Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, Arka dan Lira akhirnya tiba di sebuah gua yang tersembunyi di dasar sebuah gunung tinggi, tempat di mana artefak terakhir diyakini disembunyikan. Gua itu gelap dan sunyi, dengan udara yang berat dan penuh dengan aura misterius. Namun, Arka dan Lira tahu bahwa mereka sudah sangat dekat dengan tujuan mereka. Hanya satu artefak lagi yang harus ditemukan, dan dunia akan bergantung pada keberhasilan mereka.
Namun, begitu mereka memasuki gua itu, mereka merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Udara terasa semakin berat, dan tanah di bawah kaki mereka tampak bergetar seolah mengandung kekuatan yang mengancam. Mereka mendengar suara tawa yang dalam dan menggema dari kedalaman gua, suara yang mengenalinya dengan jelas—suara Darian.
Ternyata, Darian tidak hanya mengetahui keberadaan mereka, tetapi juga telah menyiapkan perangkap yang sangat jitu. Dalam pencarian untuk menguasai artefak-artefak kuno, Darian telah mengumpulkan kekuatan gelap yang luar biasa. Setiap artefak yang ia curi telah memperkuat dirinya, membuatnya semakin mendekati status dewa kegelapan. Ia kini memiliki kemampuan untuk mengendalikan kegelapan itu sendiri—sesuatu yang bahkan Arka tidak bisa bayangkan sebelumnya.
Ketika Darian muncul di hadapan mereka, ia tidak lagi terlihat seperti penyihir biasa. Wajahnya dipenuhi oleh simbol-simbol gelap, tubuhnya dikelilingi oleh aura kekuatan yang menakutkan. Kristal hitam yang berkilau di tangannya memancarkan energi yang bisa meruntuhkan apa saja yang ada di sekitarnya.
"Arka... Lira... Kalian telah lama berlari, tapi ini saatnya untuk berhenti," kata Darian, suaranya seperti desis yang datang dari dalam bumi. "Aku telah mengumpulkan semua artefak yang aku perlukan. Kekuatan yang kalian coba lawan ini sudah lebih besar daripada apa yang bisa kalian bayangkan. Dunia ini milikku."
Arka dan Lira saling bertukar pandang, mengetahui bahwa pertempuran ini bukan hanya tentang kemenangan atau kekalahan. Ini adalah perjuangan untuk melindungi dunia dari kehancuran yang telah direncanakan Darian. Dengan tekad yang bulat, mereka menghunus pedangnya, siap menghadapi musuh yang hampir tak terkalahkan ini.
Pertempuran dimulai dengan cepat dan penuh kekerasan. Darian menggerakkan tangannya, dan gelombang energi hitam keluar dari kristalnya, menghancurkan batu dan tanah di sekitarnya. Arka dan Lira melompat untuk menghindari serangan itu, namun Darian terlalu kuat. Setiap serangan yang ia lancarkan membawa kehancuran yang lebih besar, seolah alam semesta pun menahan napasnya.
Lira berusaha mendekati Darian dengan pedangnya yang tajam, tetapi Darian dengan mudah menghalau setiap serangannya. Arka, meskipun memiliki kekuatan spiritual yang besar, merasa kesulitan untuk menghadapinya. Setiap kali ia mencoba menggunakan kekuatan kristal biru untuk melawan, Darian segera menangkisnya dengan kekuatan kegelapannya. Keadaan semakin suram, dan keduanya mulai merasakan bahwa mereka akan kalah.
Saat itulah Arka teringat kata-kata pendeta bijak yang pernah ia dengar: "Kekuatan sejati bukan hanya dari satu artefak, tetapi dari gabungan segala kekuatan yang ada dalam dirimu." Sesuatu dalam dirinya terbangun. Ia menyadari bahwa untuk mengalahkan Darian, ia tidak bisa hanya mengandalkan satu artefak. Ia harus menggabungkan ketiga artefak yang telah ia kumpulkan—kristal biru, artefak pertama yang ditemukan di kuil, dan artefak terakhir yang ada di tangan Darian.
Dengan semangat baru, Arka memanggil ketiga artefak itu dan meletakkannya di tanah, di bawah cahaya bulan yang menyinari gua. Ia mulai melafalkan mantra kuno yang ia pelajari selama perjalanan. Kata-kata itu mengalir seperti sungai, membawa energi dari setiap sudut alam semesta. Ketiga artefak bersinar terang, dan Arka merasakan kekuatan ilahi yang luar biasa mengalir melalui tubuhnya.
Cahaya dari ketiga artefak menyatu, menciptakan gelombang energi yang sangat kuat. Dalam sekejap, Arka merasakan tubuhnya dipenuhi oleh cahaya ilahi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Ia merasa seolah-olah ia menjadi satu dengan alam, mengakses kekuatan yang jauh lebih besar daripada apa yang bisa dia kendalikan sebelumnya. Arka kini bukan hanya seorang petani atau pencari artefak—dia adalah pembawa cahaya yang akan melawan kegelapan.
Dengan kekuatan itu, Arka menghadapi Darian dengan penuh keberanian. Darian, yang tampaknya hampir tak terkalahkan dengan kekuatan gelapnya, terkejut melihat cahaya yang mengelilingi Arka. Dalam pertempuran yang berlangsung sengit, Arka menggunakan cahaya itu untuk melawan serangan gelap Darian, menciptakan perisai yang tidak bisa ditembus oleh kekuatan hitamnya.
Arka melangkah maju, menggunakan kekuatan yang ia rasakan dalam dirinya untuk menembus kekuatan gelap Darian. Dengan satu serangan yang dipenuhi cahaya ilahi, Arka menghancurkan kristal hitam di tangan Darian, menghilangkan sumber kekuatannya. Darian menjerit, merasakan tubuhnya terhisap oleh energi ilahi yang sangat kuat. "Ini... tidak mungkin!" serunya, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Kekuatannya mulai runtuh.
Dengan satu gerakan terakhir, Arka mengangkat tangan dan mengarahkan cahaya yang lebih kuat dari sebelumnya ke tubuh Darian. Dalam ledakan energi yang dahsyat, Darian akhirnya terhancur, dan kegelapan yang menyelimuti dunia pun menghilang. Kekuatannya terkunci dalam ruang yang tak terjangkau, dan dunia diselamatkan dari kehancuran.
Setelah pertempuran berakhir, gua itu kembali tenang, dan Arka merasa tubuhnya lemah. Cahaya yang mengalir dalam dirinya mulai memudar, tetapi ia tahu bahwa dunia kini selamat—untuk sementara waktu. Lira datang menghampiri, memandangnya dengan rasa bangga dan terharu.
“Kita berhasil, Arka,” kata Lira, suaranya penuh dengan kekaguman. “Kau telah mengalahkannya.”
Arka tersenyum lemah. "Kita berhasil bersama-sama, Lira. Kekuatan kita lebih besar ketika kita bersama. Ini bukan hanya tentang artefak, tetapi tentang hati yang tulus dan ikatan yang terbentuk selama perjalanan."
Dengan dunia yang kini terbebas dari ancaman kegelapan, Arka dan Lira berdiri di sana, merasa bahwa meskipun perjalanan mereka berakhir, perjalanan kehidupan yang lebih besar masih menanti di luar sana. Namun satu hal yang pasti—kekuatan sejati mereka tidak hanya datang dari artefak, tetapi dari persahabatan dan pengorbanan yang telah mereka jalani bersama.
Dengan terjatuhnya Darian dan dunia yang diselamatkan dari kegelapan, Arka merasa sebuah beban berat di pundaknya perlahan menghilang. Kemenangan itu, meskipun manis, tidak sepenuhnya memberikan ketenangan yang ia harapkan. Dunia telah berubah, dan Arka tahu bahwa meskipun satu ancaman besar telah dikalahkan, banyak bahaya lain yang masih mengintai di luar sana. Kekuatan yang ia miliki—yang ia temukan melalui perjuangannya—adalah sesuatu yang lebih besar dari apa yang bisa ia pahami sebelumnya. Namun, ia menyadari bahwa tugasnya belum selesai.Arka kembali ke Desa Mandala, desa yang telah membesarkannya, dengan perasaan campur aduk. Orang-orang di desa menyambutnya dengan sukacita, penuh rasa terima kasih atas apa yang telah ia lakukan. Namun, Arka tidak merasa sepenuhnya seperti pahlawan. Ia merasakan bahwa meskipun dunia di sekitarnya telah diselamatkan, dirinya sendiri masih berada dalam perjalanan yang belum selesai. Takdir yang dijanjikan kepadanya—sebagai penjaga keseim
Kehidupan di Desa Mandala, yang sempat tenang setelah kekalahan Darian, kembali dihantui oleh kegelisahan. Arka dan Lira telah melalui banyak hal—pertempuran besar, penemuan kekuatan luar biasa dalam diri mereka, dan mengalahkan seorang penyihir gelap yang mengancam keseimbangan dunia. Namun, kedamaian itu tak berlangsung lama. Meski Darian telah terjatuh, sebuah ancaman baru mulai muncul, lebih besar dan lebih mengerikan daripada apa yang pernah mereka hadapi sebelumnya.Di pasar desa, desas-desus tentang sebuah entitas kuno yang disebut Penguasa Alam mulai terdengar. Beberapa orang mengatakan bahwa ia adalah makhluk yang tak terhingga usianya, yang mampu mengendalikan elemen-elemen dasar alam: api, air, tanah, dan udara. Ada yang mengklaim bahwa ia adalah penjaga keseimbangan dunia yang sebenarnya, seorang entitas yang hidup di luar batas-batas dimensi yang diketahui manusia, mengamati dan menjaga dunia dari kerusakan yang disebabkan oleh kelahiran dan keserakahan
Setelah merenungkan kata-kata Sira, Arka dan Lira akhirnya memutuskan untuk menemui Penguasa Alam secara langsung. Mereka tahu bahwa ini adalah langkah yang penuh resiko, tetapi mereka tidak bisa mundur. Tugas mereka adalah mencari pemahaman, bukan sekadar kemenangan dalam pertempuran. Mereka harus mencari tahu apa yang sebenarnya diinginkan Penguasa Alam, dan apakah tujuan besar ini sejalan dengan misi mereka untuk melindungi dunia.Perjalanan menuju pusat pegunungan terpencil itu terasa sangat berbeda. Arka merasakan bahwa kekuatan yang ada dalam dirinya semakin kuat. Elemen-elemen alam—api, air, angin, dan tanah—seperti mulai berkomunikasi dengannya. Setiap langkah yang ia ambil, ia merasa lebih terhubung dengan kekuatan alam semesta. Dari setiap hembusan angin yang menyapu wajahnya, hingga tanah yang mengalir di bawah kakinya, seolah semuanya berbisik, mengingatkannya pada sesuatu yang lebih besar dari dirinya. Arka tidak hanya merasakan kekuatan itu, ia mulai
Setelah melewati ujian berat yang menguji kekuatan fisik, spiritual, dan mental mereka, Arka dan Lira berdiri di hadapan Penguasa Alam, yang kini melihat mereka bukan lagi sebagai dua pejuang biasa, tetapi sebagai penjaga potensi keseimbangan dunia. Namun, keputusan yang akan mereka buat selanjutnya adalah keputusan yang akan menentukan jalan hidup mereka.“Untuk memperoleh pengakuan sejati,” suara Penguasa Alam bergema dengan kebijaksanaan yang mendalam, “kalian harus memilih antara tetap menjadi bagian dari dunia yang kalian kenal, atau menerima tugas yang lebih besar—menjaga keseimbangan alam ini dan dunia manusia. Kekuatan yang kalian miliki sekarang bukan hanya milik kalian, tetapi milik dunia ini. Kalian harus siap untuk konsekuensi dari setiap tindakan.”Arka dan Lira saling bertatapan, merasa beban tanggung jawab yang sangat berat menimpa pundak mereka. Dunia yang mereka kenal, dengan desa mereka yang damai, kini terasa jauh lebih
Kedamaian yang mereka harapkan setelah memperoleh kekuatan dari Penguasa Alam segera berubah menjadi mimpi buruk. Dunia manusia, yang tampak tenang, ternyata penuh dengan ketegangan dan ancaman yang lebih besar dari yang mereka bayangkan. Arka dan Lira kembali ke dunia mereka dengan keyakinan bahwa tugas mereka belum selesai, namun mereka tidak tahu bahwa bayangan ancaman yang lebih mengerikan tengah menyebar ke seluruh penjuru dunia.Setelah mendengar kabar tentang kemenangan mereka atas Darian, dunia mulai terbangun dari ketidaktahuan. Nama mereka dikenal luas sebagai pahlawan yang mengalahkan penyihir gelap. Namun, ada satu makhluk yang lebih kuat dan lebih berbahaya daripada Darian, dan dia telah lama menunggu untuk muncul dari kegelapan: Raja Kegelapan.Raja Kegelapan adalah sosok yang tidak hanya menguasai dunia bawah, tetapi juga merupakan entitas kuno yang telah berabad-abad mengumpulkan kekuatan dari kegelapan dan bayangan. Ia tinggal di dimen
Setelah mendapatkan peta dari Yuno, Arka, Lira, dan prajurit pemberontak itu memulai perjalanan menuju Gerbang Kegelapan, yang akan membawa mereka ke Dunia Bayangan, tempat di mana Raja Kegelapan dan pasukannya bersembunyi. Dalam hati mereka, ada ketegangan yang tak terungkapkan, karena mereka tahu betapa berbahayanya dunia yang akan mereka masuki—sebuah dunia yang tidak hanya terpisah dari dunia manusia, tetapi juga di luar pemahaman mereka. Di dunia ini, waktu tidak berjalan seperti biasanya, dan kegelapan menyelimuti setiap inci dari keberadaannya.Perjalanan Menyusuri BayanganPerjalanan menuju gerbang dimulai dengan penuh ketidakpastian. Mereka melewati hutan yang gelap, lembah-lembah yang sunyi, dan pegunungan yang terjal. Setiap langkah mereka terasa berat, dan udara di sekitar mereka semakin lama semakin menekan. Arka merasakan getaran aneh dalam tubuhnya, seperti ada kekuatan yang tak terlihat mengalir melalui tanah dan udara. Seiring be
Mereka telah melalui banyak ujian fisik dan magis, tetapi kini perjalanan Arka, Lira, dan Yuno memasuki babak yang lebih gelap—uji ketahanan mental dan emosional. Dunia Bayangan bukan hanya tempat penuh kegelapan luar, tetapi juga tempat kegelapan dalam diri mereka yang paling dalam. Setiap langkah mereka terasa semakin menekan, dan suara bisikan yang datang dari bayangannya semakin kuat.Arka: Takut Akan KegagalanArka, yang selalu merasa dipilih untuk tugas besar ini, menghadapi ketakutannya yang paling mendalam: kegagalan. Selama ini, ia merasa bahwa dunia bergantung pada keputusannya, namun dalam hatinya yang terdalam, ia selalu meragukan kemampuannya untuk mengatasi semua itu. Bayangannya muncul di hadapannya, sosok yang mengenakan jubah hitam, dengan wajah yang tidak pernah terlihat jelas. Namun, suara bisikan itu jelas terdengar.“Kau tak bisa melakukannya, Arka,” kata bayangannya, suaranya penuh keraguan. “Kau akan gagal. Dunia ini akan
Kota Kegelapan menyambut mereka dengan senyap, namun atmosfernya begitu mencekam—seakan-akan setiap sudutnya dipenuhi dengan suara bisikan dari dunia yang terlupakan. Udara di sana berat dan kental dengan energi gelap, membuat setiap langkah terasa seperti menginjak tanah yang dingin dan berbatu. Arka, Lira, dan Yuno melangkah dengan hati-hati, merasakan bagaimana kekuatan gelap mulai menguji ketahanan mereka.Kota ini adalah tempat di mana dimensi gelap bertemu dengan dunia nyata. Kegelapan yang pekat seolah melahap segalanya, dan bayangan-bayangan yang bergerak dengan cepat tampak melayang di udara. Makhluk-makhluk bayangan ini berkeliling di antara mereka, sebagian besar hanya ilusi, tetapi cukup kuat untuk mengalihkan perhatian dan merusak semangat. Namun, mereka tidak berhenti. Misi mereka lebih besar daripada rasa takut.“Mereka datang,” bisik Yuno, sambil menatap bayang-bayang yang mulai mengintai mereka dari kegelapan.Lira menggenggam pedangnya erat, si
Dia mengalirkan energinya ke dalam tanah, menghubungkan dirinya dengan Eterna. Lira dan Daren mengikuti, menyatukan kekuatan mereka.Sebuah ledakan cahaya perak meledak dari kota, meluas ke seluruh medan perang.Dan tiba-tiba… waktu berhenti.Musuh terhenti dalam gerakan mereka, pedang dan sihir membeku di udara.Langit gelap kembali bercahaya.Di depan mereka, sosok penjaga terakhir muncul kembali. “Kalian akhirnya mengerti.”Arka mendongak. “Kami tidak bisa terus bertarung. Kami harus menunjukkan bahwa keseimbangan bukan hanya impian.”Lira menambahkan, “Kami akan mengubah dunia… bukan dengan perang, tetapi dengan membangun ulang dari awal.”Penjaga itu tersenyum. “Maka biarlah dunia ini lahir kembali.”Dengan kata-kata itu, cahaya menyelimuti segalanya.Dan dunia berubah.Saat mereka membuka mata, mereka berdiri di temp
Arka menghunus pedangnya, berdiri di gerbang Eterna saat pasukan dari dunia lama mulai berkumpul di kejauhan.“Kita sudah mengubah dunia,” katanya. “Sekarang, kita harus melindunginya.”Lira berdiri di sampingnya, lingkaran sihirnya berpendar perak.Daren mengeluarkan belatinya dan menyeringai. “Sepertinya kita belum selesai bertarung.”Di cakrawala, bayangan pasukan mulai mendekat. Dunia yang baru telah lahir. Namun perjuangan untuk menjaganya baru saja dimulai.Ketika fajar merekah di ufuk timur, mewarnai langit dengan semburat merah darah. Di kejauhan, pasukan dari dunia lama berkumpul, bagaikan badai yang siap menghancurkan Eterna.Arka berdiri di puncak tembok kota, matanya mengamati gerakan musuh. Bendera-bendera berkibar tinggi, membawa lambang cahaya mutlak dan kegelapan total. Di tengah barisan mereka, para ksatria berjubah putih berdiri dengan senjata bercahaya, sementara
Angin sejuk berembus melewati reruntuhan kota saat Arka, Lira, dan Daren berdiri di hadapan makhluk-makhluk bayangan yang kini perlahan mulai menemukan bentuk mereka. Beberapa dari mereka tampak lebih manusiawi, sementara yang lain masih bergetar dalam wujud yang belum stabil. Mata mereka bersinar perak, seakan mencerminkan dunia yang telah berubah.Salah satu makhluk itu melangkah lebih dekat. Tubuhnya yang sebelumnya tampak seperti kabut hitam kini mulai memadat, membentuk sosok seorang pria tinggi dengan rambut panjang keperakan dan jubah yang berkibar. Matanya menatap langsung ke arah Arka, Lira, dan Daren, penuh rasa ingin tahu dan kehati-hatian.“Kami telah tidur begitu lama… terjebak dalam kegelapan tanpa akhir. Kini, kami bangun dalam dunia yang asing. Kalian yang mengubah segalanya. Kalian… siapa?”Lira menelan ludah. Bagaimana mereka harus menjelaskan semua ini?Arka melangkah maju, suaranya man
Ia menatap mereka bertiga dengan kagum. “Kalian adalah yang pertama memahami bahwa keseimbangan bukan tentang dominasi, tetapi tentang penerimaan.”Daren menghela napas. “Lalu… apa yang terjadi sekarang?”Sang Penjaga menatap bola kristal yang kini perlahan menjadi transparan. “Dunia akan berubah. Kalian telah mematahkan siklus pertempuran abadi ini.”Arka melihat ke arah bola kristal. Ada sesuatu yang baru di dalamnya—sebuah cahaya yang lembut, bukan hanya emas atau hitam, tetapi perak, warna yang menggabungkan keduanya.Lira menyentuhnya. “Jadi… ini adalah keseimbangan yang sesungguhnya.”Sang Penjaga tersenyum. “Ya. Dan sekarang, tugas kalian adalah menjaganya.”Di luar kuil, langit berubah. Matahari dan bulan bersinar berdampingan, menciptakan dunia baru yang tidak lagi dibagi antara terang dan gelap.Dan bagi Arka, Lira, dan Daren—perjalanan mereka baru saja dimula
Saat tangan mereka menyentuh bola kristal, ledakan cahaya perak memenuhi ruangan. Tubuh mereka terasa ringan seolah melayang, dan dalam sekejap, mereka terlempar ke dalam ruang tanpa batas—gelap, luas, dan sunyi.Lira membuka matanya dan mendapati dirinya berdiri di atas permukaan reflektif, seakan melangkah di atas air yang tidak beriak. Namun, tidak ada langit di atasnya, hanya kehampaan yang berpendar samar.“Arka? Daren?” panggilnya.Suara langkah mendekat, dan dari kejauhan, dua sosok muncul. Arka dan Daren. Namun ada sesuatu yang berbeda.Mereka bertiga berdiri dalam keheningan, saling menatap. Kemudian, dari bayangan yang berpendar di bawah mereka, muncul dua sosok lain. Salah satunya berselubung cahaya keemasan, sementara yang lain adalah kegelapan pekat yang seakan menyerap semua cahaya di sekitarnya.“Kalian telah datang sejauh ini.”Suaranya menggema, berasal dari dua so
Saat cahaya dan kegelapan mereda, mereka berdiri di dalam sebuah aula luas. Dinding-dindingnya berlapis kristal transparan, memantulkan bayangan mereka yang tampak berbeda—kadang bercahaya seperti bintang, kadang gelap seperti malam tanpa bulan. Lantai di bawah mereka berupa lingkaran besar dengan pola rumit yang berpendar perlahan, seolah menunggu sesuatu untuk diaktifkan.Di tengah ruangan, sebuah altar berdiri. Dan di atasnya, mengambang tanpa penopang, terdapat sebuah bola kristal yang bercahaya dengan warna perak.Lira menatapnya dengan takjub. “Itu… inti keseimbangan?”Sang penjaga mengangguk. “Bukan sekadar itu. Ini adalah sisa dari kekuatan yang pernah digunakan untuk menciptakan dunia ini. Cahaya dan kegelapan yang tak terpisahkan, yang dulu dipisahkan oleh mereka yang takut akan keseimbangan.”Arka melangkah mendekat, tetapi tiba-tiba, ruangan bergetar. Dari bayangan di sudut-sudut ruangan, soso
Arka, Lira, dan Daren berdiri di tanah yang asing. Langit di atas mereka bukanlah biru cerah maupun kelam gulita, melainkan perpaduan warna ungu dan emas yang berpendar lembut, seolah dua kekuatan besar tengah berdansa dalam harmoni yang rapuh. Di sekeliling mereka, hamparan daratan terbentang dengan lanskap yang tidak mereka kenali—pepohonan bercahaya dengan dedaunan perak, sungai berkilauan yang mengalir seperti cermin cair, dan di kejauhan, sebuah kuil raksasa menjulang dengan arsitektur yang tampak seperti perpaduan antara keagungan cahaya dan misteri kegelapan.“Kita… di mana?” gumam Daren, suaranya bergetar.Sang penjaga, yang kini berdiri di dekat mereka tanpa jubahnya yang berkelebat, tampak lebih jelas. Sosoknya tinggi, dengan rambut perak yang berkilauan seperti bintang. Matanya berpendar dalam dua warna—satu keemasan, satu hitam pekat.“Kalian berada di persimpangan,” jawabnya. “Tempat yang berada di luar
Saat itu juga, gerbang batu di hadapan mereka bergetar dan mulai terbuka, memperlihatkan cahaya keemasan yang menyilaukan di baliknya.Mereka telah membuktikan diri. Mereka telah memahami bahwa kegelapan bukanlah sesuatu yang harus dihancurkan, tetapi sesuatu yang harus diterima sebagai bagian dari keseimbangan.Dengan langkah mantap, mereka melangkah melewati gerbang, menuju rahasia yang telah lama tersembunyi dalam kedalaman ini.Saat mereka melangkah lebih dalam, mereka menemukan diri mereka berada di sebuah lorong yang diterangi oleh kristal bercahaya. Cahaya dari kristal-kristal itu terasa aneh—bukan hanya menerangi, tetapi juga mengisi udara dengan energi yang berdenyut seperti detak jantung.Di ujung lorong, sebuah ruangan lain terbuka. Di tengahnya, ada sebuah singgasana batu besar dengan sosok berjubah hitam duduk di atasnya. Wajahnya tersembunyi dalam kegelapan, tetapi matanya bersinar seperti b
"Mereka adalah penjaga pertama," sosok berjubah itu berkata. "Pertempuran antara terang dan gelap telah berlangsung sejak dahulu kala. Namun, hanya sedikit yang menyadari bahwa jawaban tidak berada dalam perlawanan, melainkan keseimbangan."Lira menggigit bibirnya. "Jadi ini bukan tentang menghancurkan kegelapan... tapi menyatu dengannya?"Sosok itu mengangguk. "Kalian telah memahami pelajaran pertama. Namun perjalanan kalian baru saja dimulai. Rahasia yang lebih dalam menanti di balik gerbang terakhir."Arka menghela napas panjang, merasakan energi baru mengalir dalam tubuhnya. "Kalau begitu, tunjukkan jalan kami."Sosok berjubah itu mengangkat tangannya, dan altar di tengah ruangan bergeser, memperlihatkan sebuah tangga batu yang berkelok-kelok turun ke dalam kegelapan. Sebuah suara bergema dari bawah sana, bukan lagi bisikan samar, melainkan panggilan yang nyata."Jejak kegelapan sejati men