau kemana?" 

Gadis itu tak membalas pertanyaan dari Yura, ia terus berjalan. Ibu dan anak itu segera membuntuti perempuan manis berkulit putih itu. Langkah Keinara membawa mereka ke dapur. 

Kedua kaki dan tubuh ramping itu mematung di depan pintu menuju ke pekarangan belakang. Yura mendekatinya. 

"Kei?" Telapaknya menepuk lembut bahu sang pengasuh. 

DWAAAR! 

Wajah wanita berbaju hitam itu terperangah melihat kejadian yang tak kalah mengejutkan. Keinara dengan satu tangan kosongnya membuka pintu yang sudah dikunci sampai terlepas dan terpental sedikit jauh. Gadis itu tak sadar berjalan ke luar pekarangan yang gelap dan hanya diterangi lampu teras. 

"Keii!" seru Yura seraya berjalan cepat mengejar. 

Sang pengasuh tak sedikit pun menoleh bahkan sudah dipanggil beberapa kali. Keinara hanya mematung menghadap ke arah pohon besar tinggi menjulang, sebuah hal tak terduga dilakukan oleh gadis itu. 

Dengan mata kepalanya sendiri, Keinara melepas semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Raganya yang bersih itu tengkurap di atas gundukan tanah besar di bawah pohon tersebut. Vanya berlari dan bersembunyi di sebalik tubuh ibunya. 

"KEINARAAA!" jerit Yura, tapi gadis itu tak mendengarnya dan terus melakukan hal aneh di atas gundukan tanah. 

Gerakannya yang seperti berrsetubuh dengan gundukan itu, suara desahan bersama erangan seorang pria tak kasat dimatanya. Segera sang nyonya menghentikannya. Digendongnya Vanya lalu berlari meminta tolong pada warga. 

Menembus gelapnya malam seraya menjerit tanpa henti berhasil membuat para warga berkumpul mengerumuninya. Dengan napasnya yang tersengal, ia menjelaskan tentang keadaan Keinara yang begitu janggal. 

"Pengasuh anak saya kesurupan lagi," ucapnya. 

Para warga mulai berjalan cepat menuju ke rumah Yura, tepatnya di pekarangan belakang rumah. Bahkan saat warga datang pun Keinara masih melakukan hal tak senonoh itu di depan mereka meski tanpa sadar. 

"Tolong pengasuh anak saya, Pak," tangisnya memohon. 

Para pria sedikit merasa ragu untuk mendekati gundukan itu, mereka seakan mengetahui hal mengerikan di dalamnya. Namun apa mau dikata, mereka harus menyelamatkan seorang gadis asing yang sedang kerasukan. 

Perlahan mereka mendekati Keinara dan gundukan itu. Dengan tiba-tiba gadis itu menoleh ke arah mereka sembari mengerang. Dari mulutnya keluar darah hitam yang begitu kental menetes hingga ke akar pepohonan yang amat besar itu. 

Matanya yang memutih menatap warga dengan raut kemarahan yang mendalam. Lengkingan tawa menggelegar menembus sunyi membuat nyali mereka menciut. Mau tak mau, mereka harus menolong Keinara. 

Di saat yang bersamaan, seorang cenayang sakti itu datang kembali tanpa ada yang mengundang. Seakan tahu apa yang terjadi, tanpa sepatah kata ia mulai menyadarkan gadis itu. 

"Dia bukan milikmu dan tempatmu bukan di sini. Keluarlah!" 

"AAAAAAAAAAAAAAA!" jerit iblis di dalam raga gadis itu, terdengar begitu kesakitan. 

Sang Cenayang terus mencengkeram kepala Keinara hingga gadis itu tak sadarkan diri, segera Yura mengambil pakaiannya kemudian para warga membawanya masuk ke dalam rumah.

Lagi dan lagi, gadis itu tersadar dengan perasaan yang bingung melihat banyak orang. 

"Kamu istirahat dulu, Kei," ucap wanita itu sambil merebahkan tubuh pengasuh anaknya.

~***~

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 45

    ***Keadaan Freddy sangat memprihatinkan, beberapa kali ia menghadapi kematian dengan berulang dan selalu selamat meski keadaannya begitu mengerikan. Sekarang pria itu mengurung diri di rumah dengan segala ketidakberdayaannya.Beberapa pelayan yang bekerja di rumahnya perlahan-lahan mengundurkan diri. Semua karyawan juga sama halnya. Mereka meninggalkan Freddy dalam kesendirian dan ketakutan yang sebenarnya adalah ilusi pengelihatannya. Gangguan itu masih terus berlanjut, terlebih arwah suruhannya yang belum tenang menghantuinya. Pria itu tak bisa lari dan juga pergi karena setiap langkah "mereka" akan datang. Kali ini dia mengusir sesuatu yang sebenarnya tak ada. "Pergi! Pergiiii!" Begitu ucapnya.Namun meski sudah berteriak, bayangan itu tetap tak mau pergi. Bayangan ilusi itu terus mengingatkannya pada kesalahan. Freddy mencoba untuk bangun, tapi sayang ia tak bisa melakukannya. Siluet bayangan hitam besar itu kini ada di hadapannya. Tatapan mata merah memandangnya seakan menagi

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 44

    "Kei, apa yang terjadi pada kamu?" Suara Yura sudah keras, tapi sayang Keinara tak mendengarnya.Dalam waktu yang cukup lama, Yura melihat pengasuh anaknya itu sedang berjuang, bersembunyi dari Kiyo. Mayat-mayat tampak bertebaran, merangkak meraih tubuh gadis itu seakan menunjukkan pada makhluk itu bahwa sang pujaan ada di sana. Wanita itu terduduk melihat pemandangan tak biasa. Ia melihat sendiri Kiyo menemukannya dan Keinara mulai disetubuhi di depan anak mereka. "MAMA!" Suara Vanya membuyarkannya dan Yura segera tersadar."Mama kenapa?" Gadis kecil itu memandangnya dengan penuh rasa cemas. Yura melihat ke sekeliling, suasana kembali seperti semula. Meski begitu, dirinya tetap merasa cemas karena memikirkan Keinara. Pandangan itu seakan menjadi pertanda bahwa sesuatu telah terjadi pada gadis dan bayinya itu. Ia tidak bisa jika harus berdiam saja, wanita itu segera menceritakan pada Ki Jatmika tentang pengelihatannya. *"Ki---""Aku sudah tahu apa yang ingin kamu tanyakan kepada

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 43

    ***Vanya terduduk di teras memandangi langit yang sendu, sedang Yura mencari kayu bakar di halaman belakang. Gadis kecil itu memandang sekitar sambil berharap dirinya bisa pulang. Dari kejauhan seperti ia mendengar suara Keinara yang menjerit, gadis kecil itu menoleh cepat. Ia beranjak untuk mengikuti asal suara itu. "Vanyaaa!" Yura menyadari itu, bergegas dirinya mengikuti sang anak.Suara teriakan Keinara begitu jelas terdengar, Vanya yakin sang pengasuh berada di hutan yang sama. Namun lama mencari dirinya tak menemukannya dan suara itu semakin lama semakin menjauh. Yura segera menarik tangan putrinya dan berlari menjauh dari tempatnya berdiri. "Vanya, apa yang kamu lakukan? Tidak ada Kak Kei di sini, itu hanya ilusi!" Gadis kecil itu menunduk karena menyesal, tapi amarah Yura segera mereda dan bergegas membawa Vanya keluar dari tempat itu. *Keinara masih membeku, ia terduduk berteduh sembari melindungi bayinya dari tangan-tangan dingin yang menyembul keluar dari dalam tanah

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 42

    "Aku hanya ingin mengulangi masa dimana kita bersama, aku hanya ingin itu! Kamu tidak boleh mengelak!" Keinara memandang Kiyo dengan berkaca-kaca. Sejujurnya, ia masih mencintai pemuda yang telah lama tiada, tapi dia sadar bahwa dunia mereka berbeda. Anak yang ia lahirkan dari benih sesosok hantu biar dirinya yang merawat, tak ingin jika Kiyo yang mengambilnya. Namun bagaimana pun Kiyo sekarang telah menjadi sosok yang kejam, dia harus dihindari. "Tolong kembalikan mereka, Kiyo." "Aku akan mengembalikan mereka jika kamu mau ikut bersamaku."Suatu pilihan yang sangat sulit baginya, tapi dia harus melakukan ini demi menyelamatkan keluarga Vanya. Ia meminta untuk Kiyo menunggunya sampai dirinya siap menjadi pendamping pemuda itu di alam gaib. "Baiklah, aku akan memberimu waktu. Namun kau harus kembali?""Iya, tapi beri aku kebebasan meski hanya sesaat. Aku ingin berkeliling berdua dengan anak kita."Mata binar Keinara membuat Kiyo terdiam, pandangan itu membuatnya teringat kembali p

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 41

    Lian menoleh ke arah istrinya yang sudah sangat kecewa. Ada bulir menetes dari netranya. "Kamu masih saja seperti dulu." "Sayang, bukan maksudku menyakitimu!" ujar Lian memohon. "Kamu bahkan tidak mau mendengarkan apa yang aku minta dan sekarang kamu tak percaya sama ceritaku."Lian hanya terdiam dan sang istri mulai bertindak. Ia segera membawa Vanya dan akan mencari Keinara lalu membawanya pulang. "Tunggu, Yur!" seru Lian menghalangi Yura. "Biarkan aku pergi!" Wanita itu tetap ingin meninggalkan Lian. Hal yang sama terjadi kembali, pertengkaran Lian dan Yura tiba di tempat dan waktu yang tak tepat. Pria itya sadar apa yang ia lakukan, ia tak bermaksud untuk tak percaya pada Yura."Tunggu sebentar!""Untuk apa, Pa? Sudah kesekian kalinya begini. Sekarang apalagi?!"Suasana mendadak hening menyisakan penyesalan Lian, sedang Yura masih dibara oleh api kemarahan. Dia bersikeras untuk keluar dari rumah bersama Vanya dan mencari keberadaan Keinara meskipun itu mustahil. "Ok, ok, ak

  • Disukai Jin Pelindung Anak Asuh   BAB 40

    ***Gangguan gaib yang membuat Freddy begitu gila, emosinya begitu tak stabil dan penuh dengan halusinasi. Bahkan pagi ini, dia dihantui oleh kejadiannya di masa lalu. Tatapannya begitu takut, tapi ia tak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk merampas rumah itu. Beberapa karyawan yang bekerja untuk merubuhkan rumah itu kini bergerak. Freddy juga tidak hanya merampas rumah untuk diratakan, tapi juga melenyapkan semua keluarga Lian berserta Keinara. Kakinya harus segera melangkah, menemui para karyawannya untuk segera bekerja. Mereka bergegas mendatangi kediaman yang kini dijaga oleh sesuatu yang menyeramkan. Dengan terpincang kakinya, Freddy melangkah menapaki tanah. Sebuah pertanyaan besar selalu berada di sekitar kepala semua orang, apa yang terjadi pada pria kaya yang membuat kakinya berjalan terseok pincang. Sudah banyak dokter yang menanganinya, tapi semua itu sia-sia. Kaki kanannya serasa diremas kuat oleh sebuah tangan besar, rasa dingin di sekitar begitu terasa. Fredd

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status