Home / Pendekar / Divine Power / Bab 5 – Persahabatan dan Pengorbanan

Share

Bab 5 – Persahabatan dan Pengorbanan

Author: Mineoyoo
last update Last Updated: 2025-01-13 20:13:33

Perjalanan Arka menuju artefak kedua penuh dengan tantangan yang tidak terduga. Setelah mengalahkan pasukan bayangan Darian dan menemukan kekuatan dalam dirinya, ia kini tahu bahwa ancaman yang harus dihadapinya jauh lebih besar dari apa yang pernah ia bayangkan. Dalam pencariannya, Arka bertemu dengan seorang wanita prajurit bernama Lira yang, seperti dirinya, tengah berjuang untuk mencari artefak kuno yang telah tersebar di dunia.

Lira pertama kali muncul di sebuah kota kecil di pinggir gurun, di mana Arka tiba setelah menempuh perjalanan panjang. Pada awalnya, Arka merasa ragu untuk berinteraksi dengannya, karena ia tahu Lira bukanlah sosok yang mudah untuk dipercaya. Namun, setelah melalui serangkaian pertemuan yang tidak direncanakan, dan menyaksikan kehebatan Lira dalam bertarung, Arka akhirnya mulai melihat bahwa mereka bisa menjadi sekutu yang kuat.

Lira adalah seorang ahli pedang, dengan keterampilan yang luar biasa. Setiap gerakan pedangnya adalah perpaduan antara kelincahan dan kekuatan yang membuat lawan-lawannya terkejut. Meskipun keras kepala dan kadang terlihat dingin, Arka bisa merasakan sesuatu yang lebih dalam pada diri Lira. Ada luka di hatinya yang belum sembuh, dan Arka tahu bahwa dibalik ketangguhannya, Lira menyimpan cerita yang belum ia ungkapkan.

Suatu malam, saat mereka beristirahat di sebuah gua yang terlindung dari badai pasir, Lira akhirnya menceritakan kisah hidupnya yang pahit. “Pasukan Darian menghancurkan keluargaku,” katanya dengan suara yang tergetar, meskipun ia berusaha keras untuk menahan emosi. “Ayahku, seorang pemimpin desa, menentang Darian. Mereka membunuhnya dan memusnahkan seluruh desaku. Ibuku dan adikku juga... tak ada yang selamat.”

Mendengar cerita itu, Arka merasakan suatu ikatan yang kuat antara dirinya dan Lira. Ia tahu apa rasanya kehilangan orang yang kita cintai, dan betapa kerasnya dunia ini bagi mereka yang tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Lira, yang selama ini tampak seperti seorang prajurit yang tak terkalahkan, ternyata telah melalui banyak penderitaan. Dalam diam, Arka berjanji pada dirinya sendiri untuk melawan Darian demi orang-orang seperti Lira, yang tak hanya kehilangan orang yang mereka cintai, tetapi juga dunia yang mereka kenal.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka semakin tumbuh. Mereka mulai saling berbagi pengalaman, berlatih bersama, dan menjadi lebih dari sekadar sekutu. Lira mengajarkan Arka cara menggunakan pedang dengan lebih efisien dan bagaimana menghadapi musuh dengan ketenangan. “Kekuatan bukan hanya tentang serangan,” kata Lira. “Tetapi tentang tahu kapan harus bertahan dan kapan harus menyerang. Terkadang, yang terpenting dalam pertempuran adalah menjaga ketenangan hati.”

Namun, dalam perjalanan mereka menuju artefak kedua, sebuah dilema besar datang menghadang. Ketika mereka melewati sebuah desa yang terletak di tengah jalan mereka, mereka melihat asap tebal yang membumbung tinggi di udara. Desa itu sedang diserang oleh pasukan Darian, yang tampaknya telah menemukan jejak mereka. Arka dan Lira tahu bahwa jika mereka tidak segera bertindak, seluruh desa bisa musnah. Tetapi, mereka juga menyadari bahwa waktu mereka terbatas, dan pencarian artefak kedua semakin mendesak.

Arka mengingatkan Lira bahwa mereka harus terus maju, karena Darian pasti akan mengirim lebih banyak pasukan untuk mengejar mereka jika mereka tertinggal lebih lama. Namun, Lira menatap Arka dengan tatapan yang tajam dan penuh keyakinan. “Kita tidak bisa mengabaikan orang-orang ini. Mereka tak bersalah,” katanya dengan suara yang penuh tekad. “Jika kita terus berjalan, kita akan meninggalkan mereka untuk mati, dan itu bukan pilihan yang bisa aku terima.”

Arka merasa terombang-ambing antara tanggung jawabnya untuk melanjutkan pencarian dan kewajiban moralnya untuk membantu orang-orang yang sedang membutuhkan. Setelah berdiskusi panjang, mereka akhirnya memutuskan untuk melindungi desa itu, meskipun ini berarti mengorbankan waktu mereka untuk menemukan artefak kedua.

Malam itu, di bawah cahaya bulan yang redup, mereka bertempur dengan gagah berani. Arka dan Lira bekerja sama dengan sempurna, memimpin penduduk desa dalam perlawanan melawan pasukan Darian. Lira dengan pedangnya yang mematikan, menghalau setiap serangan, sementara Arka menggunakan kekuatan spiritualnya untuk melindungi mereka yang lemah. Kekuatan kebersamaan yang mereka bangun terasa nyata—mereka saling melengkapi dan memberi semangat satu sama lain.

Setelah pertempuran sengit yang berlangsung sepanjang malam, akhirnya mereka berhasil mengalahkan pasukan Darian yang menyerang desa. Meski kelelahan, Arka dan Lira merasa lega karena mereka telah menyelamatkan banyak nyawa. Desa itu tetap berdiri, dan penduduknya berterima kasih kepada mereka atas keberanian mereka.

Kemenangan di desa itu membawa Arka dan Lira lebih dekat satu sama lain. Mereka tidak hanya sekadar sekutu, tetapi juga sahabat sejati yang saling mengandalkan. Arka mulai menyadari bahwa kekuatan sejati bukan hanya datang dari artefak atau kemampuan fisik semata, tetapi dari hati yang tulus dan ikatan yang terbentuk di tengah perjalanan. Persahabatan mereka, dengan segala pengorbanannya, telah mengajarkan Arka bahwa meskipun dunia penuh dengan bahaya dan kesulitan, kebersamaan dan pengorbanan adalah sumber kekuatan yang tak ternilai.

Dengan hati yang lebih ringan dan semangat yang lebih kuat, Arka dan Lira melanjutkan perjalanan mereka menuju artefak kedua. Namun, meskipun mereka telah menyelamatkan desa, Arka tahu bahwa bahaya yang lebih besar masih menanti mereka. Darian tidak akan tinggal diam, dan pencarian mereka baru saja dimulai. Tetapi sekarang, lebih dari sebelumnya, Arka merasa siap untuk menghadapi apa pun yang datang, karena ia tahu bahwa tidak ada perjalanan yang harus ditempuh seorang diri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Divine Power   Bab 111 - Penjaga Baru

    Lira menelan ludah. “Ya. Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini.”Asvaros tertawa kecil—suara yang terdengar seperti derai bayangan yang retak. “Lucu sekali. Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau pikir kau bisa memahami kekuatan yang kau miliki sekarang?”Seketika, Asvaros mengangkat tangannya, dan bayangan di sekeliling mereka menggeliat liar. Dari tanah, muncul sosok-sosok berbentuk humanoid yang terbuat dari kegelapan, mata mereka bersinar merah layaknya majikan mereka.“Kalau begitu, mari kita lihat apakah kau benar-benar layak menyebut dirimu penjaga.”Dengan satu gerakan tangan, Asvaros melepaskan gelombang energi hitam yang melesat ke arah mereka.Arka bergerak lebih dulu, melompat ke depan dan menebas energi itu dengan pedangnya. Cahaya dari bilahnya meledak dalam kilatan emas, menahan serangan Asvaros sementara Lira dan Daren mundur mencari posisi.Daren melemparkan

  • Divine Power   Bab 110 - Sang Kegelapan Yang Terasing

    Arka mengepalkan tangannya. “Apa artinya itu? Apakah dia akan tetap bersama kami?”Zaroth menggeleng. “Itu tergantung padanya.”Lira menunduk, merasakan getaran kekuatan di dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan batas antara dunia fisik dan energi yang tersembunyi di dalamnya. Dengan satu langkah, ia bisa melintasi dunia yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Tetapi apakah itu berarti ia harus meninggalkan teman-temannya?Ia mengangkat kepalanya, menatap Arka dan Daren. “Aku tidak akan meninggalkan kalian.”Arka menghela napas lega, tetapi sorot khawatir tetap ada di matanya. “Lalu, apa langkah kita selanjutnya?”Sebelum Lira sempat menjawab, seluruh ruangan mulai bergetar. Gerbang yang baru saja disegel kembali berdenyut dengan energi yang tidak stabil. Simbol-simbol di dinding menyala dengan intensitas yang tidak wajar.Zaroth memicingkan mata. “Ini tidak seharusnya terjadi…”

  • Divine Power   Bab 109 - Penjaga Keseimbangan

    Arka mengernyit. “Apa maksudmu?”Zaroth melangkah maju, dan dengan satu gerakan tangannya, bayangan-bayangan itu mundur. “Makhluk-makhluk ini bukanlah ancaman yang harus kalian hancurkan. Mereka adalah bagian dari segel, bagian dari keseimbangan.”Lira terkejut. “Jadi… mereka adalah penjaga segel?”Zaroth mengangguk. “Mereka adalah serpihan dari kekuatan yang tersegel di balik gerbang ini. Jika kalian menyerang mereka, kalian hanya akan mempercepat kehancuran segel.”Varian yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. “Lalu bagaimana kita menghentikan segel ini dari runtuh?”Zaroth menatap gerbang raksasa yang terus bergetar. “Segel ini membutuhkan sesuatu untuk menyeimbangkannya kembali. Cahaya dan kegelapan harus kembali menjadi satu.”Lira menggigit bibirnya, berpikir. “Jadi kita harus menggunakan energi kita untuk menstabilkannya?”Zaroth menatapnya dalam-dalam. “Tidak

  • Divine Power   Bab 108 - Zaroth

    Varian menatapnya tajam. “Kalian adalah orang-orang yang telah menyeberangi batas cahaya dan kegelapan. Kalian telah menerima bayangan dalam diri kalian tanpa kehilangan cahaya. Tidak ada orang lain yang bisa menghadapi ini kecuali kalian.”Lira menelan ludah, hatinya berdebar. Ia tahu sejak awal bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi kini ia merasa seakan-akan mereka sedang berjalan menuju sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.Tanpa membuang waktu, mereka menaiki tangga katedral yang berdebu dan mendorong pintu kayu yang berat. Suara deritnya bergema di aula kosong.Bagian dalam katedral terasa lebih dingin dari luar. Patung-patung malaikat di sisi ruangan tampak rusak, beberapa bahkan kehilangan wajah mereka, seolah-olah terkikis oleh waktu atau sesuatu yang lebih jahat. Di ujung aula, altar utama berdiri tegak, tetapi lantai di depannya memiliki simbol yang bersinar redup—lingkaran sihi

  • Divine Power   Bab 107 - Bayangan di Rivelle

    Mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mencapai pintu gerbang kota. Biasanya, pada jam seperti ini, gerbang masih terbuka dengan para penjaga berjaga di posnya. Namun, malam itu, gerbang tertutup rapat, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.Daren melangkah maju, mengetuk pintu gerbang kayu yang besar. “Ada orang di dalam?”Hening.Lira merapatkan mantel di tubuhnya. “Ini tidak normal…”Arka melirik pria tua itu. “Kau punya cara untuk masuk?”Senyuman kecil muncul di wajahnya. “Tentu saja.”Dengan satu ketukan tongkatnya ke tanah, simbol sihir bercahaya muncul di sekitar mereka. Udara bergetar, dan tiba-tiba, mereka tidak lagi berdiri di luar gerbang. Dalam sekejap mata, mereka telah berada di dalam kota.Namun, yang mereka lihat membuat mereka terdiam.Rivelle yang mereka kenal sebagai kota yang ramai dan penuh kehidupan kini tampak seperti kot

  • Divine Power   Bab 106 - Para Penjaga Keseimbangan

    Arka mengepalkan pedangnya, yang kini juga bersinar dengan aura yang berbeda. “Jadi, apa yang terjadi sekarang?”Penjaga itu tersenyum kecil, kemudian mengangkat tangannya. Seketika, di hadapan mereka, terbentuk sebuah lingkaran besar, mirip dengan gerbang yang mereka temui sebelumnya. Namun, kali ini, di dalam lingkaran itu, mereka bisa melihat berbagai pemandangan—kerajaan yang mereka kenal, hutan-hutan lebat, lautan luas, dan kota-kota yang masih berjuang melawan bayangan kegelapan.“Dunia tidak berhenti bergerak hanya karena kalian telah sampai di sini,” lanjut penjaga itu. “Keseimbangan tidak hanya dicapai dengan pemahaman, tetapi juga dengan tindakan. Sekarang, kalian adalah bagian dari keseimbangan itu. Dan dengan itu… kalian memiliki tugas.”Lira menatap lingkaran tersebut dengan perasaan bercampur aduk. Ia melihat wajah-wajah yang dikenalnya—orang-orang yang pernah mereka temui dalam perjalanan mereka, beber

  • Divine Power   Bab 105 - Ambang Keseimbangan

    Dan saat itu juga, kabut yang menyelimuti kota mulai menghilang, kembali ke tempatnya.Penjaga itu tersenyum. “Kalian sudah melewati ujian terakhir.”Arka menurunkan pedangnya perlahan, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Daren bersandar ke dinding, menghela napas dalam. “Satu hal yang pasti… aku tidak ingin melalui ujian seperti ini lagi.”Lira tersenyum kecil, tetapi dalam hatinya, ia tahu sesuatu.Ini bukan akhir. Ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.Beberapa waktu kemudian, mereka merasakan udara di sekitar mereka terasa lebih ringan, seakan beban yang menghimpit kota ini perlahan menghilang. Namun, di balik ketenangan itu, Lira merasakan sesuatu yang masih menggantung di udara—sebuah misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya.Sang penjaga terakhir menatap mereka dengan sorot mata yang sulit diartikan. “Kalian telah melewati ujian,”

  • Divine Power   Bab 104 - Kegelapan Yang Tak Pernah Tidur

    Kabut hitam menjalar cepat, melahap jalan-jalan Eterna seperti gelombang yang haus akan cahaya. Jeritan ketakutan menggema di udara saat penduduk kota berlarian mencari perlindungan. Bangunan-bangunan yang baru saja dipulihkan retak kembali, seakan dinding-dindingnya menyerap penderitaan dari masa lalu.Di tengah kekacauan itu, Arka, Lira, dan Daren berdiri tegak, menghadapi sosok berjubah hitam yang masih tersenyum penuh rahasia.“Kalian sudah berjuang sejauh ini,” katanya, suaranya nyaris seperti bisikan yang mengalun di udara. “Tapi kalian masih belum mengerti.”Arka mempererat genggaman pedangnya. “Berhenti bicara dalam teka-teki! Apa sebenarnya yang kau inginkan?”Penjaga itu mengangkat tangannya, dan bayangan-bayangan yang menggeliat di tanah mulai membentuk sosok-sosok yang familiar. Wajah-wajah dari masa lalu. Musuh-musuh yang telah mereka kalahkan dalam pertempuran sebelumnya—pemimpin pasukan gel

  • Divine Power   Bab 103 - Pertempuran di Gerbang Eterna

    Dia mengalirkan energinya ke dalam tanah, menghubungkan dirinya dengan Eterna. Lira dan Daren mengikuti, menyatukan kekuatan mereka.Sebuah ledakan cahaya perak meledak dari kota, meluas ke seluruh medan perang.Dan tiba-tiba… waktu berhenti.Musuh terhenti dalam gerakan mereka, pedang dan sihir membeku di udara.Langit gelap kembali bercahaya.Di depan mereka, sosok penjaga terakhir muncul kembali. “Kalian akhirnya mengerti.”Arka mendongak. “Kami tidak bisa terus bertarung. Kami harus menunjukkan bahwa keseimbangan bukan hanya impian.”Lira menambahkan, “Kami akan mengubah dunia… bukan dengan perang, tetapi dengan membangun ulang dari awal.”Penjaga itu tersenyum. “Maka biarlah dunia ini lahir kembali.”Dengan kata-kata itu, cahaya menyelimuti segalanya.Dan dunia berubah.Saat mereka membuka mata, mereka berdiri di temp

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status