Home / Pendekar / Divine Power / Bab 4 – Musuh dari Masa Lalu

Share

Bab 4 – Musuh dari Masa Lalu

Author: Mineoyoo
last update Last Updated: 2025-01-12 20:13:19

Dengan kristal biru yang kini berada di tangannya, Arka merasa semangatnya kembali menyala. Setelah melewati banyak rintangan dan ujian berat, ia akhirnya memiliki artefak pertama dari tiga yang harus ia kumpulkan. Namun, perjalanan yang penuh harapan itu segera diganggu oleh ancaman yang tak terduga. Musuh dari masa lalu yang telah lama menunggu kesempatan untuk bangkit kembali, kini datang untuk menghentikannya.

Darian. Nama itu menggema di benak Arka, meskipun ia hanya mendengar sedikit tentang penyihir gelap ini melalui desas-desus di desa. Darian dikenal sebagai penyihir yang menguasai ilmu hitam yang sangat kuat, seorang yang sangat haus kekuasaan dan telah lama berusaha menguasai artefak-artefak kuno untuk memperkuat dirinya. Jika ia berhasil mendapatkan kristal biru itu, dunia akan menghadapi bencana yang jauh lebih besar daripada apa yang pernah dibayangkan.

Arka merasa jantungnya berdegup kencang saat ia melangkah keluar dari kuil yang terlupakan, menyadari bahwa tidak hanya pencarian artefak yang harus ia jalani, tetapi juga peperangan dengan kekuatan gelap yang semakin mendekat. Ia tidak tahu persis kapan Darian mulai melacaknya, tetapi ia tahu bahwa pertempuran besar sudah menanti di depan mata.

Malam hari itu, ketika Arka beristirahat di sebuah kamp yang sederhana di pinggir hutan, perasaan aneh menyelimuti dirinya. Sesuatu yang tidak terlihat mengintai. Angin malam tiba-tiba menjadi kencang, membawa suara bisikan tak jelas di telinga Arka. Ia merasa ada yang mengawasi dari balik pepohonan. Mata Arka menyapu sekitar, tetapi yang ia lihat hanya bayang-bayang di kegelapan malam.

Tiba-tiba, dari antara kegelapan, bayangan-bayangan bergerak cepat, melesat dengan kecepatan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Pasukan bayangan. Makhluk-makhluk yang diciptakan Darian dengan kekuatan gelapnya. Mereka adalah sosok-sosok tak tampak, berwujud kabut pekat yang bergerak tanpa suara, menyerang tanpa peringatan.

Arka hanya sempat menarik pedangnya ketika bayangan pertama menyerangnya. Pedang baja yang biasa ia gunakan kini terasa terlalu lemah untuk melawan musuh-musuh yang tampaknya tak terhitung jumlahnya. Pasukan bayangan itu melesat ke arahnya, menciptakan gerakan yang begitu cepat, seolah-olah mereka bisa membaca setiap gerakannya.

Arka bertempur dengan segala yang ia miliki. Pedangnya berkilau di bawah sinar bulan, namun serangan pasukan bayangan itu lebih cepat dari yang bisa ia hadapi. Setiap serangan mengalir begitu lancar, seakan mereka bisa melihat kelemahannya. Tubuh Arka terasa semakin lelah, dan setiap langkah yang ia ambil terasa semakin berat. Ia tahu bahwa dengan fisiknya yang terbatas, ia tidak akan bisa bertahan lama.

Ketika ia merasa hampir putus asa, dan tubuhnya sudah mulai lelah karena melawan musuh yang tak berujung, ingatan akan kata-kata pendeta tua kembali terngiang di telinganya: "Kekuatan sejati bukan hanya tentang kemampuan fisik, tetapi tentang menghubungkan diri dengan alam semesta."

Arka berhenti sejenak, berusaha mengendalikan napasnya. Ia merasakan gelombang energi yang mengalir dalam dirinya, lebih kuat dari sebelumnya. Kristal biru yang tergenggam di tangan kirinya mulai bergetar, memancarkan cahaya lembut yang mulai meresap ke dalam tubuhnya. Itu bukan hanya kristal—itu adalah kunci untuk mengakses kekuatan alam yang lebih besar.

Dengan fokus yang mendalam, Arka menutup matanya sejenak, membiarkan aliran energi mengisi tubuhnya. Ia merasakan hubungan yang lebih dalam dengan alam, seperti ia bisa mendengar detak jantung bumi, aliran sungai, bahkan desah angin yang berhembus melalui pepohonan. Segala sesuatu di sekelilingnya tampak terhubung, dan dalam satu detik, Arka merasakan energi alam yang mengalir bebas melalui tubuhnya.

Mata Arka terbuka, dan ia mengangkat tangan kanannya ke udara. Tanpa sadar, ia mengarahkan kristal biru ke arah pasukan bayangan yang semakin mendekat. Sebuah cahaya biru terang meledak dari kristal itu, menyinari seluruh hutan dan membakar bayangan-bayangan itu seketika. Pasukan bayangan yang biasanya tak bisa disentuh atau dilihat dengan jelas, kini terungkap di hadapannya, terbakar oleh energi yang dia kendalikan.

Kristal biru yang ia genggam memberikan Arka kekuatan untuk memanipulasi elemen alam—angin, api, air, dan tanah—seperti yang diajarkan oleh pendeta tua. Dengan satu isyarat, ia memanggil angin kencang yang menghantam pasukan bayangan, meniup mereka jauh ke dalam hutan. Tanah bergetar di bawah kaki Arka, dan dengan kekuatan itu, ia menciptakan dinding batu yang menghalangi serangan pasukan bayangan berikutnya.

Arka bertarung dengan keyakinan baru, menggerakkan kristal biru dan mengendalikan kekuatan alam untuk melawan musuh yang sangat kuat. Pasukan bayangan mulai mundur, terhimpit oleh kekuatan alam yang luar biasa. Dalam waktu yang singkat, pasukan itu berhasil dikalahkan, dan satu per satu mereka menghilang ke dalam kegelapan, seolah-olah mereka tidak pernah ada.

Hempasan angin berhenti, dan hutan kembali sunyi. Arka berdiri di tengah medan pertempuran yang hening, napasnya terengah-engah, tetapi jiwanya penuh dengan kemenangan. Ia tahu, meskipun ia baru saja mengalahkan pasukan bayangan pertama, peperangan ini masih jauh dari selesai. Darian masih mengintai, dan ancaman yang lebih besar menunggu di depan.

Namun, kemenangan ini memberinya keyakinan bahwa ia memang dipilih untuk menjalani misi ini. Kekuatan yang ada di dalam dirinya bukan hanya berasal dari kristal biru, tetapi juga dari hubungan yang ia bangun dengan alam semesta. Dan dengan keyakinan baru itu, Arka melanjutkan perjalanannya, siap untuk menghadapi apa pun yang akan datang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Divine Power   Bab 111 - Penjaga Baru

    Lira menelan ludah. “Ya. Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini.”Asvaros tertawa kecil—suara yang terdengar seperti derai bayangan yang retak. “Lucu sekali. Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau pikir kau bisa memahami kekuatan yang kau miliki sekarang?”Seketika, Asvaros mengangkat tangannya, dan bayangan di sekeliling mereka menggeliat liar. Dari tanah, muncul sosok-sosok berbentuk humanoid yang terbuat dari kegelapan, mata mereka bersinar merah layaknya majikan mereka.“Kalau begitu, mari kita lihat apakah kau benar-benar layak menyebut dirimu penjaga.”Dengan satu gerakan tangan, Asvaros melepaskan gelombang energi hitam yang melesat ke arah mereka.Arka bergerak lebih dulu, melompat ke depan dan menebas energi itu dengan pedangnya. Cahaya dari bilahnya meledak dalam kilatan emas, menahan serangan Asvaros sementara Lira dan Daren mundur mencari posisi.Daren melemparkan

  • Divine Power   Bab 110 - Sang Kegelapan Yang Terasing

    Arka mengepalkan tangannya. “Apa artinya itu? Apakah dia akan tetap bersama kami?”Zaroth menggeleng. “Itu tergantung padanya.”Lira menunduk, merasakan getaran kekuatan di dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan batas antara dunia fisik dan energi yang tersembunyi di dalamnya. Dengan satu langkah, ia bisa melintasi dunia yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Tetapi apakah itu berarti ia harus meninggalkan teman-temannya?Ia mengangkat kepalanya, menatap Arka dan Daren. “Aku tidak akan meninggalkan kalian.”Arka menghela napas lega, tetapi sorot khawatir tetap ada di matanya. “Lalu, apa langkah kita selanjutnya?”Sebelum Lira sempat menjawab, seluruh ruangan mulai bergetar. Gerbang yang baru saja disegel kembali berdenyut dengan energi yang tidak stabil. Simbol-simbol di dinding menyala dengan intensitas yang tidak wajar.Zaroth memicingkan mata. “Ini tidak seharusnya terjadi…”

  • Divine Power   Bab 109 - Penjaga Keseimbangan

    Arka mengernyit. “Apa maksudmu?”Zaroth melangkah maju, dan dengan satu gerakan tangannya, bayangan-bayangan itu mundur. “Makhluk-makhluk ini bukanlah ancaman yang harus kalian hancurkan. Mereka adalah bagian dari segel, bagian dari keseimbangan.”Lira terkejut. “Jadi… mereka adalah penjaga segel?”Zaroth mengangguk. “Mereka adalah serpihan dari kekuatan yang tersegel di balik gerbang ini. Jika kalian menyerang mereka, kalian hanya akan mempercepat kehancuran segel.”Varian yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. “Lalu bagaimana kita menghentikan segel ini dari runtuh?”Zaroth menatap gerbang raksasa yang terus bergetar. “Segel ini membutuhkan sesuatu untuk menyeimbangkannya kembali. Cahaya dan kegelapan harus kembali menjadi satu.”Lira menggigit bibirnya, berpikir. “Jadi kita harus menggunakan energi kita untuk menstabilkannya?”Zaroth menatapnya dalam-dalam. “Tidak

  • Divine Power   Bab 108 - Zaroth

    Varian menatapnya tajam. “Kalian adalah orang-orang yang telah menyeberangi batas cahaya dan kegelapan. Kalian telah menerima bayangan dalam diri kalian tanpa kehilangan cahaya. Tidak ada orang lain yang bisa menghadapi ini kecuali kalian.”Lira menelan ludah, hatinya berdebar. Ia tahu sejak awal bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi kini ia merasa seakan-akan mereka sedang berjalan menuju sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.Tanpa membuang waktu, mereka menaiki tangga katedral yang berdebu dan mendorong pintu kayu yang berat. Suara deritnya bergema di aula kosong.Bagian dalam katedral terasa lebih dingin dari luar. Patung-patung malaikat di sisi ruangan tampak rusak, beberapa bahkan kehilangan wajah mereka, seolah-olah terkikis oleh waktu atau sesuatu yang lebih jahat. Di ujung aula, altar utama berdiri tegak, tetapi lantai di depannya memiliki simbol yang bersinar redup—lingkaran sihi

  • Divine Power   Bab 107 - Bayangan di Rivelle

    Mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mencapai pintu gerbang kota. Biasanya, pada jam seperti ini, gerbang masih terbuka dengan para penjaga berjaga di posnya. Namun, malam itu, gerbang tertutup rapat, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.Daren melangkah maju, mengetuk pintu gerbang kayu yang besar. “Ada orang di dalam?”Hening.Lira merapatkan mantel di tubuhnya. “Ini tidak normal…”Arka melirik pria tua itu. “Kau punya cara untuk masuk?”Senyuman kecil muncul di wajahnya. “Tentu saja.”Dengan satu ketukan tongkatnya ke tanah, simbol sihir bercahaya muncul di sekitar mereka. Udara bergetar, dan tiba-tiba, mereka tidak lagi berdiri di luar gerbang. Dalam sekejap mata, mereka telah berada di dalam kota.Namun, yang mereka lihat membuat mereka terdiam.Rivelle yang mereka kenal sebagai kota yang ramai dan penuh kehidupan kini tampak seperti kot

  • Divine Power   Bab 106 - Para Penjaga Keseimbangan

    Arka mengepalkan pedangnya, yang kini juga bersinar dengan aura yang berbeda. “Jadi, apa yang terjadi sekarang?”Penjaga itu tersenyum kecil, kemudian mengangkat tangannya. Seketika, di hadapan mereka, terbentuk sebuah lingkaran besar, mirip dengan gerbang yang mereka temui sebelumnya. Namun, kali ini, di dalam lingkaran itu, mereka bisa melihat berbagai pemandangan—kerajaan yang mereka kenal, hutan-hutan lebat, lautan luas, dan kota-kota yang masih berjuang melawan bayangan kegelapan.“Dunia tidak berhenti bergerak hanya karena kalian telah sampai di sini,” lanjut penjaga itu. “Keseimbangan tidak hanya dicapai dengan pemahaman, tetapi juga dengan tindakan. Sekarang, kalian adalah bagian dari keseimbangan itu. Dan dengan itu… kalian memiliki tugas.”Lira menatap lingkaran tersebut dengan perasaan bercampur aduk. Ia melihat wajah-wajah yang dikenalnya—orang-orang yang pernah mereka temui dalam perjalanan mereka, beber

  • Divine Power   Bab 105 - Ambang Keseimbangan

    Dan saat itu juga, kabut yang menyelimuti kota mulai menghilang, kembali ke tempatnya.Penjaga itu tersenyum. “Kalian sudah melewati ujian terakhir.”Arka menurunkan pedangnya perlahan, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Daren bersandar ke dinding, menghela napas dalam. “Satu hal yang pasti… aku tidak ingin melalui ujian seperti ini lagi.”Lira tersenyum kecil, tetapi dalam hatinya, ia tahu sesuatu.Ini bukan akhir. Ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.Beberapa waktu kemudian, mereka merasakan udara di sekitar mereka terasa lebih ringan, seakan beban yang menghimpit kota ini perlahan menghilang. Namun, di balik ketenangan itu, Lira merasakan sesuatu yang masih menggantung di udara—sebuah misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya.Sang penjaga terakhir menatap mereka dengan sorot mata yang sulit diartikan. “Kalian telah melewati ujian,”

  • Divine Power   Bab 104 - Kegelapan Yang Tak Pernah Tidur

    Kabut hitam menjalar cepat, melahap jalan-jalan Eterna seperti gelombang yang haus akan cahaya. Jeritan ketakutan menggema di udara saat penduduk kota berlarian mencari perlindungan. Bangunan-bangunan yang baru saja dipulihkan retak kembali, seakan dinding-dindingnya menyerap penderitaan dari masa lalu.Di tengah kekacauan itu, Arka, Lira, dan Daren berdiri tegak, menghadapi sosok berjubah hitam yang masih tersenyum penuh rahasia.“Kalian sudah berjuang sejauh ini,” katanya, suaranya nyaris seperti bisikan yang mengalun di udara. “Tapi kalian masih belum mengerti.”Arka mempererat genggaman pedangnya. “Berhenti bicara dalam teka-teki! Apa sebenarnya yang kau inginkan?”Penjaga itu mengangkat tangannya, dan bayangan-bayangan yang menggeliat di tanah mulai membentuk sosok-sosok yang familiar. Wajah-wajah dari masa lalu. Musuh-musuh yang telah mereka kalahkan dalam pertempuran sebelumnya—pemimpin pasukan gel

  • Divine Power   Bab 103 - Pertempuran di Gerbang Eterna

    Dia mengalirkan energinya ke dalam tanah, menghubungkan dirinya dengan Eterna. Lira dan Daren mengikuti, menyatukan kekuatan mereka.Sebuah ledakan cahaya perak meledak dari kota, meluas ke seluruh medan perang.Dan tiba-tiba… waktu berhenti.Musuh terhenti dalam gerakan mereka, pedang dan sihir membeku di udara.Langit gelap kembali bercahaya.Di depan mereka, sosok penjaga terakhir muncul kembali. “Kalian akhirnya mengerti.”Arka mendongak. “Kami tidak bisa terus bertarung. Kami harus menunjukkan bahwa keseimbangan bukan hanya impian.”Lira menambahkan, “Kami akan mengubah dunia… bukan dengan perang, tetapi dengan membangun ulang dari awal.”Penjaga itu tersenyum. “Maka biarlah dunia ini lahir kembali.”Dengan kata-kata itu, cahaya menyelimuti segalanya.Dan dunia berubah.Saat mereka membuka mata, mereka berdiri di temp

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status