Home / Romansa / Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku / Bab 5. Kedatangan siswa baru

Share

Bab 5. Kedatangan siswa baru

Author: Lemonia
last update Last Updated: 2025-03-27 06:50:15

“Gina.”

Semua mata langsung menoleh. Reksa berdiri tidak jauh dari sana, tangannya dimasukkan ke saku celana, ekspresinya datar tapi cukup untuk membuat siapa pun merasa terancam.

“Kenapa kau ada di sini?” tanyanya dengan nada santai, meski ada sedikit sindiran yang jelas tersembunyi di balik kata-katanya. Siswa kelas tiga seharusnya tidak berada di Koridor wilayah kelas dua, apalagi tanpa alasan yang jelas.

Gina tersenyum lebar, langkah cerianya tidak menunjukkan sedikit pun rasa takut. Seakan tak menyadari bahaya yang mengintai, ia mendekat pada Reksa dengan semangat yang tak terhitung. “Reksa! Aku mencarimu kemana-mana!”

Reksa mengangkat alis, Pandangannya tetap dingin, "mencariku?" suaranya terdengar datar, nyaris tak berintonasi. "Untuk apa?"

Gina berhenti tepat di depannya, mencoba menampilkan senyum manis yang mungkin efektif bagi orang lain, tapi jelas tidak bagi Reksa. “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja. Kita kan belum bertemu hari ini,” ucapnya dengan nada lembut.

Reksa mendengus pelan, matanya menyipit dengan tajam. “Berhenti melakukan itu. Apakah aku tidak cukup keras saat menolakmu?”

Suara tawa yang tertahan terdengar. Hampir semua orang yang mendengar pernyataan itu menahan tawanya, beberapa di antaranya menunduk agar tidak ketahuan.

Ekspresi Gina berubah drastis. Wajahnya menegang, rahangnya mengatup erat. Seketika, senyumnya pudar, tergantikan kilatan emosi yang berusaha ia redam. "Apakah itu karena cewek ini?" tanyanya, menunjuk ke arah Fiora, “yang orang bilang sebagai pesuruhmu?”

Reksa mengerutkan kening, matanya semakin gelap. Aroma pinus dan citrus yang pedas perlahan memenuhi udara, meresap ke dalam setiap tarikan napas orang-orang di sekitarnya. Feromon seorang alpha yang sedang tidak senang.

Dia melangkah maju, mengikis jarak antara dirinya dan Gina hingga hanya tersisa beberapa jengkal. “Dengar,” ucapnya, suaranya lebih rendah namun jauh lebih berbahaya dari sebelumnya. “Aku muak dengan dramamu. Jika kau masih belum paham setelah semua ini, aku akan mengatakannya.”

Reksa berhenti sejenak, membiarkan ketegangan menggantung di udara. Beberapa siswa yang menonton dari jauh menelan ludah, merasa ada sesuatu yang menekan di dada mereka, naluri mereka memberi tahu bahwa mereka harus berhati-hati.

“Jangan sentuh dia. Jangan ganggu dia. Jika kau tahu apa yang terbaik untukmu, dengarkan baik-baik peringatanku.”

Dada Gina naik turun, tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Feromon Reksa menekan instingnya sebagai Omega, membuat tubuhnya secara naluriah ingin menyerah, meskipun amarahnya bergejolak. Bibirnya bergetar, matanya menyala penuh kebencian, tetapi ia tahu ia tak bisa melawan dominasi seorang Alpha dalam keadaan seperti ini.

Di bawah tatapan tajam Reksa dan perhatian semua orang yang tertuju padanya, Gina tidak punya pilihan selain mundur. Dengan gerakan penuh gengsi, ia membalikkan badan dan berjalan pergi, diikuti teman-temannya yang tampak lebih takut daripada dirinya.

Setelah mereka pergi, Reksa berniat kembali ke kelas. Tatapannya sempat bertemu dengan mata Fiora, hanya sesaat sebelum ia memutus kontak dan berjalan melewatinya begitu saja, meninggalkan Fiora dalam kebingungan atas sikap heroiknya.

Talia melihat ke arah Fiora, matanya penuh keheranan, seolah mencari jawaban di balik kejadian itu. "Reksa... membelamu?" tanyanya, nada suaranya setengah tidak percaya, setengah tertawa. "Apakah ini berarti dunia sedang berputar terbalik sekarang?" Talia masih tampak bingung, tidak bisa memercayai kenyataan yang baru saja terjadi. Di hadapannya, Fiora tetap diam, hanya bisa merasakan getaran aneh yang menggantung di jantungnya.

***

“Perhatian semuanya,” suara wali kelas menggema, membuat suasana kelas langsung hening. “Kita kedatangan siswa baru hari ini. Maaf atas keterlambatannya, Nabila harus menyelesaikan beberapa administrasi terlebih dahulu.”

Nabila sudah berdiri di samping wali kelas, tubuhnya tegap dengan ekspresi tenang. Rambut hitam lurusnya jatuh sampai pinggang, dan ada senyum tipis yang menghiasi wajahnya.

“Halo, aku Nabila,” ucapnya dengan suara tenang. “Senang bisa bergabung di kelas ini. Mohon bantuannya.”

Bisik-bisik kecil mulai terdengar dari belah bibir para siswa di kelas.

"Seorang omega?"

“Cantik, ya.”

“Dia terlihat ramah.”

“Tapi entah kenapa, tatapannya agak sulit ditebak.”

"Aku tidak suka, dia terlihat lebih cantik dariku."

"Inilah saatnya untuk melepas masa lajangku!"

"Apakah kau tidak terlalu percaya diri?"

Wali kelas tidak memedulikan gumaman para siswa dan segera menunjuk bangku kosong di dekat Fiora. “Nabila, kau bisa duduk di sana.”

Tanpa banyak bicara, Nabila mengangguk dan melangkah menuju tempat duduknya, masih dengan senyum tipis di wajahnya.

Setelah Nabila duduk, beberapa pasang mata masih melirik ke arahnya dengan berbagai ekspresi seperti penasaran, kagum, atau bahkan iri. Namun, gadis itu tampak tidak terganggu. Ia hanya merapikan seragamnya dan menatap lurus ke depan, seakan tidak peduli dengan suasana di sekelilingnya.

Fiora, yang duduk tepat di sebelahnya, melirik sekilas. Tidak ada yang aneh dari Nabila, selain aura tenangnya yang terasa sedikit berbeda dari siswa baru pada umumnya. Namun, semakin lama ia duduk di dekatnya, semakin ia menyadari sesuatu—aroma vanila yang samar, lembut, dan manis... terlalu manis.

Baunya tidak menyengat atau menarik perhatian, tapi juga tidak sepenuhnya bisa diabaikan. Fiora tidak terlalu memikirkannya, menganggapnya hanya bagian dari kepribadian tenang yang ditunjukkan Nabila sejak awal.

“Hai,” Fiora akhirnya menyapa pelan.

Nabila menoleh dan tersenyum kecil. “Hai juga.”

Tidak ada kelanjutan setelah itu, tetapi Fiora merasa Nabila bukan orang yang sulit didekati.

Wali kelas duduk di meja guru, membuka daftar hadir. Ia menghela napas panjang, menekan pelipisnya sejenak untuk meredakan sakit kepala yang mulai menyerang. Seharusnya ini bukan waktunya untuk memberi wejangan, tetapi ia harus melakukannya sebelum memulai pelajaran.

Matanya menyusuri ruangan, lalu berhenti pada satu orang yang sudah terlalu sering menjadi topik pembicaraan di ruang guru. Dengan nada penuh keluhan, ia menyebut nama itu.

“Reksa.”

Reksa yang duduk santai di bangkunya hanya mengangkat kepala sedikit, menanggapi dengan sedikit malas. “Ya?”

Wali kelas menatapnya tajam. “Berapa kali aku harus menasihatimu untuk berhenti membolos? Aku sudah mendapat teguran dari guru BK gara-gara ulahmu.”

Tidak ada yang berani berbicara. Semua mata tertuju pada Reksa, menunggu reaksinya.

Namun, seperti biasa, Reksa hanya mengangkat bahu dengan sikap acuh tak acuh. “Aku tidak akan mengulanginya lagi, Pak.”

Jawaban itu terdengar datar, tidak ada kesan menyesal, dan semua orang tahu kalau itu hanya omong kosong.

Wali kelas mendesah pelan, tampak menahan diri untuk tidak mengomel lebih panjang. Ia sudah terlalu sering menghadapi hal seperti ini.

Di antara para siswa yang memperhatikan, ada Nabila yang melihat Reksa tanpa berkedip. Dia baru pertama kali melihat langsung sosok seperti Reksa.

Dadanya terasa aneh, Seolah ada sesuatu yang bergetar pelan di dalamnya.

Dia tidak tahu kenapa, tetapi matanya sulit lepas dari sosok itu. Rahang tegas, sorot mata tajam, dan ekspresi datarnya seolah menciptakan aura dingin yang sulit ditembus. Ditambah lagi, caranya merespons wali kelas dengan tenang, tanpa sedikit pun kepanikan. Semuanya membuatnya terlihat begitu keren.

Tanpa sadar, senyum tipis muncul di bibirnya.

Untuk pertama kalinya, Nabila menyadari bahwa dia baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Nabila, kau baik-baik saja?”

Sebuah suara memecah lamunannya. Fiora, yang duduk di sebelahnya, menatapnya dengan dahi berkerut. “Wajahmu merah, apakah kau demam?”

Nabila tersentak. Ia baru sadar kalau pipinya memang terasa panas. “A-ah, tidak! Aku hanya... kepanasan,” ujarnya buru-buru. Ia mengibas-ngibaskan tangannya, berusaha menyembunyikan kegugupannya, tetapi gerakannya terlalu cepat, nyaris kikuk.

Fiora menatapnya sekilas sebelum mengerutkan kening. 'Feromonnya semakin menyengat?' gumamnya dalam hati, merasa ada sesuatu yang janggal. Namun, ia memilih untuk tidak bertanya lebih jauh.

Sementara itu, di tempat duduknya, Reksa sempat melirik ke arah mereka sebentar sebelum kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela, seolah tidak tertarik.

Namun, benarkah begitu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 44. Sayang

    Hujan deras menyambut dari jam terakhir sekolah, memukul-mukul genting dan membasahi jalanan tanpa ampun. Fiora berdiri di dekat jendela, memperhatikan bagaimana air hujan meluncur deras, memburamkan pandangan ke luar.Suasana kelas mulai sepi. Satu per satu siswa meninggalkan ruangan, beberapa di antaranya berlari menembus hujan tanpa payung, seolah lebih memilih basah daripada menunggu.Fiora menatap baris paling belakang di kelas. Bangku yang menjadi perhatiannya sudah kosong dari sebelum pelajaran terakhir, dia tidak tau kemana Reksa menghilang. Tapi satu hal tak bisa lepas dari pikirannya. Hadiah yang tadi diberikan, kenapa disimpan?“Fiora! Ayo pulang!” seru Talia dari pintu.Fiora mengangguk kecil, mengambil tasnya dan berjalan menghampiri gadis itu.Mereka bertiga—Fiora, Talia, dan Nabila—melangkah menuruni tangga menuju lantai satu. Suara hujan terdengar semakin keras, memantul di atap dan paving sekolah, menyiprat sampai di koridor lantai satu. Sesampainya di bawah, ketigany

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 43. Bagaikan omega yang sempurna

    Hari ini sebelum pelajaran pertama dimulai, Fiora menaiki tangga menuju lantai tiga gedung barat. Langkahnya pelan, tidak terburu-buru. Ia sudah hafal arah ruangan itu, meski tidak pernah tercantum di jadwal resmi sekolah.Saat membuka pintu, aroma teh hangat dan wangi diffuser yang samar langsung menyambutnya.Fiora berjalan pelan menuju kursi di samping jendela, tempat yang selalu ia pilih sejak pertama kali datang ke sini. Sudah hampir dua bulan berlalu sejak diferensiasinya. Ia mulai terbiasa duduk dalam lingkaran kecil ini, meski perasaan canggung itu belum sepenuhnya hilang.Awalnya dia mengeluh ketika mendapat kelas konseling yang berbeda dengan Nabila. Namun sekarang ia bersyukur. Entah kenapa Fiora merasa tidak ingin terlalu sering bertemu dengannya.Fiora mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ternyata dia menjadi orang terakhir yang memasuki kelas.Sebelumnya, saat masih seorang beta, ia tidak pernah membayangkan bahwa omega punya kelas khusus seperti ini. Bahkan para

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 42. Tidak menyerah

    "Jadi," Fiora akhirnya mengutarakan pertanyaan yang sedari tadi memenuhi kepalanya. "Itulah sebabnya kau rutin menyelimutiku dengan feromonmu?"Reksa menoleh sedikit, lalu mengangkat bahu seperti seseorang yang baru saja menyadari sesuatu yang tak ia sadari sebelumnya. "Sebelumnya aku hanya mengikuti insting," katanya ringan, hampir seperti gumaman. "Sekarang aku tahu alasannya kenapa."Mereka berjalan berdampingan menyusuri koridor, langkah mereka terpantul lembut di lantai ubin yang masih menyimpan kehangatan matahari.Tas tergantung miring di bahunya, dan rambutnya, yang baru saja ia sisir asal dengan jari, berkibar pelan setiap kali angin sore menyelinap masuk lewat celah jendela. Fiora menghela napas kecil, lalu mengalihkan wajahnya ke samping, berusaha menyembunyikan rona yang dengan cepat menjalari pipinya."Tapi tolong," katanya, pelan tapi sungguh-sungguh. "Lihat situasi. Jangan di kelas juga."Tangannya terangkat, menutup sebagian wajahnya. Jari-jarinya menyentuh pelipis, se

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 41. Gelisah

    Begitu Reksa masuk ke dalam kelas, matanya menangkap pemandangan yang tak ia harapkan.Fiora duduk di bangkunya, buku tugas terbuka, dan di seberangnya, ada anak laki-laki yang pernah Fiora panggil dengan nama 'Adam'. Lelaki itu bersandar santai di meja, dan Fiora tertawa pelan karena sesuatu yang dikatakannya.Reksa berhenti di ambang pintu.Beberapa detik ia terdiam, lalu melangkah mendekat ke arah mereka. Tenggorokannya terasa kering karena Fiora masih belum menyadari kehadirannya. Ia melangkah lebih dekat, lalu berdeham cukup keras.Sekejap, perhatian keduanya langsung tertuju padanya.Adam menoleh. Begitu melihat raut wajah Reksa yang jauh dari ramah, ia langsung bangkit dari duduknya. “Aku balik ke tempatku dulu,” katanya pada Fiora, lalu pergi tanpa menunggu jawaban.“Kau dan Adam,” kata Reksa. “Apa itu tadi?”Fiora bahkan tidak mengalihkan pandangan dari buku tugasnya. “Itu namanya mengobrol, Reksa. Mungkin kau pernah mendengarnya.”Jawaban itu membuat dahi Reksa mengernyit. N

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 40. Sudah tidak tertarik?

    Fiora duduk dengan gelisah di bangku kantin, pandangannya melayang pada kerumunan siswa yang sibuk dengan makan siang mereka. Di depannya, Talia mengaduk-aduk minumannya dengan malas, sesekali melirik Fiora yang tampak tidak tenang."Reksa menghindariku," ucap Fiora tiba-tiba, suaranya hampir tenggelam di antara riuh rendah kantin."Apa?!" Talia mengangkat alis, sedikit terkejut."Reksa menghindariku," Fiora mengulangi, kali ini dengan lebih tegas, sambil menatap lurus ke arah Talia."Ya, ya," Talia melambai seolah menepis udara di antara mereka. "Maksudku kenapa dia menghindarimu?" Dia memiringkan kepalanya, merasa heran."Itulah yang membuatku bingung. Kenapa dia menghindariku?" Fiora menggelengkan kepalanya, kebingungan jelas terlukis di wajahnya. "Seolah-olah aku melakukan sesuatu yang salah, tapi aku tidak tahu apa."Fiora lalu mendekatkan tubuhnya ke arah Talia, suaranya mengecil seiring jarak di antara mereka yang menyempit. Gerakannya membuat Talia ikut memajukan badannya, pen

  • Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku   Bab 39. Menghindar

    Reksa berjalan lesu menyusuri koridor kelas, langkahnya terasa lebih berat dari biasanya. Dengan tatapan kosong, ia menerobos kerumunan siswa yang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Beberapa bercanda di depan kelas, ada yang sibuk menyalin tugas, sementara yang lain berdiri bergerombol membicarakan sesuatu yang entah apa. Dinding koridor yang penuh dengan pengumuman kegiatan sekolah, poster ekstrakurikuler, serta jadwal ujian, sama sekali tak menarik perhatiannya.Pikirannya terseret ke dalam mimpi aneh yang mengganggunya semalam. Mimpi yang tak pernah ia bayangkan akan melibatkan Fiora yang polos.Tapi di dalam mimpi itu, Fiora bukanlah dirinya yang biasa. Dia lebih berani, lebih ekspresif dan ... yang paling mengganggu, lebih centil dari yang bisa ia bayangkan.Reksa mengusap pelipisnya dengan frustrasi, berharap bayangan mimpi itu segera hilang dari pikirannya. Langkahnya terhenti tiba-tiba. Tanpa sadar, ia mengacak-acak rambutnya. "Sadarlah, Reksa!" marahnya pada dirinya send

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status