Chapter: 19. Satu petunjuk"Kenapa kita bersembunyi di sini?" Mendengar pertanyaan dari Aldo membuat Tama mendesah. Sekarang mereka berada di atap sekolah, tempat terakhir kali mereka gunakan untuk diskusi. Empat hari telah berlalu, dan selama itu juga Tama tidak pulang ke rumah. Aldo berbaik hati memberinya tempat tidur, namun Tama tidak yakin Aldo akan melakukan itu untuk selamanya. Selain Aldo, Tama tidak percaya pada Felisha maupun Erwin. Keduanya pasti akan melaporkan pada mamahnya tentang keberadaannya. Dia sedang tidak ingin diseret pulang seperti sepuluh tahun yang lalu. Sekarang dia sudah cukup besar, sudah menyatakan dengan lantang tentang kemunduran dirinya sebagai pewaris. Aduh, lagi-lagi Tama berbicara tanpa berpikir. Apakah dia sudah dicoret dari kartu keluarga? Tidak mungkin, bagaimana pun dia anak laki-laki satu-satunya. "Mau sampai kapan kau menginap di tempatku?" Pertanyaan lainya dari Aldo berhasil menarik Tama dari
Last Updated: 2025-10-28
Chapter: 18. Jangan pura-pura peduli hanya karena putramu hampir matiTama sudah lebih baik sekarang. Jelas, obat itu memberi efek yang memuaskan. Sayangnya, persediaannya hanya cukup untuk dua hari lagi. Dia harus kembali meminta pada Dokter Budi, dan alangkah baiknya jika kali ini dia bisa mendapat Lebih banyak daripada sebelumnya. Hari ini dia habiskan bersama teman-teman, terutama Felisha yang masih sangat khawatir. Malam sudah tiba ketika akhirnya Tama berdiri di depan rumahnya. Rumah yang masih sama sepinya ketika dia pergi ke sekolah tadi pagi. Selalu sepi. Langkahnya berhenti saat mendapati papah dan mamahnya sedang duduk di sofa kulit hitam mewah seolah menunggunya. Ada apa? Orang tuanya tidak pernah menunggunya pulang selama ini, apa mereka bangkrut sekarang? Tidak mungkin. Tapi Tama yang akan pertama kali menertawakannya saat itu tiba. "Akhirnya kau pulang." Satu-satunya wanita yang berada di ruangan, mengeluarkan suaranya. Tersenyum tipis, namun sorot matanya tampak goyah.
Last Updated: 2025-10-28
Chapter: 17. Tetaplah hidup"Kau," Raisa menggeleng, mengganti kata yang lebih tepat. "Kalian menyembunyikan sesuatu, kan?" tanyanya dengan memandang menyelidik ke arah Aldo. Laki-laki yang ditanya, menelan ludah. Dia sudah menduga pertanyaan ini akan datang setelah Raisa diam selama semenit. "Kenapa kau tiba-tiba menyimpulkan begitu? Apa aku terlihat seperti orang yang bisa menyimpan rahasia?" Aldo terkekeh, namun segera berhenti ketika Raisa tidak bereaksi sama sekali dengan leluconnya. "Jawabannya tidak." Raisa menghentikan langkahnya, membuat Aldo juga ikut berhenti. Sangat disayangkan, padahal ruang kelasnya tidak lebih dari dua meter lagi. Namun dia harus terjebak dengan Raisa yang instingnya sangat kuat. Aldo hanya takut keceplosan! Dia serius ketika mengatakan tidak bisa menjaga rahasia. "Kalian bertingkah aneh, kau pikir aku tidak menyadarinya?" Raisa memicingkan mata. "Aku tidak menyangkal kami memang agak aneh tadi, kita mema
Last Updated: 2025-10-27
Chapter: 16. Bagaimana cara membasmi rumput liar? Erwin dan Aldo menghela napas lega ketika mengetahui bahwa Ardi sudah mempunyai pacar dan pemikiran dikepala mereka, ternyata salah besar. "Aku menyukai kapten sebagai idolaku! Ka-kalian gila!" Ardi mengucapkan itu dengan wajah merah padam. Dia langsung pergi bersama pacarnya tanpa memberi kesempatan untuk Aldo dan Erwin meminta maaf. Kesalahpahaman yang konyol. Waktu istirahat hampir habis, perutnya juga sudah kenyang, keduanya sepakat untuk kembali ke kelas. Toh Tama dan Felisha pasti sudah berada di sana. Ngomong-ngomong, Erwin lupa untuk mengirim pesan pada gadis itu tadi, semoga saja telinganya selamat kali ini. Mereka berjalan beriringan sampai melihat Tama yang membungkuk, terbatuk, disamping Raisa yang menatapnya khawatir. Gadis itu terlihat bingung bagaimana harus bertindak karena Tama menunduk begitu dalam dan berusaha untuk menyembunyikan sesuatu dari gadis tersebut. "Tama!"
Last Updated: 2025-10-27
Chapter: 15. PradugaTama kabur. Sudah cukup dia bersikap genit pada beberapa gadis hanya untuk menuruti teori Felisha. Dia tidak akan melakukannya lagi. Entah bagaimana temannya itu akan membujuknya, pokoknya dia. tidak. mau. lagi! Memang benar Tama tidak punya banyak waktu, dia akan mengikuti turnamen dan sebagai kapten, Tama tidak ingin menjadi lemah dan tidak mampu. Tama menyadari bahwa pernapasannya semakin memburuk. Dia bahkan tidak sanggup mengimbangi teman satu timnya. Dia tau dia sedang berada masalah. Tapi— ayolah, apa tidak ada metode lain selain merayu gadis-gadis itu di depan teman-temannya? Terlebih lagi, bagaimana Tama akan bersikap pada orang yang sudah mengambil separuh napasnya? Dia tidak yakin tidak akan membenci apalagi harus membalas perasaannya? Kedengarannya 'kematian' menjadi lebih baik dari itu. Dalam langkah terburu-burunya, pikiran Tama teralihkan oleh matanya yang menangkap sosok Raisa bersama seorang laki-laki jangkung yang membelakanginya. Laki-laki tersebut terlihat sep
Last Updated: 2025-10-26
Chapter: 14. Investigasi"Haruskah kita melakukan ini?" Tama menjatuhkan diri ke bangku berdebu yang sudah lama ditinggalkan. Dia mengernyit menyadari serpihan cat besi yang menempel di telapak tangannya. Dimana dia mendapatkannya? Oh di tangga! Hidungnya berkerut, suasana hatinya berbanding terbalik dengan Felisha yang bersemangat. "Jelas, kan?" ujar Felisha, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. "Kita harus menemukan gadis yang jatuh cinta padamu. Untuk itu, kita butuh tempat diskusi agar tidak ada orang yang tahu." Aldo sudah duduk di sebelah Tama, bertepuk tangan untuk menghilangkan debu setelah membersihkan tempat duduknya. "Di atap?" tanyanya, satu alisnya naik ke atas. "Tidak ada tempat yang lebih baik dari ini, sayang~" Felisha memutar bolanya, jengah. "Atau, kau punya ide lebih baik?" Aldo mengangkat bahu, "Perpustakaan?" jawabnya asal. Felisha mendengus kecil. "Kau tidak tahu ya, gosip yang paling awal m
Last Updated: 2025-10-25
Chapter: Bab 52. Ya, aku milikmu. Meski hasil pemeriksaan menyatakan tidak ada kecacatan maupun kekurangan perawatan, pihak sekolah tetap menjatuhkan hukuman skors kepada Fiora atas tersebarnya foto-foto di forum sekolah.Di sisi lain, Sarah akhirnya mengambil keputusan besar. Ia menggugat cerai Dito. Kejadian di depan rumah tempo hari hanya mempercepat langkah yang sebenarnya sudah lama ia persiapkan. Bahkan sebelum semua ini terjadi, Sarah telah menyiapkan rumah sewa untuk dirinya dan Fiora.Namun sebelum proses itu rampung, Fiora tinggal bersama Reksa selama seminggu penuh. Hari-hari itu memberinya jeda, ruang untuk bernapas, sebelum ia akhirnya dijemput oleh ibunya.Hari pertama Fiora kembali ke sekolah bertepatan dengan berakhirnya efek penandaan sementara. Begitu efek itu habis, ia serasa diterpa badai feromon, aroma orang-orang di sekitarnya menyesakan, jauh lebih kuat daripada sebelumnya. Rupanya penandaan itu selama ini menjadi semacam penghalang, mengurangi intensitas aroma yang sampai padanya. Tanpa itu, ia
Last Updated: 2025-08-22
Chapter: Bab 51. Ayah! Udara di ruang pemeriksaan rumah sakit tercium samar antiseptik. Fiora duduk di kursi yang disediakan, jari-jarinya meremas ujung roknya. Reksa berdiri di samping, diam namun waspada, tatapannya tak lepas dari dokter yang sedang membacakan hasil akhir pemeriksaan.“Seluruh hasilnya normal,” kata dokter itu akhirnya. “Tidak ada tanda kerusakan atau risiko yang membahayakan.”Fiora mengembuskan napas yang sedari tadi ia tahan.Namun, wajah salah satu petugas dari Pusat Pembinaan Dinamika Sekunder yang ikut menyaksikan pemeriksaan itu terlihat masam. “Sayang sekali, kami pikir akan ada alasan kuat untuk membawamu ke pusat pembinaan.”Nada suaranya kasar, menyiratkan kekecewaan yang tak seharusnya diucapkan di tempat seperti ini. Reksa langsung menegang, matanya menyipit.“Kenapa Anda berminat sekali membawa seorang omega ke sana? Untuk merawat mereka? Kalian baik sekali.”Senyum yang dia berikan terlihat manis di permukaan, tapi dingin di ujungnya.Petugas di seberangnya sempat terdiam s
Last Updated: 2025-08-13
Chapter: Bab 50. PemeriksaanPagi itu, Reksa berdiri di depan gerbang rumah Fiora, menunggu pemilik rumah keluar. Alpha tersebut hanya berharap Fiora mau memaafkan dan mendengarkan penjelasannya. Mereka bahkan belum sempat menikmati satu kencan pun sebagai pasangan resmi, kenapa takdir begitu kejam padanya? Senyum tipis muncul di wajah Reksa saat melihat Fiora keluar, rapi dengan seragam sekolahnya.“Selamat pagi,” sapanya.Fiora membalas senyum, disertai dengusan kecil. “Pagi. Ada apa dengan kantung matamu? Kau lupa tidur semalam?”"Setelah kejadian kemarin bagaimana aku bisa tidur?" Reksa mengusap tengkuknya. “Aku bisa,” jawab Fiora ringan, meski tatapannya tetap terfokus ke kantong mata Reksa."Kau... " Reksa berkata dengan ragu-ragu. "Kau sudah tidak marah padaku?""Tidak. Aku tidak marah. Baiklah sedikit." Fiora mengoreksi setelah melihat tatapan menuduh Reksa. "Itu karena kau masih menyimpan fotoku. Kenapa tidak menghapusnya?"Reksa menarik napas, menunduk seolah mencari kata yang tepat. “Kau terlihat bag
Last Updated: 2025-08-12
Chapter: Bab 49. Forum sekolahReksa memarkirkan motornya tepat di depan pagar besi yang catnya mulai mengelupas. Lampu teras rumah itu memancarkan cahaya pucat, sekadar cukup untuk menyingkap bayangan seorang pria berpostur tegap di ambang pintu.Fiora turun dari motor dengan pelan, menghindari melakukan tindakan yang menarik perhatiannya. Pria itu Dito, ayahnya, menatap sekilas. Tak ada sapaan, maupun senyuman. Hanya tatapan singkat yang terasa dingin sebelum ia memutar badan dan mendorong pintu. Dentumannya memecah kesunyian malam.Reksa mengerjap, kaget. “Ayahmu masih marah?”Fiora menghela napas pendek. “Tidak. Memang seperti itu. Sekarang… suka membanting barang yang disentuhnya.”Reksa menatap pintu yang tertutup. “Kedengarannya sehat sekali.”Fiora diam.“Serius,” katanya lagi, “kau bisa saja keluar dari rumah ini.”“Aku tidak bisa.”“Bisa.” Reksa menatapnya lebih lama. “Cari tempat lain. Tinggal di rumah sewa. Atau di tempatku.”Fiora menarik napas. “Tidak semudah itu.”"Kenapa?""Aku tidak bisa meninggal
Last Updated: 2025-08-12
Chapter: Bab 48. Aku cemburuFiora merasa panik, matanya bergerak gelisah mencari tanda-tanda kemarahan pada Reksa. Ia tak bisa menahan cemasnya, khawatir Reksa akan langsung meledak terhadap provokasi yang dilakukan Cakra. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Reksa hanya tersenyum tipis, wajahnya tetap tenang meski matanya terlihat tajam. Dia menarik napas sejenak sebelum menjawab, intonasinya rendah namun jelas. “Kalau begitu aku berterima kasih padamu.”Fiora terkejut mendengar reaksi Reksa yang jauh lebih sabar dan terkendali dari yang ia duga. Ia menatap Reksa, agak bingung, namun merasa lega.Cakra, di sisi lain, tampak tidak puas. Senyum nakalnya sedikit memudar, digantikan ekspresi yang lebih datar. “Tsk. Kalian benar-benar membosankan.” Dengan satu lambaian tangan, Cakra mundur.Baru saat itu Fiora menyadari keberadaan kerumunan di sekitar mereka. Para siswa yang tadinya menunggu tontonan drama picisan gratis di sekolah mulai bubar, kecewa karena pertunjukan yang dinanti tak kunjung terjadi."Fiora, ki
Last Updated: 2025-08-11
Chapter: Bab 47. Tiba-tiba jadi pacarBayangan itu bergerak, melangkah pelan keluar dari kegelapan. Di bawah lampu jalan yang remang, wajahnya mulai terlihat. Rahang tegas, mata menatap tajam, tapi senyum kecil menghias wajah yang familiar.“Cakra,” gumam Fiora, suara tercekat keluar dari bibirnya.Cakra, mendekat perlahan, seperti pemburu yang tahu mangsanya tak bisa kabur. “Lama tidak bertemu, Fiora.”Fiora mundur selangkah. “Apa… apa yang kau lakukan di sini? Kau mengikutiku?”Cakra menyeringai, bahunya terangkat sedikit seakan Meledek. “Mengikutimu? Serius, kau pikir aku punya waktu untuk itu?” Dia menatap Fiora dari ujung kepala hingga ujung kaki, bibirnya masih melengkung, tersenyum nakal. “Tapi ya, harus kuakui, ekspresimu tadi cukup menghibur.”Fiora mendengus kesal, memutar bola matanya. Ia mencoba berjalan melewati Cakra, tetapi lengannya dihentikan dengan lembut.“Di mana wingman-mu itu? Jarang sekali aku melihatmu sendirian,” ujar Cakra, nadanya setengah bercanda.“Biarkan aku pergi, Cakra,” jawab Fiora datar.
Last Updated: 2025-08-01