Bab 17
Bertemu Aisyah"Kamu nggak budek, kan, Mas! Hingga aku harus mengulang kata apa yang baru saja kuucapkan!" Anisa melipat tangannya di depan dadanya, mengamati perubahan di wajahku yang memucat."Mak-maksudmu, kamu bener-bener mau ketemu dengan Aisyah?" tanyaku memastikan, yang dibalasnya dengan senyuman sinis."Kenapa tidak? Bukankah seharusnya yang kutemui pertama kalinya itu adalah Aisyah, bukan dua orang tuamu?! Tapi tidak apa-apa, karena mereka sudah ada di sini, kamu pun harus mengajakku bersama kedua orang tuamu kembali ke rumah Aisyah."Apa yang diucapkan Anisa tersebut terlihat enteng, namun begitu sangat berat untukku. Bukan apa-apa. Aku belum sanggup ke tahap ini, karena aku tidak tahu reaksi yang akan ditunjukkan oleh orang tuaku nanti, saat pertama kali melihat Anisa. Apalagi sampai bertemu dengan kedua mertuaku dan Aisyah sendiri. Jika sampai akan membawa Anisa ke dalam rumah Aisyah, maka eBab 18Bertemu Keluarga Jika ada yang seperti terjerat oleh rantai, maka itu adalah kedua kakiku. Entah kenapa sulit sekali digerakkan setelah mendengar permintaan Anisa barusan.Apa-apaan wanita itu? Masa di saat seperti ini dia ngotot ini pergi bersama dengan kami, menuju ke rumah untuk bertemu dengan Aisyah.Sial, benar-benar hari yang sial."Eh, Anisa bisakah kau pergi ke rumahku lain kali saja. Apa kau tidak melihat bagaimana terkejutnya kedua orang tuaku saat melihatmu?!" "Loh memangnya kenapa sih, Mas?" Anisa menghentakkan kakinya kesal. Raut wajahnya berubah merengut. Jelek."Kau menambah masalah untukku, tau nggak sih?!""Nggak tau lah! Yang aku tau itu, kamu sudah terlanjur nyaman bersama denganku. Jadi kenapa tidak sekalian saja kita tunjukkan hubungan kita pada si Aisyah. Lagi pula aku ingin melihat seburik apa istri yang sudah kamu sia-siakan itu!" Anisa m
Bab 19Wajah dibalik Cadar"Dan kamu Aisyah, apakah kamu tahu jika suamimu berselingkuh di belakangmu?" Mata Ayah kini menatap ke arahku, dan aku hanya bisa menunduk sambil memilin gamis yang kini kukenakan. Ingin dengan cepat menganggukan kepala, tapi takut ayah akan murka karena aku tidak berterus terang sebelumnya."Sabar dulu, Jaka! Pasti ada alasannya! Bukankah begitu, Andra?! Kau tidak mungkin meninggalkan istrimu begitu saja demi wanita yang tidak tahu diri ini, kan?! Jawab, Nak!" Ibu mertua masih saja membela aku setelah apa yang dilakukan oleh putranya. Entah tulus, entah takut kehilangan jatah bulanan yang kerap dikirim dari ayah. Dan aku, hanya bisa memijat kepalaku yang terasa berat saat ini. Aku sebenarnya tidak menduga jika Mas Andra berani membawa perempuan murahan itu ke dalam rumah ini, tepatnya ke tengah-tengah keluarga besarku."Iya, Bu. Sebenarnya ada alasan hingga aku dan Anisa menjal
Bab 20Pilihan UntukmuTak menghiraukan perkataan Ayah, Mas Andra mendekat ke arahku. Pria yang terlihat masih terpesona itu hendak menyentuh kulitku, namun tentu saja segera kutepis dengan kasar. Jijik rasanya berdekatan dengan pria itu yang telah habis-habisan menghinaku sebelumnya, ditambah sudah berselingkuh dengan Anisa. Apalagi melihat penampilan wanita itu yang terbuka dan terkesan tidak tahu malu, aku tidak tahu sudah sejauh mana hubungan antara keduanya. Yang jelas, tidak mungkin mereka hanya tinggal bersama tanpa melakukan hal yang lebih dari yang kubayangkan."Aisyah, kenapa kamu tidak katakan jika kulitmu sekarang sudah mulus dan bersih? Bahkan Anisa saja tidak ada apa-apa jika dibandingkan dengan kulitmu yang lembut dan bersinar itu. Katakan, kamu melakukan perawatan di mana hingga kau bisa berubah seperti ini?!" "Mas, kok kamu jadi banding-bandingin aku sama dia, sih?!""Diam kamu!" ben
Bab 21Pilihan SulitKedua pasangan mesum itu tampak tertegun setelah aku menjelaskan semuanya. Terlebih Anisa, wanita itu sampai berkali-kali menelan ludah. Mungkin tidak menyangka jika aku akan mengatakan fakta Mengejutkan di depan banyak orang."Itu tidak benar, Aisyah! Gajiku selama ini cukup lumayan dan aku tidak selalu mengandalkan Mas Andra yang gajinya tidak seberapa itu!" kilahnya tak mau kalah. Aku mendecih menatap pasangan mesum tersebut."Oh ya?!""Ya-ya, iya lah!" ketusnya. "Dan apa ibu juga tahu, Mas Andra hanya memberi uang itu untuk satu minggu. Dan setelah dia pergi meninggalkanku sama sekali dia tidak pernah mengirimkan uang untukku maupun untuk kebutuhan Farel. Hingga terpaksa aku harus makan bubur hambar tiap hari semua untuk menghemat. Beruntung ada seseorang yang mengangkat derajatku hingga aku tidak kesulitan ekonomi lagi." Aku berusaha menjelaskan pada mertuanya. Waktu itu Bu Ind
Bab 22Sebuah Permintaan Udara terasa dingin di sekitarku saat aku membuka mata, karena lupa semalam tidak memakai selimut. Yang rupanya waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi. Segera pergi ke kamar mandi dan mengganti pakaian, setelah membersihkan diri lalu menghadap Yang Maha Kuasa untuk menjalankan kewajiban.Tadi malam aku merasa tidur sangat tetap sekali setelah Mas Andra benar-benar tidak ada di kamar kami. Sedikit tenang karena pria itu untuk sementara waktu tidak akan mengganggu. Meskipun aku tidak yakin, karena pasti kedepannya pria itu akan kembali lagi ke rumah ini untuk mohon kepada ayah agar kami tidak bercerai. Menyedihkan, setelah perbuatan buruknya, kenapa dia masih ingin diberi kesempatan.Tidak langsung keluar kamar setelah beribadah, aku memutuskan untuk berbaring kembali dan menemani Farel yang saat ini balita itu sudah bisa merangkak meskipun sesekali terjatuh.Hingga sebuah ketukan membuatku te
Bab 23Kabar BurukDering panggilan telepon membangunkanku dari alam mimpi. Semalam entah berapa kali aku dan Anisa melakukannya, hingga paginya aku merasakan kantuk yang luar biasa.Nomor tidak dikenal terpampang di layar depan. Terus berdering meskipun aku sudah mengabaikannya. Entah siapa yang menghubungiku pagi-pagi sekali. Dengan perasaan malas dan merasa berisik yang mengganggu telinga, akhirnya kuputuskan untuk mengangkatnya segera."Halo, siapa ini?" tanyaku langsung ke intinya. Males rasanya berbasa-basi bicara dengan seseorang yang nomornya saja tidak kusimpan di daftar kontak."Mas, ini aku, Aisyah." Wow benar-benar kejutan yang nyata. Semalam dia mengusirku dengan amarahnya, lalu pagi-pagi sekali wanita itu sudah menghubungiku. Sepertinya Aisyah memang tidak pernah melupakan nomor ponselku yang sebenarnya adalah nomor hadiah yang lama. Apakah dia kangen, atau barangkali menyesal telah mengusirku begitu sa
Bab 24Rayuan MautAisyah mendekat ke arah kami. Kuharap wanita itu tidak mendengarkan obrolanku dengan dan ibu barusan. Tapi mengingat hari ini dia sama sekali tidak mengenakan cadar, membuat dadaku berdebar dua kali lipat. Apalagi dihiasi dengan gamis berwarna pink dan kerudung berwarna senada. Aisyah terlihat mempesona. Dan aku seperti jatuh cinta untuk yang kedua kalinya kepada wanita yang sama. Pada Aisyah. Bahkan jika dibandingkan dengan Anisa, dia tidak ada apa-apanya."Eh, Aisyah, kamu dari mana," tanyaku basa-basi sambil tersenyum.Enggan menjawab, wanita itu mengangkat tentengan plastik putih di tangannya."Ibu yang menyuruhnya untuk membeli nasi padang kesukaan ibu. Kebetulan saat makan malam waktu itu, ibu ketagihan pengen nyobain nasi padang di tempat itu lagi. Rasanya enak, tidak seperti yang ibu beli di desa, rasanya hambar dan nasinya sedikit," celoteh ibu. Dasar wanita itu, malah memikirkan makanan bah
Bab 25Perjanjian"Sebenarnya ayah sudah tidak sudi lagi bermenantukan pria durjana dan tidak setia itu. Namun demikian, kau lihat sendiri kan Aisyah, bagaimana liciknya dia merayumu terus-terusan bahkan sampai mengandalkan ibu dan ayahnya. Ck!" Ayah tengah meluapkan kekesalannya."Iya, Yah. Sebenarnya Aisyah juga malas untuk melayani. Namun karena kasihan kepada ayahnya, makanya Arisa diam saja ketika berada di rumah sakit tadi," ujarku saat sudah berada di rumah dan pamit pulang lebih dulu karena ada urusan penting. Sementara ibu mertua dan Mas Andra memilih untuk tetap di rumah sakit. Aku juga tidak mengerti dengan keinginan pria itu. Padahal dia sudah blak-blakan menghianatiku, tapi sepertinya dia tidak punya hati dan ingin tetap kembali padaku. Benar-benar kelewatan. Sebenarnya terbuat dari apa hati pria itu, aku juga tidak mengerti."Lalu apa yang kamu inginkan sekarang, Nak? Jangan sampai rasa cinta itu membuta