Bab 10
Heran"Ibu ….!"Aku terkejut saat mendengar suara seseorang yang memanggil nama ibu. Itu adalah suara wanita yang selama dua tahun ini aku nikahi. Aku menarik nafas, dan berharap ini mimpi. Hingga penasaran, perlahan-lahan aku menoleh ke belakang.Dan … Ya ampun, cantik sekali," ucapku dalam hati saat melihat siapa yang berdiri menyambut kedua kedua orang tua kami. Aisyah, apakah benar itu dia?Dalam hati aku berdoa, semoga itu bukan Aisyah. Namun percuma, karena sekarang wanita yang terlihat tampil sangat cantik itu menghampiri kami berlima yang masih berdiri di halaman. Aku yakin itu Aisyah–istriku, dan ya dia sungguh berbeda sekarang.Aisyah melihat sekilas sebelum akhirnya memeluk ibu dan ibu mertua, serta kedua pria yang tak lain adalah ayahku dan ayahnya."Kami semakin pangling padamu, Aisyah." Pria yang merestui pernikahan kami itu turut memuji anaknya.Bab 11Inikah Pembalasan Aisyah"Mbak Iim, pokoknya aku mau makanan yang di meja ini semuanya dibawa pulang oleh mbak," ucapku pada pekerja di rumahku. "Tapi, Bu Aisyah. Ini terlalu banyak. Mbak nggak bisa bawa semuanya," tolak Mbak Iim. Aku tersenyum menatap ke arah wanita paruh baya dengan lima orang anak ini."Nggak apa-apa, Mbak. Sesekali mbak bawakan makanan enak buat mereka. Kasihan, lagi pada aku pernah merasakan bagaimana hidup susah. Aku pernah makan tanpa lauk, dan aku pernah makan bubur selama beberapa hari," ucapku mengenang waktu kepergian Mas Andra saat itu, di mana aku tidak memiliki uang sama sekali, sedangkan beras hanya tersisa satu liter saja harus kuhemat.Di belakangku, kulihat Mas Andra tengah berdiri. Biar saja dia melihat potongan ayam goreng yang tersisa tujuh potong itu, belum lagi dengan tumisan dan sayur-mayur yang lainnya. Tentu dia tidak pernah melihat makanan sebanyak ini ketika
Bab 12Sikap Aisyah "Kamu yang membuatku seperti ini, Mas! Dan jangan kamu kira jika aku akan diam saja setelah kamu membuatku menderita selama ini. Lagi pula ini belum seberapa. Ini hanyalah permulaan sebelum akhirnya kamu akan mendapatkan balasan atas apa yang telah kau perbuat padaku!!" Aku balik balas menatap wajahnya, membuat matanya sedikit mengerjap seketika. Mungkin Mas Andra kaget aku bisa berbuat sejauh ini.Padahal dulu aku selalu berlemah lembut kepadanya. Tapi biar saja, sesekali pria itulah memang harus diberi pelajaran, agar dia tidak seharusnya menginjak-injak harga diriku terus-terusan. "Lihat saja Aisyah, aku pasti akan membalasmu!" ujarnya dengan dada naik turun. Aku segera meletakkan ujung telunjuk di bibirku sebagai isyarat."Jangan keras-keras, Mas. Bagaimana tanggapan orang tuamu jika tahu putranya telah menelantarkan wanita dan juga cucunya yang sangat dihara
Bab 13Rasa SakitDi pinggir jalan aku memberhentikan kendaraanku ini. Sekuat tenaga menahan sesak yang ada dalam dada, nyatanya aku sudah tidak mampu menahannya lagi. Air mataku bercucuran dengan derasnya membayangkan nasib pernikahanku selanjutnya. Juga merasakan bagaimana perbuatan Mas Andra kepadaku selama dua tahun itu. Betapa sipat suamiku itu jauh dari kata sempurna dan tidak menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Yang ada, lelaki itu malah senantiasa menyiksa lahir dan batinku. Bahkan tidak pernah menerima kehadiran Farel. Lalu sekarang, setelah aku berusaha menahan diri untuk tidak membalasnya, nyatanya aku tidak bisa membiarkan pria itu begitu saja. Terlalu sakit luka yang sudah dia torehkan padaku. Aku juga hanya manusia biasa yang nyatanya tidak luput dari kata salah dan dosa. Sementara aku tidak bisa melupakan kejadian yang ditimbulkan oleh pria itu terhadapku. Dan tinggal satu atap bersamanya, mem
Bab 14Ketahuan Setelah ketegangan yang terjadi diantara kami. Aku semakin membenci Mas Andra dan tekadku semakin kuat untuk mengakhiri pernikahan ini.Ibu dan yang lainnya tengah menonton TV di ruang tengah sambil mengasuh Farel. Sementara Mas Andra langsung masuk ke dalam kamar dan membanting pintu dengan cukup kasar. Benar-benar pria yang tidak tahu malu. Dia pikir siapa yang membayar kontrakan rumah ini selain aku sendiri. Dia pun bisanya cuma mengajakku tinggal di rumah kontrakan yang airnya sangat bau dengan kondisi yang tidak layak dipakai.Kuikuti dia dari belakang, sebelum akhirnya ikut masuk untuk menyusulnya ke dalam kamar. Pria itu tampak sedang berkacak pinggang sambil menatap ke arah jendela dengan dada naik turun."Tolong jaga sikapmu selama berada di rumahku! Kamu pikir kamu yang membayar biaya rumah ini? Bukan! Asal kamu tahu, aku memasukkanmu ke rumah ini semata-mata demi mengho
Bab 15Aku Tahu Semuanya Malam harinya aku mengajak kedua orang tua kami untuk makan malam di restoran yang cukup mewah. Sengaja memesan go-car, karena tidak mungkin membawa mereka semua dalam satu mobil. Aku memilih mengemudi bersama dengan kedua orang tuaku dan pengasuh Farel. Tentu saja dalam tatapan tajam Mas Andra. Bisa kulihat raut wajahnya yang semakin menggelap di depanku itu. Mungkin dia sedikit banyaknya tak menyangka jika aku mahir mengendarai kendaraan roda empat sekarang. Padahal sebelumnya dia sudah tahu saat aku pura-pura membawa ATM-nya ke bank. Mas Andra naik ke mobil satunya lagi dengan keluarganya. Namun tentu saja mobil kami berjalan beriringan, hingga sampai di tempat yang sudah di reservasi sebelumnya."Ayo, Bu, Pak, kita masuk," ajakku saat mereka sudah berdiri, menatap restoran yang tampilan depannya saja sudah mewah dihiasi dengan lampu warna-warni. Mas Andr
Bab 16Bertengkar Dengan AnisaPOV Andra"Bilang saja kamu berkata demikian karena kamu cemburu pada Anisa. Iya, kan?" sinisku ke arah wanita itu. Dan membuat Aisyah menggelengkan kepalanya dengan pelan."Kamu salah, Mas. Tapi aku tetap memperingatkan kamu agar hati-hati. Kamu masih punya tabungan kan andai ayah tahu tentang putranya dan dia terkejut? Coba kamu bayangkan dari sekarang jika ayah sampai terkena serangan jantung dan masuk rumah sakit?!""Halah, berisik!" Aku tahu Aisyah hanya mencoba untuk menakut-nakuti aku. Lagipula ayahku tak selemah itu. Segera kuajak ibu dan ayah naik, setelah mobil jemputan kami tiba di halaman. Mengabaikan ucapan dari Aisyah barusan yang kupikir hanya mengada-ada.Kendaraan pun bergerak melaju ke tempat tujuan, yaitu ke kontrakan Paman Jali.Segera kukirim pesan kepada Anisa agar dia mempersiapkan dirinya untuk bertemu dengan kedua
Bab 17Bertemu Aisyah"Kamu nggak budek, kan, Mas! Hingga aku harus mengulang kata apa yang baru saja kuucapkan!" Anisa melipat tangannya di depan dadanya, mengamati perubahan di wajahku yang memucat."Mak-maksudmu, kamu bener-bener mau ketemu dengan Aisyah?" tanyaku memastikan, yang dibalasnya dengan senyuman sinis."Kenapa tidak? Bukankah seharusnya yang kutemui pertama kalinya itu adalah Aisyah, bukan dua orang tuamu?! Tapi tidak apa-apa, karena mereka sudah ada di sini, kamu pun harus mengajakku bersama kedua orang tuamu kembali ke rumah Aisyah." Apa yang diucapkan Anisa tersebut terlihat enteng, namun begitu sangat berat untukku. Bukan apa-apa. Aku belum sanggup ke tahap ini, karena aku tidak tahu reaksi yang akan ditunjukkan oleh orang tuaku nanti, saat pertama kali melihat Anisa. Apalagi sampai bertemu dengan kedua mertuaku dan Aisyah sendiri. Jika sampai akan membawa Anisa ke dalam rumah Aisyah, maka e
Bab 18Bertemu Keluarga Jika ada yang seperti terjerat oleh rantai, maka itu adalah kedua kakiku. Entah kenapa sulit sekali digerakkan setelah mendengar permintaan Anisa barusan.Apa-apaan wanita itu? Masa di saat seperti ini dia ngotot ini pergi bersama dengan kami, menuju ke rumah untuk bertemu dengan Aisyah.Sial, benar-benar hari yang sial."Eh, Anisa bisakah kau pergi ke rumahku lain kali saja. Apa kau tidak melihat bagaimana terkejutnya kedua orang tuaku saat melihatmu?!" "Loh memangnya kenapa sih, Mas?" Anisa menghentakkan kakinya kesal. Raut wajahnya berubah merengut. Jelek."Kau menambah masalah untukku, tau nggak sih?!""Nggak tau lah! Yang aku tau itu, kamu sudah terlanjur nyaman bersama denganku. Jadi kenapa tidak sekalian saja kita tunjukkan hubungan kita pada si Aisyah. Lagi pula aku ingin melihat seburik apa istri yang sudah kamu sia-siakan itu!" Anisa m