Share

Bab 3

"Mau kemana?" Teriak Bu Hartati.

"Jual jam tangan." Pekik Raya dari arah teras depan rumah mereka.

"Jual jam tangan, Apa Maksudnya?" Gumam Bu Hartati bingung dengan ucapan putrinya.

****

"Jadi kau beneran mau ke Jakarta?" Tanya Nita.

"Iya." Jawab Raya cepat sambil menyeruput kuah mie instan rasa soto ayam itu.

"Enak mie nya?" Desis Nita sambil melotot kesal.

"Henak ... Pake banget malah, apalagi dimakan lagi panas panas begini. Muantap bener pedesnya, kau mau?" Ucap Raya cengengesan, sambil mengangkat mangkuk mienya.

"Jelaslah enak. Gratis, coba kalau bayar ... Lagipula itu mie kan punyaku, kau saja yang tak tahu malu langsung makan," rutuk Nita.

"Kau tak akan tega menarik bayaran sama gadis yang imut imut nan manis seperti ini, Nit!" Balas Raya mengedip ngedipkan matanya sambil tersenyum manis.

"Jangan dihabiskan mie nya, aku lapar tahu!" Sungut Nita.

"Ada urusan apa kau siang terik begini kerumahku? Bukannya semalam kau bilang sudah ada orang yang mau beli jam tanganmu itu." Tanya Nita sambil merebut mangkok berisi mie instan yang sudah tersisa separuhnya itu dari tangan Raya.

"Iya, katanya sih siang ini mau ambil. Aku ajak aja ketemuan di sini," Jawab Raya enteng.

"Disini? Maksudnya dirumahku begitu?" Mata Nita kembali melotot.

"Iya."

"Me-memangnya siapa yang memberi izin padamu pakai rumahku untuk transaksi jual belimu itu?"

"Lagipula, siapa yang mau beli Jam tanganmu itu?" Lanjut Nita penasaran sambil mengambil segelas air dan meminumnya.

"Fiko," jawab Raya cepat.

Byyurrr!

Nita menyemburkan air yang baru saja diminumnya. Matanya menatap Raya tanpa berkedip. Seolah ingin memastikan apa yang diucapkan sahabatnya itu adalah suatu kebenaran.

"Fi- fiko, adiknya Mas Dhani? kau tawarkan jam tanganmu itu sama adiknya Mas Dhani? Gila juga kau." Nita terbata.

"Lho, kenapa? Nggak ada yang salah kan. Bisnis is bisnis. Lagipula kenapa kalau Fiko yang beli?"

"Bodo ah," Nita mencebik kesal padanya.

"Lihat, gara gara semburan maut mu itu, bajuku sampai basah," sungut Raya sambil mengelap kaus yang dipakainya.

"Kok bisa si Fiko?"

"Ya bisa lah. Nggak sengaja kemarin ketemu di jalan. Tiba tiba jiwa bisnisku meronta saat melihatnya, ya sudah langsung kupepet dan prospek saja dia. Hasilnya, taraaa ...! dia mau beli jam tanganku. He ... he ... he!" Jawab Raya terkekeh.

"Dasar, entah makhluk dari planet mana kau berasal. Kupikir setelah selesai dengan Mas Dhani, kau akan nangis nangis semalaman, sampai matamu itu bengkak. Nggak tahunya masih sempat sempetnya ngurusin jam tangan mantan."

"Aku lebih sedih kehilangan uang, daripada kehilangan Mas Dhani. Lagipula, Pak lurah masih mau kok nampung aku jadi mantunya," desis Raya.

"Halo, aku juga mau kali jadi mantunya Pak lurah, secara si Febri, kan gantengnya pake banget, sebelas dua belas sama Song Jong Ki, si duda meresahkan itu. Ah ... Andai saja ..." Nita mulai terlihat senyum senyum sendiri. gadis itu mulai berangan- angan.

"Wes, bangun. Mimpimu ketinggian, nona." Raya menepuk pipi sahabatnya itu.

Suara salam seseorang terdengar dari luar, menginterupsi pembicaraan mereka, tampak seorang pemuda berusia tujuh belas tahun, berdiri di teras rumah keluarga Nita. Membuat senyum Raya semakin merekah.

"Mana mbak, jam tangannya. Aku sudah lama sekali kepingin jam tangan yang sama kayak miliknya Mas Dhani." Ungkap Fiko tak sabar, begitu masuk kedalam rumah.

"Ini." Raya menyerahkan sebuah box persegi berwarna hitam itu padanya.

"Untung saja tuh kotaknya masih disimpan sama emak, kalau nggak, turun deh nilai jual tuh jam tangan," Bisik Raya pada Nita.

"Aku gak mau ikut campur." Balas Nita di telinga Raya.

"Bagaimana, suka sama jamnya?" Tanya Raya memastikan.

"Tentu mbak Raya. Ini keren. Sama persis, dengan miliknya Mas Dhani," Fiko memuji sambil mengelus jam tangannya.

"Tentu saja sama, itu kan jam tangan yang sama yang dimiliki kakakmu," desis Nita pelan di telinga Raya. membuat Raya seketika langsung mencubit pinggangnya.

"Ah ya, Ini uangnya. Dihitung dulu, mbak Raya," Ucap Fiko sambil menyerahkan segepok uang padanya.

Senyum Raya langsung merekah ketika melihat setumpuk uang ditangannya. Matanya melirik kearah Nita yang menggeleng pelan karena tingkah aneh sahabatnya itu.

"Terima kasih ya, Fik, di pake terus ya jam tangannya," ucap Raya dengan memamerkan senyum manisnya.

"Sama sama mbak."

"Kau benar benar manusia langka yang ada di planet ini," sungut Nita sambil melihat Raya yang sibuk menatap uang ditangannya.

"Berarti kau harus bersyukur karena sudah mengenal manusia langka ini," tutur Raya bangga.

"Bodo ah, mending cepat pulang sana, daripada terus membuatku kesal."

"Nih, untukmu." Raya menyerahkan selembar uang merah pada Nita.

"Apa ini?"

"Uang untuk menutup mulutmu itu."

" ... dan terima kasih atas rumahnya. Dah ya, aku mau pulang dulu. Kasihan emak nanti sedih karena anak gadisnya yang imut imut ini belum pulang." Ucap Raya yang langsung membalikkan badan, melangkah pergi meninggalkan Nita yang masih melongo, diam terpaku.

****

Keesokan harinya,

"Untuk apa kau datang kerumahku, mas, aku tak punya urusan lagi denganmu," ketus Raya.

"Aku ingin ..."

"Ingin menjelaskan sesuatu? Maksudmu aku salah paham, tuh cewek sepupumu atau adik angkatmu begitu. Ah alasanmu basi, mas," pungkas Raya cepat.

"Katakan cepat, untuk apa kau kerumahku? Jangan bilang jika kau ingin kita balikan dan meminta jam tangan itu kembali" Lanjut Raya ketus.

"Tidak! Maaf, aku kesini karena disuruh ibu, untuk pesan kue buat acara syukuran besok malam, karena ibu sedang berhalangan."

Hiks!

Raya melongo sesaat begitu mendengar alasan yang dikemukakan Dhani. Gadis itu mengira kedatangan Dhani ke rumahnya untuk memperbaiki hubungan mereka. Ternyata, dugaannya meleset, membuatnya sedikit kecewa. Tak lama, ia berucap sinis.

"Emak lagi libur jualan."

"Eh, nak Dhani. Ada apa? Mau ketemu Raya?" Suara Bu Hartati tiba tiba menyela.

"Nggak mak!" Raya langsung menjawabnya.

"Oh, bukan ya, lalu?" balas Bu Hartati.

"Ah, a-anu. Ini Bu, anu ..."

"Apaan sih mas, anu, anu, mau main anu anuan!" Gerutu Raya.

"Bi Marni mau pesan kue buat besok malam. Mak," jelas Raya mewakilinya bicara.

"Oh, berapa banyak?" sahut Bu Hartati sumringah.

Dhani menjelaskan tujuannya pada Bu Hartati, tak lama wanita berusia empat puluhan itu, mengangguk menyanggupinya lalu pamit kedapur, meninggalkan Raya dan Dhani di teras depan rumah mereka.

"Kau marah?"

"Nggak, kita kan sudah mantan, buat apa marah? Mending sekarang kau pulang sana mas, toh urusanmu juga sudah selesai kan dirumahku," usir Raya.

"Aku ..."

"Aku apa ...? Sudahlah, aku sudah tahu, namanya Siska, anak bosmu di kantor, iya kan?"

Dhani menelan ludah, beberapa kali ia bersikap seperti seorang maling yang ketahuan mencuri. Beberapa kali pula ia menghindar dari sorot mata tajam Raya yang seakan ingin mengulitinya.

"Nggak perlu nanya aku tahu darimana!"

"Lagipula aku tahu diri kok, mana mau orang yang sudah berpendidikan dan mapan sama anak yang cuma lulus SMA," lanjut Raya seolah tahu apa yang ada dalam pikiran Dhani.

"Sana pulang, mas. Maaf, aku sibuk!"

Raya melangkah masuk meninggalkan Dhani yang masih terpaku. Tak lama terdengar suara seseorang menyeret langkah, segera saja gadis itu berbalik kembali, melihat mantan kekasihnya yang berjalan meninggalkan rumahnya.

"Kau meremehkanku mas."

"Aku memang hanya lulusan SMA. Kau pikir aku sebodoh itu dan dengan mudah bisa membohongiku, asal kau tahu, adikmu berkata jujur saat ku tanya semua hal tentang dirimu. Meskipun aku terpaksa harus menjual jam tangan itu, setengah dari harga pasaran." Gumam Raya sambil berdecak kesal.

Raya membalikkan badan, masuk kedalam kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari dalam lipatan baju dilemarinya, sebuah amplop berisi uang tabungannya.

Gadis itu mulai menghitung rupiah demi rupiah yang telah ia kumpulkan. Uang yang ia rencanakan untuk meringankan beban Ibunya atas biaya pernikahannya dengan Dhani kelak, kini sudah terkumpul cukup banyak. Untuk sesaat ia menatap uang itu, tak lama, terlihat ia menggigit bibirnya sambil mengepal kuat lembaran lembaran merah itu tangannya.

Bersambung.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ati Husni
semangat ya raya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status