Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku

Ditandai oleh Bajingan yang Membuliku

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-13
Oleh:  LemoniaBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
13Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Apa jadinya jika Fiora, yang selama ini hidup sebagai beta, tiba-tiba mengalami diferensiasi menjadi omega—di waktu dan tempat yang salah? Heat pertamanya datang secara tiba-tiba di sekolah, membuatnya lemah dan tak berdaya. Dan orang yang menemukannya lebih dulu adalah Reksa, alpha berandalan yang selalu membulinya. Dalam keadaan kacau, Fiora ditandai sementara oleh orang yang paling ia benci. Kini, seluruh sekolah tahu bahwa dirinya adalah seorang omega—dan lebih buruk lagi, ia berada dalam ikatan yang tak ia inginkan. Namun, semakin ia berusaha menjauh, semakin kuat tarikan antara mereka berdua.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Berikan aku roti!

".... tidak hanya dihafal untuk pelajaran, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari." Dengan papan tulis penuh catatan dan slide yang tengah diproyeksikan, sang guru menjelaskan materi hari ini dengan semangat. Matanya berkilat saat membagikan pengetahuan kepada para siswa yang duduk dengan patuh.

Namun, Fiora terlihat tidak sepenuhnya fokus. Beberapa kali, matanya melirik ke arah jam dinding yang terpampang di depan kelas. Lima menit lagi menuju jam istirahat, dan Fiora sudah terlihat gelisah karena suatu alasan.

Bel akhirnya berbunyi, menandai jam pelajaran sudah selesai, guru tersebut menutup bukunya dengan tenang. Langkahnya santai saat dia meninggalkan kelas, sangat berbeda dengan Fiora yang tak menunggu sesaat pun. Tanpa membereskan buku-buku yang masih berserakan di mejanya, gadis Itu segera bangkit dengan cepat, seolah waktu adalah musuh terbesarnya.

Setibanya di koridor, kaki kecilnya melangkah dengan cepat, hampir seperti berlari. Namun, gerakannya tetap terjaga, penuh kehati-hatian agar tak kehilangan keseimbangan.

Pintu masuk kantin sudah terlihat dengan jelas, bahkan dia menjadi siswa pertama yang datang.

"Bu, roti sandwich melon satu," ucapnya cepat, suaranya masih terdengar sedikit terengah. Wanita paruh baya di balik meja kantin tersenyum ramah sambil mengambil roti sandwich dari tumpukan.

“Ini, nak. Selalu buru-buru, ya?” gumam wanita itu sambil menyerahkan roti dan menerima uang yang disodorkan Fiora. Gadis itu hanya tersenyum sekilas sebelum kembali bergegas.

Tanpa melambat, Fiora melanjutkan larinya, menuju vending machine yang terletak di sebelah kiri lapangan. Artinya, dia harus memutari setengah dari luas sekolah untuk mencapai tujuannya. Beberapa siswa menoleh ke arahnya, heran melihat Fiora yang tampak begitu sibuk setiap jam istirahat.

Begitu keluar dari bangunan sekolah, angin siang yang hangat menyambutnya. Lapangan luas terbentang di bawah cahaya matahari. Meski napasnya berat, ia tetap berlari, pandangannya terkunci pada mesin minuman di kejauhan. "Hampir sampai," gumamnya, menyeka keringat di dahi.

Langkahnya akhirnya terhenti begitu ia berdiri di depan vending machine. Dia lalu memasukkan koin ke dalam lobang mesin dan menekan tombol pilihan minuman yang diinginkan. Suara denting kecil terdengar saat sekaleng kopi akhirnya jatuh ke tempat dimana minuman harus diambil.

Tanpa menunda lagi, ia berbalik dan berlari kembali ke arah kelas. Meski lelah, ia tetap berusaha mempercepat langkah, memikirkan seseorang di kelas yang telah memaksanya melakukan hal merepotkan ini.

Begitu tiba di pintu kelas, Fiora segera masuk dan mendekati satu orang sedang bersandar di bangku dengan ponsel di tangan.

"Sebelas menit." Reksa menekan tombol stop pada stopwatch di aplikasi ponselnya. "Kau seperti omega saja yang selalu melambat setiap harinya."

Reksa, yang duduk di bangku paling belakang dekat jendela, menyandarkan tubuhnya dengan santai sambil menatap Fiora dengan seringai. Dua temannya ikut mengarahkan pandangan ke Fiora, memamerkan senyum meremehkan yang membuat suasana semakin tidak nyaman.

"Masih ada waktu dua puluh detik, sebelum masuk ke menit kesebelas," sangkal Fiora, napasnya masih terengah. Posisinya yang berdiri memungkinkan matanya menangkap angka yang tertera di layar ponsel Reksa.

"Apa bedanya empat puluh detik dengan satu menit? Bukankah lebih dari setengah sama saja dengan dibulatkan ke atas? Apa aku salah?"

"Itu benar." Teman-temannya langsung mengangguk menyetujui.

Fiora merotasikan matanya. Jika dia bisa, dia ingin mengacak-acak wajah sombong itu dengan kedua tangannya.

"Sekarang berikan padaku," ujar Reksa dengan menunjuk makanan yang dibawa Fiora. Gadis beta itu tak punya pilihan selain menurut, menyerahkan roti sandwich dan sekaleng kopi yang ia bawa dengan susah payah. Reksa menerima keduanya dengan senyum licik, membuka bungkusan sandwich dengan perlahan, seolah ingin menunjukkan dominasinya.

"Ah," Keluhnya, mengangkat alis seakan teringat sesuatu, "sebenarnya aku sedang ingin makan yang strawberry. Pergilah belikan yang kumau."

Fiora menatapnya dengan mata melebar, seolah tak percaya. "Apa? Tapi aku—"

"Jangan banyak alasan," potong Reksa cepat. Suaranya tajam, menusuk seperti duri yang membuat Fiora tak berani melanjutkan kalimatnya. Sementara teman-teman Reksa tertawa kecil, menikmati pemandangan ini seolah menjadi hiburan di tengah kebosanan mereka.

"Tapi—" Fiora mencoba membela diri, meski suaranya nyaris tenggelam.

"Itu salahmu karena tidak bertanya terlebih dahulu," sela Reksa lagi, nadanya semakin tegas, seperti palu yang menutup setiap argumen. Mungkin Reksa mengeluarkan dominasinya sebagai alpha untuk menekan Fiora. Itu curang!

Fiora merasa napasnya sesak, tekanan itu menumpuk di dadanya. Ia tahu, tidak ada gunanya melawan alpha sedangkan dia hanya seorang beta. Seperti biasa, ia harus menuruti semua keinginan Reksa.

Dengan pasrah, Fiora berbalik menuju pintu untuk melakukan perintahnya tadi. Namun, baru beberapa meter dia berjalan, suara Reksa kembali memanggilnya.

"Fiona, kau melupakan uangnya," ucap Reksa dengan nada meremehkan, tatapan merendahkan itu membuat Fiora semakin merasa kecil. Ia berbalik tanpa berkata apa-apa, menerima uang dari tangan Reksa tanpa ragu.

Fiora berjalan keluar kelas tanpa menengok kebelakang.

"Hei, bukankah kau tidak suka strawberry?" Itu suara Dion, teman dekat Reksa, terdengar santai namun penuh rasa ingin tahu.

"Ya," jawab Reksa singkat, tanpa keraguan, suaranya tenang namun menyimpan sesuatu yang sulit dimengerti.

Fiora yang berdiri di luar kelas, tepat di balik dinding, mendengar percakapan itu dengan jelas. Tubuhnya membeku sejenak, seolah tak percaya apa yang baru saja didengar. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, mencengkeram erat uang pemberian Reksa.

Meneguk ludahnya pelan, Fiora berusaha menenangkan pikirannya yang bergejolak. Pikirannya berbisik, mencoba menguatkan dirinya. 'Kau sudah terbiasa, Fiora. Ini bukan hal baru. Kau akan baik-baik saja.'

***

Fiora melangkah masuk ke dalam kelas dengan sandwich strawberry di tangan. Pandangannya langsung tertuju pada Reksa, yang kini duduk sendirian. Tidak ada teman-temannya di sekitar, hanya dia dengan kakinya yang santai diangkat ke atas meja. Fokusnya terpaku pada layar ponsel, jarinya bergerak cepat, sepertinya tengah bermain game.

Fiora ragu sejenak, namun akhirnya mendekat. Baru saja ia hendak meletakkan roti di meja, Reksa menyadari kehadirannya. Tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel, ia berkata, "Kau terlalu lama. Aku sudah kenyang sekarang. Itu untukmu saja. Lagipula, aku tidak suka."

Fiora tertawa dengan kesal.

Dia menarik kerah Reksa hingga alpha itu setengah berdiri lalu menjejalkan sandwich strawberry kedalam mulut Reksa tanpa ampun. Mengabaikan gumaman tidak jelas karena sandwich yang memenuhi mulutnya.

Fiora tertawa dengan puas.

Memang ia agak terlambat karena harus menghabiskan makanannya tadi di kantin dengan sangat cepat, karena takut membuat Reksa marah. Fiora hanya tidak ingin merasa kelaparan ketika jam pelajaran selanjutnya. Namun, si Iblis ini benar-benar mempermainkannya!

"Hei, kenapa masih di sini? Pergi sana."

Fiora tersadar dari imajinasinya.

Dia mengerjap dua kali sebelum melihat Reksa, yang duduk dengan santai, menatapnya datar.

Gadis beta itu hanya bisa memaksa senyum. Dia mengambil kembali Sandwich strawberry yang masih utuh, sebelum berjalan ke tempat duduknya.

Walaupun dalam prosesnya sembari mengucap mantra berulang untuk menyegel iblis bernama Reksa Mahardika di kerak bumi lapisan paling dalam!

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
6 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status