Short
Warisan dari sang Bibi

Warisan dari sang Bibi

By:  Jannah RaudhahCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
5.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Bibiku kehilangan satu kakinya akibat kecelakaan mobil, dan putri kesayangannya justru pergi ke luar negeri pada saat itu. Sejak saat itu, aku merawat bibiku dengan sepenuh hati dan mengurusnya selama 15 tahun. Bibiku, yang merasa berterima kasih atas perawatanku, berjanji bahwa semua hartanya akan diwariskan kepadaku setelah dia tiada. Namun, ketika ajalnya hampir tiba, sepupuku kembali ke negara ini. Bibiku langsung mengubah warisan itu untuk diberikan sepenuhnya kepada sepupuku, hanya memberikan 100 juta sebagai "biaya perawatan" untukku. Lima belas tahun masa mudaku hanya dihargai dengan 100 juta yang penuh penghinaan. Dalam keadaan linglung, aku terjatuh ke sungai dan tenggelam. Ketika aku membuka mata, aku mendapati diriku kembali ke 15 tahun yang lalu ....

View More

Chapter 1

Bab 1

"Cynthia, Tante tahu kamu merawat Tante selama ini hanya karena mengincar warisan Tante, bukan karena tulus."

"Kamu tinggal di rumah Tante selama bertahun-tahun, Tante bahkan belum memintamu bayar sewa. Sekarang kamu berharap Tante kasih kamu uang?"

"Tante kasih tahu kamu, ya. Tante berhak menggunakan uang Tante sesuka hati. Bahkan kalau Tante mau buang semuanya, itu bukan urusanmu. Yulia itu anak kandung Tante. Kalau Tante mau menyerahkan semuanya padanya, kenapa nggak?"

"Uang 100 juta ini anggap saja sebagai sedekah untuk pengemis. Ambillah dan pergi. Mulai sekarang, kita nggak ada hubungan apa-apa lagi!"

Ketika keluar dari rumah sakit, ucapan bibiku terus terngiang di benakku.

Aku merawatnya selama 15 tahun, hari demi hari, tanpa pernah mengeluh atau merasa lelah.

Dalam 15 tahun itu, aku bekerja sekaligus mengurusnya, tidak menikah, tidak memiliki anak, dan mengorbankan masa muda terbaikku.

Bukan karena aku dingin secara emosional atau tidak menyukai pria.

Namun, karena aku khawatir, jika memiliki keluarga sendiri, aku akan terpaksa mengabaikan atau menyakitinya.

Namun, semua pengorbanan ini tampaknya tidak ada artinya di mata bibiku.

Baginya, apa yang aku lakukan adalah kewajiban. Tidak melakukannya adalah kesalahan besar.

Sebaliknya, sepupuku, anak kandungnya, pergi ke luar negeri sebagai mahasiswa pertukaran pada tahun bibiku diamputasi, dan tinggal di sana selama 15 tahun tanpa pernah merawat ibunya sehari pun.

Sekarang dia kembali ke negara ini, bersujud, terus-menerus menangis, dan bibiku langsung merasa iba, menganggap anak kandungnya tetaplah yang terbaik.

Kalau saja aku tidak menemukan wasiat yang sudah diubah saat merapikan rumah,

aku mungkin akan tetap naif seperti dulu, berpikir bahwa bibiku akan menepati janji dan meninggalkan rumah itu sebagai warisan untukku.

Yang tidak aku duga, ketika aku membawa wasiat itu ke rumah sakit untuk mempertanyakan keputusan bibiku, dia justru memutarbalikkan keadaan dan menyuruhku pergi.

Dia mengeluarkan kartu bank berisi 100 juta dan melemparkannya ke wajahku dengan kasar.

Lima belas tahun masa mudaku hanya dihargai dengan kartu bank senilai 100 juta.

Rata-rata hanya 20 juta per tiga tahun. Orang yang tidak tahu mungkin mengira aku adalah pemulung tua.

Padahal, 15 tahun lalu, aku ini lulusan universitas ternama dan pernah mendapatkan tawaran pekerjaan dari perusahaan besar.

Kalau saja bibiku tidak memintaku untuk menemaninya dan mencari pekerjaan sederhana di kota ini, aku tidak akan bekerja sebagai kasir di supermarket.

Aku keluar dari rumah sakit dengan amarah meluap dan dalam keadaan linglung, aku sampai di tepi sungai.

Awalnya, aku hanya ingin berjalan-jalan. Namun, pagar pembatas di tepi sungai itu sudah tua dan rapuh, sehingga langsung patah saat aku menyentuhnya.

Tempat itu sunyi, hanya ramai di malam hari.

Aku tidak bisa berenang dan tidak ada orang yang menyelamatkan aku. Akhirnya, aku memejamkan mata untuk terakhir kalinya.

Saat merefleksikan hidupku sebelum mati, aku tidak membenci siapa pun, hanya merasa kasihan pada diriku sendiri.

Aku terjebak oleh hubungan keluarga dan rumah.

Aku berpikir, toh, tujuanku bekerja adalah agar aku bisa punya tempat tinggal, jadi aku rela mengorbankan segalanya dan tinggal di sisi bibiku, merawatnya seperti pembantu.

Namun akhirnya, aku tidak mendapatkan apa-apa.

Ternyata, hati manusia tidak boleh serakah, karena itu hanya akan membuatmu tertipu habis-habisan.

Jika ada kehidupan berikutnya, aku jelas tidak akan mengulangi nasib seperti ini.

Dengan pikiran ini, aku perlahan tenggelam ke dalam sungai.

Namun, ketika aku membuka mata lagi, aku mendapati diriku berada di ruang kuliah, dikelilingi oleh teman-teman sekamarku di masa kuliah.

Ada yang bermain ponsel di bawah meja, ada yang tidur nyenyak di atas buku, dan ada yang sedang mengobrol dengan pacarnya.

Aku kembali ke 15 tahun yang lalu!

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
9 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status