Share

10. Aku Pemenangnya

Penulis: Rafli123
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-28 16:02:45

Kondisi Fia membaik wajahnya tidak lagi seputih kapas meksi terlihat masih pucat.

"Mau pulang sekarang? Atau kamu menunggu suamimu? Sebaiknya kamu pulang sama aku. Faris pergi sama istri mudanya." Ucap Erik.

"Aku akan naik taksi, terima kasih kak," sahut Fia.

"Untuk apa terima kasih, lagi pula kamu yakin akan naik taksi? Lihat mukena yang kamu pakai, apa sopir taksi tidak kaget?" ujarnya membuat Fia melihat dirinya. Benar saja mukena masih menutupi tubuhnya

"Ayok," ajak Erik.

Sikap Erik yang dingin membuat Fia segan walau Erik adalah sepupu suaminya. Kening Fia menyatu melihat mobil suaminya terparkir di rumah, tanpa sadar bulir bening meluncur begitu saja melihat Faris tengah tertawa dengan madunya tangannya berada di perut Rara.

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam, F–fia, aku bisa –" sahut Faris terbata. Melihat wajah Fia yang sendu terlihat jelas ada jejak air mata di sana.

"Mbak maafkan aku, seandainya perutku tidak kram mas Faris pasti tidak mengantarku pulang. Tapi tadi aku –" ucapnya mengusap perut.

"Tidak apa. Aku ngerti kok."

"Kamu memang harus ngerti. Rara itu sedang mengandung penerus keluarga ini. Kalau kamu itu kan mandul mana bisa hamil! Jadi wajar kalau Faris lebih perhatian sama Rara. Lihat kamu bahkan mencari cara untuk mengambil perhatian Faris dari Rara. Fia kamu itu sudah lama menikah sama Faris jadi sekarang kamu ngalah Faris itu lebih sayang sama Rara secara mereka itu suami istri, dulu itu mereka sempat pacaran mau nikah taunya kamu tiba-tiba hadir!" sinis Bu Winda.

Fia mendengar tanpa berniat menjawab. Namun ada hal yang menarik perhatiannya, Poppy adik Faris ada di sana bahkan terlihat dekat dengan Rara. Bagaimana mereka tidak dekat Rara bukan orang asing untuk keluarga suaminya.

"Permisi aku ke kamar dulu."

"Biar aku antar Fia, mas bantu," ucap Faris, merangkul pinggang Fia.

"Kamu tidak usah mengantarku, mas. Lihat istri muda mu tidak suka."

"Kamu salah paham, Rara tidak seperti itu. Justru Rara yang memintaku untuk mengantarmu," ucap Faris, salah tingkah melihat wajah Fia yang tersenyum.

"Maksudku tadi,"

"Tidak apa. Pergilah aku akan istirahat sebentar," Fia berbalik, tak lama ia kembali menolah ke belakang melihat Faris yang masih di tempatnya berdiri.

"Sepulang kerja besok temui aku di belakang mas. Ada yang ingin aku katakan sama kamu," sambungnya.

"Kenapa tidak sekarang saja?"

"Besok saja. Jika mengatakan sekarang itu tidak akan jadi kejutan untukmu,"

"Baiklah. Aku ngalah demi kamu,"

Fia tertidur begitu pulas hingga pagi menjelang. Usai melakukan kewajibannya ia turun membuat sarapan, dapur yang semalam berantakan kini sudah bersih, tidak ada satu butir nasi terjatuh di sana. Fia tersenyum ia tahu siapa yang mengerjakan tugasnya.

"Fia kamu sudah sembuh kan? Jangan banyak alasan lagi. Kamu pergi ke supermarket beli bahan yang ada di list." Bu Winda menyerahkan secarik kertas berisi list bahan yang akan di beli oleh Fia.

"Aku akan pergi setelah mas Faris berangkat ke kantor Bu."

"Tidak usah. Kamu pergi sekarang saja, ada Rara yang mengurusnya!"

Fia tidak membantah lagi ia pergi ke supermarket. Membeli semua yang di inginkan oleh Bu Winda.

"Biar aku bantu. Kamu keberatan," ucap seseorang di belakang Fia.

"Kak Erik, sedang apa di sini?"

"Aku? Ini supermarket siapa saja bisa di sini. Sini aku yang bawa, wanita hamil tidak boleh angkat berat."

"Kak Erik," Fia menutup mulutnya, Erik tahu dirinya sedang hamil. Ia takut jika Erik mengatakan yang sebenarnya pada suami dan keluarganya.

"Sudah cepetan sini!"

Erik mengambil semua belanjaan milik Fia membawanya ke mobil. Sampai di rumah ia melanjutkan tugasnya hingga kesibukan di dapur sampai ia tidak sadar jika semua orang pergi hanya ada Erik dan dirinya di rumah.

"Alhamdulillah," ucapnya menghapus peluh di keningnya.

"Jangan pake itu. Ini," Erik menyodorkan sapu tangan pada Fia.

"Terima kasih, kak,"

"Hum."

Di rasa tidak ada lagi pekerjaan Fia memutuskan untuk ke kamar mengingat waktu sudah sore itu artinya Faris akan pulang. Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Fia membuka pintu alangkah terkejutnya di depan kamarnya berdiri Erik.

"Maaf aku cuma mengantar ini. Vitamin kamu tertinggal di mobil," ucap Erik menyerahkan bungkusan pada Fia.

"Astaghfirullahaladzim, makasih kak. Pantas saja aku cari tidak ada di kamar."

Deru mobil memasuki halaman rumah Fia turun, hari ini ia putuskan untuk mengatakan jika dirinya tengah hamil anak Faris.

"Mas, kamu sudah pulang? Ayok kita kebelakang aku sudah siapkan minuman untukmu," Fia menyentuh tangan Faris mengajaknya ke taman yang sudah ia sulap seindah mungkin.

"Mas —" Fia menatap suaminya yang tak bergeming di tempatnya.

"Kenapa? Kamu mau mengatakan jika kamu sedang hamil bukan?" ucap Faris.

"Mas kamu tahu dari mana? Aku belum mengatakan pada siapa pun," Fia bingung melihat Faris yang terlihat tidak semangat. Terlebih Faris lebih dulu mengetahui jika dirinya sedang hamil.

"Ya, kamu belum mengatakan padaku tapi pada ayah dari anak yang kamu kandung itu sudah kan?"

"Maksud kamu apa mas? Anak yang aku kandung ini anak kamu,"

Prok

Prok

Prok

"Kamu pikir aku percaya, hah?!" Faris melempar foto yang lebih dari sepuluh dan bukti jika Fia sedang hamil.

"Mas, ini, aku bisa jelaskan sama kamu," ucap Fia tubuhnya bergetar mendengar tuduhan suaminya dan foto yang tersebar di lantai.

"Jelaskan? Jelaskan apa, Shafia. Shafia Wening Wajendra binti Hanendra dengan kesadaran penuh aku Faris Indurasmi menjatuhkan talak tiga padamu. Mulai detik ini kamu bukan lagi tanggung jawabku!" ucap Faris tegas.

"Astaghfirullahaladzim, mas!"

"Pergilah dari rumah ini. Aku tidak ingin melihat pengkhianatan di rumah ini!" Faris berlalu dari hadapan Fia, wanita bergamis navy itu hanya diam mematung syok mengetahui jika kini ia telah di talak oleh suaminya.

"Faris tunggu! Kamu tidak bisa menjatuhkan talak pada Fia. Fia sedang hamil anakmu!"

"Kenapa? Bukankah dia hamil anakmu? Mau apa lagi, ternyata kalian sampah. Inikah kenapa kamu pulang tanpa kabar? Inikah yang kamu katakan akan memberikan kejutan untukku?"

"Faris!!"

"Pergi dari sini brengsek!"

"Kamu akan menyesal Faris. Wanita yang kamu ceraikan itu adalah wanita setia. Suatu saat kamu akan menangis darah!"

"Perseta semua itu."

"Lihat Fia, aku bisa merubahnya bukan? Aku pemenangnya!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   61. Extra Part.

    Hari yang ditunggu tiba, pernikahan Poppy yang digelar secara sederhana, hanya mengundang tetangga dan saudara terdekat. Fia dan Erik serta kedua orang tua mereka hadir di acara spesial itu, memberikan selamat untuk Poppy dan Arman."Mbak, maafkan aku ya, maafkan semua kesalahanku di masa lalu. Aku..." Ucap Poppy di sela isak tangisnya."Aku sudah memaafkan semua kesalahan kamu. Sekarang waktunya kita membuka lembaran baru, selamat ya. Aku bahagia melihatmu seperti ini Poppy," jawab Fia dengan senyum hangat."Terima kasih, Mbak Fia. Aku benar-benar malu sama Mbak Fia," Poppy menundukkan kepala, merasa sedikit malu."Sudah ah, masa pengantin nangis, make-upnya jelek tahu! Tuh, lihat jadi luntur kan," Fia menggoda Poppy, membuat Poppy tertawa meskipun air matanya masih mengalir.Alangkah indahnya kebersamaan seperti saat ini. Fia, wanita yang menjadi kakak iparnya dulu, selalu dihina bahkan Poppy ikut andil mengusir Fia dan mendukung seorang pelakor. Namun, sekarang Fia telah memaafkan

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   60. Ending.

    Tiga tahun kemudian, riuh suara yang terdengar hingga ke halaman depan. Erik yang baru saja keluar dari mobil mewahnya mempercepat langkahnya, di sana tiga orang yang begitu berarti dalam hidupnya tengah berjalan ke arahnya. Menyambut kedatangan, setelah lelah bekerja."Assalamualaikum kesayangan, ayah. Wah, rupanya sudah tampan dan cantik. Lalu, gimana kabarnya jagoan ayah dalam sana?" Erik mengecup perut Fia, kaku berpindah memeluk Al sesaat. Hingga Erik menikah ke arah samping Al, di mana sosok putrinya yang tengah merajuk dengan berlahan Erik meraih tubuh mungil itu membawanya dalam dekapan hangat tubuhnya."Apa putri ayah ini tengah merajuk lagi? Sayang maafkan ayah, hari ini ayah sibuk banget sampai ayah tidak sempat makan dan ponsel ayah sampai habis baterai," lirih Erik, berusaha menyentuh hati putrinya yang sejak siang tadi merajuk. Erik meminta bantuan pada Fia yang justru di sambut dengan mengangkat bahu acuh. "Aduh," keluh Erik, memegang perutnya."Ayah! Ayah sakit? Aban

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   59. Kekecewaan Jordan

    "Apa maksudmu bicara seperti itu Poppy? Kamu lupa siapa yang di depan kamu ini, hah?" ucap Winda, geram melihat sikap dan tutur kata putri bungsunya."Tidak ada maksud apa pun, yang aku katakan ini benar kan? Aku bingung sebenarnya kami ini anakmu bukan sih mah? Kenapa mama ajarkan hal tidak baik pada kami? Lihat ayah yang selalu memberikan contoh yang baik, walau kami lebih patuh pada mama. Satu persatu kamu hancur dan itu karena keegoisan mama dan kamu mas!" Plak "Lancang kamu! Pergi dari sini, dasar anak tidak berguna!" usir Winda, tanpa merasa bersalah telah menampar dan kini mengusirnya."Tanpa di suruh, aku akan pergi dari sini. Dan kamu mas Faris, nikmati dinginnya penjara bersama mama," "Argk pergi kamu, pikirkan rumah tangga kamu yang hancur itu. Pantas saja suamimu memilih menikahimu secara sederhana nyatanya dia cuma seorang bajingan!""Aku begini karena ulah kalian berdua. Mas kamu lupa sudah mengkhianati mbak Fia, kamu menerima perjodohan dari mama dan lihat bagaimana

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   58. Pelaku Utama

    Plak"Kenapa ayah menampar ku? Apa aku membuat ayah marah?" Faris, mengusap cairan merah di sudut bibirnya. "Menjijikan!" Umpat Jordan."Ck, sudahlah jangan ikut campur masalah ku dan Fia. Ayah, sebenarnya siapa yang anak ayah, aku atau Fia? Selama ini ayah tidak sedikit pun mendukung keinginanku, bukankah ayah menginginkan menantu ayah kembali?"Plak Sekali lagi Jordan menampar Faris. Jordan, ayah Faris, sangat marah ketika mengetahui kebenaran tentang Faris yang meminta syarat sebelum mendonorkan darahnya untuk Al. "Faris, apa yang kamu lakukan?! Kamu meminta syarat menceraikan Fia dari Erik sebelum mendonorkan darahmu untuk Al?!" Jordan berteriak dengan nada marah.Faris tidak peduli dengan kemarahan ayahnya. "Apa yang salah, Ayah? Aku hanya ingin Fia kembali kepadaku."Jordan tidak bisa percaya dengan jawaban Faris. "Kamu tidak memiliki hati! Anakmu sendiri membutuhkan darahmu, dan kamu meminta syarat seperti itu?! Kamu tidak layak menjadi ayah!"Faris tersenyum sinis. "Ayah tida

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   57. Syarat

    "Mah, Al kecelakaan? Kapan, dan di mana? Apa tadi ayah yang memberi kabar? Sekarang gimana keadaannya, ayo kita ke sana mah!" Seru Faris panik."Mah?" sambung Faris, melihat Ibunya justru tenang."Sayang, duduk sebentar. Biarkan semua berjalan sesuai rencana, dan kamu sebentar lagi mendapatkan apa yang kamu inginkan, tunggu di sini," Faris menggeleng, bagaimana mungkin Ibunya bersikap tenang mendengar kecelakaan cucunya. "Mama, sadar akan ucapan mama?" tanya Faris, tak habis pikir."Sangat sadar. Faris duduk dan dengarkan kata mama, sejengkal lagi impian kamu untuk rujuk menjadi nyata. Fia akan menghubungimu dan meminta kamu untuk mendonorkan darah dan ..." Winda menjeda ucapannya, tersenyum kelicikan tercetak jelas di bibirnya."Jadi ini semua karena ..." "Ya, mama yang melakukannya. Kamu tenang tidak ada yang melihat dan itu melalui orang suruhan mama, dan kamu pun menyetujuinya.""Ya, tapi aku tidak setuju kalau mama mencelakai Al, dia anak aku mah!" "Sudahlah, kamu yang member

  • Ditalak Suami, Dinikahi Tuan Pewaris   56. Rencana Kedua

    "Faris? Kamu sudah pulang?" Winda mengerutkan keningnya, melihat sang putra pulang lebih awal. Mengingat baru sehari kembali bekerja di perusahaan yang berada di luar kota namun kali ini anak sulungnya sudah ada di depan pintu di jam makan siang."Bisa geser mah? Aku lelah," ucapnya lirih, sarat akan kekesalan yang terpendam."Tunggu, wajah kamu kenapa lebam begitu?" Winda menahan tubuh Faris, hal itu semakin membuat pria tampan itu semakin kesal."Mah, bisa minggir tidak?!" Winda menggeser tubuhnya, membiarkan anaknya masuk. "Mama ambilkan air minum dulu," Winda gegas ke dapur, mengambil air putih untuk putranya."Minumlah, setelah itu jelaskan pada Mama apa yang terjadi. Kenapa kamu pulang dengan wajah bonyok semua kayak gini, kamu berantem sama siapa?""Bisa diam mah? Aku lelah, aku pusing, pulang mau tenang!" seru Faris, Winda menghela napas melihat sikap Faris."Baiklah, mama akan diam. Kamu mau makan sekarang? Biar mama siapkan,""Tidak perlu!" Faris meninggalkan Winda begitu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status