Short
Dituduh sebagai Menantu Durhaka

Dituduh sebagai Menantu Durhaka

Oleh:  Eman NurTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Belum ada penilaian
8Bab
704Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Ayah mertuaku jatuh terpeleset dan terkena serangan stroke. Darah menggenang di lantai dari kepalanya. Aku mengambil kain pel dengan tenang dan membersihkan darah di lantai. Menit-menit ini adalah waktu penting untuk menyelamatkan nyawanya. Tapi aku, menantu perempuannya, membiarkan waktu tersebut berlalu begitu saja. Di kehidupan sebelumnya, aku adalah orang pertama yang mengetahui jatuhnya ayah mertuaku. Aku cepat-cepat memanggil ambulans untuk membawanya ke rumah sakit. Tindakan operasi perlu tanda tangan persetujuan dari anggota keluarga terdekat. Tapi saat aku menelepon suamiku, dia mengira aku cemburu karena dia sedang bersama cinta pertamanya. Dia menolak datang ke rumah sakit dan menuduhku mengarang alasan agar membuatnya pulang. Akhirnya, ayah mertuaku meninggal karena tidak mendapat perawatan tepat waktu. Karena tidak bisa menemui ayahnya untuk yang terakhir kali, suamiku menyalahkanku dan akhirnya membunuhku dengan pisau dapur. "Ini semua salahmu! Ayahku sudah sangat tua, tapi kamu nggak merawatnya dengan baik! Kamu gagal berbakti padanya saat dia masih hidup, jadi matilah dan lanjutkan tugasmu sebagai menantu di alam kubur!" Aku membuka mata dan menemukan bahwa aku kembali ke hari ketika ayah mertuaku jatuh. ....

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

Segera setelah membuka mata lagi, aku melihat ayah mertuaku terbaring di lantai.

Aku punya fobia darah sejak kecil dan spontan ingin menelepon suamiku.

Saat membuka kunci ponselku, aku teringat saat suamiku menusukku dengan pisau dapur sebelum aku mati.

Rasa sakit itu seperti masih melekat. Dengan jari-jari yang gemetar, aku menghentikan niat untuk menelepon suamiku dan beralih untuk menelepon Bayu, sepupu suamiku.

Telepon itu diangkat tanpa menunggu lama.

"Sayang, cepat pulang. Ayah jatuh berdarah-darah. Aku harus apa? Aku takut darah, cepat pulang!"

Aku pura-pura panik dan salah sambung. Suaraku terisak-isak cemas.

"Jangan panik. Aku ke sana sekarang."

Rumah sepupuku sangat dekat dari sini. Tidak sampai sepuluh menit jalan kaki.

Seperti yang kuharapkan, pintu depan di ketuk dalam waktu kurang dari lima menit.

Aku membuka pintu dengan tergesa-gesa dan pura-pura terkejut melihat orang yang datang.

"Kak Bayu? Bukannya aku telepon Brian?"

Dia tidak menjelaskan, tapi segera menggendong ayah mertuaku dan berlari ke bawah, menyuruhku mengikutinya.

Saat kami sampai di rumah sakit, pakaian Bayu sudah berlumuran darah.

"Siapa keluarga terdekat pasien? Kondisi pasien sangat mendesak dan perlu tanda tangan persetujuan dari keluarga terdekat!"

Seorang perawat bergegas keluar dari ruang IGD, memegang surat persetujuan tindakan medis.

"Saya. Saya menantu perempuannya."

"Nggak bisa, harus keluarga terdekat."

Dia kemudian menoleh kepada Bayu.

"Saya keponakannya."

Perawat itu pun mengerutkan kening.

"Ada anggota keluarga yang lain?"

"Suster, tolong lanjutkan dulu operasinya. Saya telepon suami saya dulu."

Perawat itu membawa kembali suratnya ke ruang IGD.

Aku mengeluarkan ponsel dan menelepon suamiku di depan Bayu.

Panggilan pertama, ditolak.

Panggilan kedua, ditolak.

Panggilan ketiga akhirnya tersambung. Aku mengaktifkan speaker sehingga suara tak sabar Brian memenuhi lorong.

"Telepon terus! Apa maumu?!"

"Sayang, Ayah tadi jatuh dan pendarahan hebat. Tapi dokter butuh tanda tangan dari keluarga terdekat sebelum melakukan tindakan. Cepat pergi ke Rumah Sakit Harapan!"

Acuh tak acuh seperti biasanya, masih sama seperti terakhir kali.

Memikirkan saat dia menikamku dengan pisau dapur, tatapanku seketika mendingin. Tapi aku tetap harus pura-pura.

Begitu mendengar penjelasanku, Brian membentak marah.

"Ayah jatuh ya bawa ke rumah sakit. Kenapa telepon aku? Aku bukan dokter! Kamu pasti cemburu dan sengaja membuat-buat alasan karena kamu tahu aku sedang di rumah Laudya, ya 'kan? Sudah kubilang, percuma! Kamu nggak bisa hidup tanpa aku?"

Setelah mengatakan itu, suara wanita yang lembut dengan nada terisak terdengar dari sana.

"Brian, aku takut ...."

Tanpa menungguku menjawab, dia menutup telepon.

Orang-orang di sekelilingku memandang ke arahku penuh simpati.

Sambil mengepalkan tinjuku begitu keras sampai ujung jariku memutih, aku tersenyum pahit.

Bayu sangat marah dan berjalan mondar-mandir di depan bangsal.

Dan segera ambil keputusan.

"Telepon lagi! Aku nggak percaya dia lebih mementingkan perempuan dibanding ayahnya sendiri!"

Hal yang sama juga terjadi di kehidupanku sebelumnya. Hanya saja, aku waktu itu menelepon diam-diam sambil bersembunyi di tangga.

Kali ini, semua orang yang ada di sini menjadi saksiku.

Mendengar perkataan Bayu, aku menelepon lagi di depan semua orang.

Tapi teleponnya langsung ditolak hanya setelah berdering dua kali.

Saat aku menelepon lagi, aku menyadari ternyata nomorku telah diblokir.

Aku memasang wajah cemas. Air mata mengalir dalam keputusasaan.

Pada kenyataannya, aku menghela napas lega.

Menjatuhkan diri di kursi tunggu.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
8 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status