Share

87.Bulan madu

"Tapi, Mas, Adam?" Aku mencoba mencari alasan, pelan-pelan melepas tangan Dokter Rasyid dari pinggang, entahlah bagiku masih terasa aneh. Aku belum siap disentuh suami sendiri.

"Masih belum ikhlas dipeluk suami, nih?"

"Bukan begitu, Mas. Aku tidak biasa tidur terpisah dengan Adam," jawabku gugup.

"Hanya malam ini saja, Ra. Adam biar tidur sama Mbok Minah dulu." Tiba-tiba tangan Dokter Rasyid membalikkan badanku, kami pun berhadapan begitu dekat. Tangannya mulai melepas kerudung yang kupakai. Dan tatapannya kenapa belum juga bisa menggetarkan hatiku.

Bayangan Dokter Fikri berkelebat di pikiran. Berimajinasi seandainya yang ada di hadapanku ini Dokter Fikri. Bahagianya ....

"Sudah, Ra! Sudah! Dia bukan jodohmu!" Aku berusaha mengenyahkannya tapi kenapa dia terus menari nari di otak ini.

Seketika mataku mengerjap ketika bibir Dokter Rasyid sudah mengecup keningku. Aku menundukkan wajah dalam-dalam tapi buru-buru ia mengangkat daguku, menatap bagian yang paling ranum di wajahku. Sungguh
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status