Share

Bab 6

Mata Raya terbelalak lebar ketika mendengarnya. Membuatnya hingga tak mampu mengeluarkan suara untuk beberapa detik.

"Tunggu dulu, a-apa maksud ucapannya tadi, ca-calon istri? Me-menikah?"

****

Raya memandang pria yang berada disampingnya tanpa berkedip. Mulutnya terbuka karena masih belum mengerti akan apa yang baru saja didengarnya.

Sadar jika tangannya masih dipegang erat oleh pria itu, Raya berusaha melepaskannya, sayang, pria itu bukannya melepaskan tangannya, tetapi malah merangkul pinggangnya. Hingga tak ada jarak lagi diantara mereka.

"Ini gadis yang ingin kunikahi, kuharap setelah ini, mama berhenti mencarikan calon istri untukku."

Wanita dengan hijab dikepala, berpenampilan yang anggun serta berkelas itu, menatap Raya dengan seksama, matanya memindai setiap centimeter tubuh Raya dari atas sampai kebawah, hingga akhirnya sebuah senyuman terbit di wajahnya.

"Cantik, dan sepertinya pekerja keras, mama suka pilihanmu, Alex."

"Siapa namamu, nak?"

"Maaf, bu sepertinya ada kesalahpahaman, saya tidak meng ...." Belum sempat Raya menjelaskan, tiba tiba kakinya diinjak cukup keras oleh pria itu.

"Aawww!" Raya menjerit tertahan.

Mata pria itu melotot padanya, tangannya semakin mendekap erat pinggang Raya, seakan meminta Raya untuk mengikuti ucapannya.

"Ra-raya, Tante. Nama saya, Raya."

Wanita itu balik memandang puteranya, lalu, lalu menggeleng pelan.

"Kenapa tidak pernah dikenalkan sama mama, Alex, kalau begini kan mama tenang. Ngga perlu mencari-cari calon istri lagi untukmu," ucap wanita itu sumringah.

"Oh ya nak, besok malam ajak Raya makan malam di rumah yah, mama ingin kenalan dengan calon istrimu ini, Jangan lupa, Mama tunggu dirumah."

Wanita itu pergi setelah mengatakan kalimat itu, sementara, pria bernama Alex ini, segera melepaskan tangannya dari pinggang Raya.

"Aku ingin bicara denganmu. Kapan jam kerjamu selesai?" ketusnya.

Ucapannya sontak membuat gadis itu langsung membalikkan badan, dan bersungut kesal.

"Pria aneh."

"Hei tunggu!" Alex menyusul dan berusaha menghalangi langkah Raya.

Gadis itu menghentikan langkahnya, lalu berbalik kembali memandang Alex sambil membeliakkan lebar ke-dua matanya

"Apa!"

"Harusnya aku yang ingin bicara denganmu, apa maksud semua sandiwara tadi? Kau membuang buang waktuku saja."

"Jam berapa kau pulang?"

"Jam lima," jawab Raya tak ramah.

"Okay, jam lima kutunggu di parkiran timur mall ini. Jangan coba lari, jika tidak aku akan datang ke countermu besok dengan pengaduan atas pelayanan kerjamu yang sangat buruk," Ancamnya sambil melirik seragam kerja yang dipakai Raya.

"Kau mengancamku. Hei bangun tuan ... Kau yang butuh bantuanku, bukan? Setidaknya, kau minta maaf dulu atas tindakanmu tadi padaku," ucap Raya tak mau kalah.

"Kau ... " Tangan pemuda itu terkepal.

"Kenapa, tak mau? Ya sudah. Tolong minggir, tuan. Calon istrimu ini mau lewat!" Ejek Raya dengan mengulas senyum.

"Aku minta maaf." Ucap Alex cepat.

Suara permintaan maaf dari pria yang baru beberapa menit di kenalnya itu, akhirnya membuat senyum Raya semakin mengembang, gadis itu merasa menang.

"Nah, tak sulit kan minta maaf," ucap Raya jumawa.

"Aku akan menjemputmu. Jam lima kutunggu di parkiran timur mall ini."

Raya tak menjawabnya, lalu membuang pandangannya, meninggalkan pria itu yang masih menatapnya penuh harap.

"Jangan lupa, nanti sore di parkiran timur," ulang pria itu dengan suara yang cukup keras.

****

Mata Raya memandang tiap pengunjung yang berada diparkiran timur mall ini, sambil terus mencebik kesal, wajah masam terus ia perlihatkan begitu tiba di tempat ini.

"Entah mengapa aku mau saja datang kesini." Gumamnya.

Bibirnya terangkat tatkala ia melihat Alex, pemuda yang dikenalnya beberapa jam lalu di dalam mall tadi sedang melambaikan tangan padanya. Ia mempercepat langkahnya, menghampiri pria itu.

"Kupikir kau tak akan datang, hampir saja aku ingin mendatangi countermu itu, nona Raya!" Ucap Alex begitu melihat kedatangan Raya.

Raya tak menjawabnya, hanya mencebik kesal padanya. Mata gadis itu memperhatikan pria dihadapannya dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

"Ayo ikut aku, kita bicara ditempat lain."

Pria dengan wajah kebarat-baratan ini lalu mengajaknya menuju kesebuah mobil Ferarri merah. Mobil yang membuat mata Raya sontak terbuka lebar, selebar GOR Senayan.

"Mo-mobilmu tuan?" Tunjuk Raya sambil mengedipkan matanya beberapa kali karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Bukan, dapet nyewa."

"Ayo cepat masuk," ajaknya lagi.

"Eh, tunggu!" Tahan Raya.

"Berjanji dulu satu hal padaku, kau tak akan membawaku ketempat yang aneh atau menurunkanku dijalan."

"Iya aku janji, ayo!"

"Ma-mana KTP mu? Aku mau lihat."

"Buat apa?"

"Ya buat jaga jaga lah. Siapa tahu kau langsung membawaku ke Penghulu, kan repot. Setidaknya, aku harus tahu siapa kau!" Jawab Raya ketus.

"Lama lama kau membuatku kesal, nona. Lagipula siapa juga yang mau macam macam denganmu, asal kau tahu, kau sangat jauh dari seleraku ..."

"Ya sudah."

Raya berbalik, melangkah cepat meninggalkan Alex yang masih bicara. Sadar jika lawan bicaranya menjauh, pria itu refleks mengejarnya.

"Tunggu, aku minta maaf. Aku ingin minta tolong padamu."

Raya menghentikan langkahnya, gadis itu menarik nafas panjang. Lalu membalikkan badan, menatapnya tajam.

"Kau butuh bantuanku? Ya sudah, mana KTP mu. Sini berikan!" Pinta Raya sambil menadahkan tangan.

Raut wajah kesal diperlihatkan Alex padanya, dengan terpaksa pria itu mengeluarkan kartu identitas yang diminta Raya dari dalam dompetnya.

"Ini ...! Apa sekalian aku beri paspor dan SIM juga padamu?" Sungutnya.

"Iya, bila perlu kau berikan sekalian kartu debit dan kreditmu, agar aku yakin kau memang pria yang baik." Balas Raya terkekeh.

"Ayo masuk ke mobil!" titahnya.

"Tunggu sebentar!"

"Apalagi ...?" mata Alex melotot.

"Aku mau ambil foto KTP mu sebentar."

"Ya tuhan, untuk apa?"

"Untuk jaga jaga lah, siapa yang tahu ada niat terselubung dibalik ini. Aku kan bisa mencegahnya. Setidaknya aku punya identitas pria jahat itu." Jawab Raya sambil mengambil beberapa foto KTP Alex.

"Astaga, mengapa aku bisa bertemu dengan gadis seperti ini?" Keluh Alex mulai tak sabar. Tak lama, tangannya menarik paksa Raya, dan memintanya segera duduk di mobil.

"Duduk dan diamlah."

Blam!

Pintu mobil itu langsung ditutup Alex, tak lama ia berjalan memutar menuju kursi kemudi.

Raya menatap pria itu dengan raut wajah masam. Keningnya berkerut, mencoba mencari tahu apa yang ingin pria ini bicarakan dengannya.

Untuk beberapa detik, mereka berdua diam, tak lama, mata Raya mulai memperhatikan tiap milimeter interior mobil ini dan mulai mengaguminya, semua tak luput dari tatapan matanya.

"Kita bicara ditempat lain saja, sekalian kutraktir kau makan." Ucap Alex mengakhiri keheningan mereka.

"Terserah kau saja," jawab Raya yang tak henti menepuk jok mobil yang didudukinya.

"Mobilmu nyaman ya, beda sekali dengan angkot yang tiap pagi kunaiki," tutur Raya polos.

Mata Alex mendelik melihat tingkah Raya, senyum tipis tiba-tiba merekah dari bibir pria itu. Sebuah senyuman yang penuh arti.

Bersambung

Terima kasih sudah berkenan mampir, dukung Author ya dengan vote dan subscribe cerita ini. Jangan lupa baca ceritaku yang lain.

Semoga hari mu bahagia.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Jostem
Lumayan, tetapi terlalu gampangan
goodnovel comment avatar
Eling Botutihe
keren dik..sukses semangat
goodnovel comment avatar
Zhandy Tote
sangat bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status