Arka, seorang pemuda petani dari Desa Mandala, tiba-tiba terpilih untuk menjalani takdir besar setelah mendengar suara gaib yang memberitahukan bahwa dunia membutuhkan penyeimbang. Dengan bantuan artefak kuno, Arka memulai perjalanan untuk mencari tiga artefak yang tersebar di dunia guna menghadapi ancaman kekuatan gelap yang dapat menghancurkan keseimbangan dunia. Dalam perjalanannya, ia bertemu dengan Lira, seorang prajurit wanita yang memiliki masa lalu kelam, dan Yuno, seorang pemberontak yang ingin membalas dendam pada Raja Kegelapan. Bersama-sama, mereka melawan makhluk-makhluk gaib dan menghadapi ujian batin yang menguji keberanian dan tekad mereka. Setelah mengalahkan Darian, seorang penyihir gelap, mereka menyadari bahwa ancaman yang lebih besar mengintai: Raja Kegelapan, seorang entitas yang menguasai dunia bayangan. Dalam pertarungan final, Arka dan teman-temannya berhasil mengalahkan Raja Kegelapan dan menyelamatkan dunia. Namun, mereka menyadari bahwa perjalanan mereka belum selesai. Dunia yang telah diselamatkan masih membutuhkan perlindungan, dan mereka memutuskan untuk terus menjaga keseimbangan antara dunia manusia dan kekuatan gaib, memahami bahwa kekuatan sejati terletak pada kebijaksanaan, pengorbanan, dan cinta yang tak terhingga.
Lihat lebih banyakArka tinggal di Desa Mandala, sebuah desa kecil yang terletak di kaki gunung yang menjulang tinggi. Desa ini dikenal akan kedamaian dan keindahan alamnya, tetapi juga terkadang diselimuti oleh kabut misterius yang datang entah dari mana. Kehidupan Arka sederhana, ia bekerja sebagai seorang petani, membantu orang tuanya, dan tidak banyak berurusan dengan dunia luar. Hari-harinya berjalan dengan tenang, jauh dari hiruk-pikuk dunia luar yang penuh kegelisahan.
Namun, malam itu segalanya berubah. Saat Arka terlelap di kamarnya yang sederhana, tubuhnya tiba-tiba terbangun oleh suara gemuruh yang datang dari luar. Seolah dunia berguncang, suara itu bagaikan ribuan guntur yang menyatu, mengguncang bumi dan membangkitkan rasa takut yang dalam. Arka terperanjat. Ia membuka matanya, mendengarkan suara itu semakin dekat. Tiba-tiba, cahaya terang yang memancar dari langit menyinari desa, mengubah malam yang kelam menjadi seakan siang.
Dengan terburu-buru, Arka berlari ke jendela kamar. Ia terbelalak melihat sebuah pendaran cahaya yang sangat terang, yang tidak bisa dijelaskan oleh akalnya. Dari langit yang cerah itu, sebuah suara bergema dalam benaknya, menembus pikiran dan jiwanya. Suara yang tidak berasal dari dunia ini.
“Kekuatan ilahi ada di dalam dirimu, Arka. Takdirmu telah dimulai,” suara itu terdengar begitu jelas, bagaikan gema yang tak bisa diabaikan.
Arka terpaku, tubuhnya terasa kaku seolah dihimpit kekuatan yang tak tampak. Suara itu tidak dapat dipahami dengan logika manusia biasa, namun ada sesuatu yang sangat kuat dalam setiap kata yang disampaikan. Ia menoleh ke sekeliling kamar, mencari asal suara itu, namun yang tampak hanya kesunyian malam yang penuh keanehan.
Dalam kebingungannya, pintu kamarnya terbuka dengan sendirinya. Dari dalam kegelapan yang ada di luar sana, muncul sosok seorang pria misterius. Pria itu berdiri tegak di ambang pintu, mengenakan jubah yang terbuat dari kain bercahaya, seakan berpadu dengan langit malam yang penuh misteri. Matanya, meskipun terlihat tajam, memancarkan ketenangan dan kedamaian yang aneh, seolah-olah ia datang dari dunia yang berbeda.
“Siapa… siapa kau?” tanya Arka dengan suara gemetar, namun suaranya tak mampu menutupi rasa takut yang semakin membesar di dadanya.
Pria itu melangkah maju dengan tenang, seolah sudah mengetahui setiap gerak-gerik Arka. "Nama saya Eldor. Aku seorang penjaga alam semesta, dan aku di sini untuk memberitahumu bahwa takdirmu telah tiba."
Arka terkejut. Penjaga alam semesta? Tak pernah ia mendengar hal seperti itu sebelumnya. Ia hanyalah seorang petani biasa, hidup di desa kecil ini, jauh dari dunia luar yang penuh dengan misteri. Kenapa ia? Apa maksud dari kata-kata itu?
“Takdir? Apa yang kamu maksud?” Arka berusaha menahan kegelisahan yang semakin mendera.
Eldor menatapnya dengan tatapan yang dalam, penuh arti. "Tak ada yang kebetulan di dunia ini, Arka. Setiap jiwa memiliki tujuan, dan tujuanmu telah lama tertulis. Kekuatan yang terpendam dalam dirimu adalah kunci untuk menyelamatkan dunia ini. Kegelapan akan datang, dan hanya seseorang seperti dirimu yang bisa menghadapinya."
Arka merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, namun di balik rasa takut itu ada dorongan yang tak bisa dijelaskan. Sesuatu yang terbangun dalam dirinya, seolah kekuatan yang lama terkubur kini mulai menyentuh permukaan. Namun, keraguan masih menguasai dirinya.
"Tapi… aku tidak tahu apa-apa tentang kekuatan itu," jawab Arka, suara serak. "Aku hanya seorang petani."
“Bukan hanya petani, Arka,” Eldor berkata dengan lembut. “Kekuatan itu ada dalam dirimu, meskipun kamu belum menyadarinya. Ini adalah takdirmu, dan dunia bergantung padamu."
Suara itu kembali bergema dalam benaknya, lebih kuat dari sebelumnya. “Jangan takut, Arka. Takdirmu telah dimulai. Waktunya untuk memilih.”
Arka terdiam, tubuhnya kaku. Ia tahu tak ada jalan mundur, tak ada pilihan lain. Dunia yang ia kenal telah berubah dalam sekejap, dan kini ia harus memilih apakah ia akan menerima takdir ini atau melarikan diri dari kenyataan yang tak terelakkan.
Eldor melangkah mundur sedikit, memberi ruang bagi Arka untuk berpikir. “Perjalananmu dimulai malam ini. Jika kamu siap, ikutlah denganku.”
Arka melihat kembali ke desa yang telah lama menjadi rumahnya. Semua yang ia kenal, keluarganya, teman-temannya, dan kedamaian desa ini, seolah terancam oleh sesuatu yang lebih besar. Ia tahu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, bahwa dirinya bukan lagi sekadar seorang petani. Ia adalah bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar.
Dengan langkah ragu namun penuh keyakinan, Arka menganggukkan kepalanya. Ia tahu, tak ada jalan mundur.
“Baiklah. Aku siap,” jawabnya, meskipun hatinya penuh dengan keraguan.
Eldor tersenyum. “Maka perjalananmu dimulai. Dunia menunggumu, Arka.”
Dan malam itu, Arka meninggalkan desa yang telah menjadi tempatnya tumbuh, menuju perjalanan yang tak akan pernah ia lupakan. Takdirnya telah dimulai.
Lira menelan ludah. “Ya. Aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini.”Asvaros tertawa kecil—suara yang terdengar seperti derai bayangan yang retak. “Lucu sekali. Kau pikir kau bisa menghentikanku? Kau pikir kau bisa memahami kekuatan yang kau miliki sekarang?”Seketika, Asvaros mengangkat tangannya, dan bayangan di sekeliling mereka menggeliat liar. Dari tanah, muncul sosok-sosok berbentuk humanoid yang terbuat dari kegelapan, mata mereka bersinar merah layaknya majikan mereka.“Kalau begitu, mari kita lihat apakah kau benar-benar layak menyebut dirimu penjaga.”Dengan satu gerakan tangan, Asvaros melepaskan gelombang energi hitam yang melesat ke arah mereka.Arka bergerak lebih dulu, melompat ke depan dan menebas energi itu dengan pedangnya. Cahaya dari bilahnya meledak dalam kilatan emas, menahan serangan Asvaros sementara Lira dan Daren mundur mencari posisi.Daren melemparkan
Arka mengepalkan tangannya. “Apa artinya itu? Apakah dia akan tetap bersama kami?”Zaroth menggeleng. “Itu tergantung padanya.”Lira menunduk, merasakan getaran kekuatan di dalam tubuhnya. Ia bisa merasakan batas antara dunia fisik dan energi yang tersembunyi di dalamnya. Dengan satu langkah, ia bisa melintasi dunia yang tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Tetapi apakah itu berarti ia harus meninggalkan teman-temannya?Ia mengangkat kepalanya, menatap Arka dan Daren. “Aku tidak akan meninggalkan kalian.”Arka menghela napas lega, tetapi sorot khawatir tetap ada di matanya. “Lalu, apa langkah kita selanjutnya?”Sebelum Lira sempat menjawab, seluruh ruangan mulai bergetar. Gerbang yang baru saja disegel kembali berdenyut dengan energi yang tidak stabil. Simbol-simbol di dinding menyala dengan intensitas yang tidak wajar.Zaroth memicingkan mata. “Ini tidak seharusnya terjadi…”
Arka mengernyit. “Apa maksudmu?”Zaroth melangkah maju, dan dengan satu gerakan tangannya, bayangan-bayangan itu mundur. “Makhluk-makhluk ini bukanlah ancaman yang harus kalian hancurkan. Mereka adalah bagian dari segel, bagian dari keseimbangan.”Lira terkejut. “Jadi… mereka adalah penjaga segel?”Zaroth mengangguk. “Mereka adalah serpihan dari kekuatan yang tersegel di balik gerbang ini. Jika kalian menyerang mereka, kalian hanya akan mempercepat kehancuran segel.”Varian yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. “Lalu bagaimana kita menghentikan segel ini dari runtuh?”Zaroth menatap gerbang raksasa yang terus bergetar. “Segel ini membutuhkan sesuatu untuk menyeimbangkannya kembali. Cahaya dan kegelapan harus kembali menjadi satu.”Lira menggigit bibirnya, berpikir. “Jadi kita harus menggunakan energi kita untuk menstabilkannya?”Zaroth menatapnya dalam-dalam. “Tidak
Varian menatapnya tajam. “Kalian adalah orang-orang yang telah menyeberangi batas cahaya dan kegelapan. Kalian telah menerima bayangan dalam diri kalian tanpa kehilangan cahaya. Tidak ada orang lain yang bisa menghadapi ini kecuali kalian.”Lira menelan ludah, hatinya berdebar. Ia tahu sejak awal bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi kini ia merasa seakan-akan mereka sedang berjalan menuju sesuatu yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan.Tanpa membuang waktu, mereka menaiki tangga katedral yang berdebu dan mendorong pintu kayu yang berat. Suara deritnya bergema di aula kosong.Bagian dalam katedral terasa lebih dingin dari luar. Patung-patung malaikat di sisi ruangan tampak rusak, beberapa bahkan kehilangan wajah mereka, seolah-olah terkikis oleh waktu atau sesuatu yang lebih jahat. Di ujung aula, altar utama berdiri tegak, tetapi lantai di depannya memiliki simbol yang bersinar redup—lingkaran sihi
Mereka melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mencapai pintu gerbang kota. Biasanya, pada jam seperti ini, gerbang masih terbuka dengan para penjaga berjaga di posnya. Namun, malam itu, gerbang tertutup rapat, dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana.Daren melangkah maju, mengetuk pintu gerbang kayu yang besar. “Ada orang di dalam?”Hening.Lira merapatkan mantel di tubuhnya. “Ini tidak normal…”Arka melirik pria tua itu. “Kau punya cara untuk masuk?”Senyuman kecil muncul di wajahnya. “Tentu saja.”Dengan satu ketukan tongkatnya ke tanah, simbol sihir bercahaya muncul di sekitar mereka. Udara bergetar, dan tiba-tiba, mereka tidak lagi berdiri di luar gerbang. Dalam sekejap mata, mereka telah berada di dalam kota.Namun, yang mereka lihat membuat mereka terdiam.Rivelle yang mereka kenal sebagai kota yang ramai dan penuh kehidupan kini tampak seperti kot
Arka mengepalkan pedangnya, yang kini juga bersinar dengan aura yang berbeda. “Jadi, apa yang terjadi sekarang?”Penjaga itu tersenyum kecil, kemudian mengangkat tangannya. Seketika, di hadapan mereka, terbentuk sebuah lingkaran besar, mirip dengan gerbang yang mereka temui sebelumnya. Namun, kali ini, di dalam lingkaran itu, mereka bisa melihat berbagai pemandangan—kerajaan yang mereka kenal, hutan-hutan lebat, lautan luas, dan kota-kota yang masih berjuang melawan bayangan kegelapan.“Dunia tidak berhenti bergerak hanya karena kalian telah sampai di sini,” lanjut penjaga itu. “Keseimbangan tidak hanya dicapai dengan pemahaman, tetapi juga dengan tindakan. Sekarang, kalian adalah bagian dari keseimbangan itu. Dan dengan itu… kalian memiliki tugas.”Lira menatap lingkaran tersebut dengan perasaan bercampur aduk. Ia melihat wajah-wajah yang dikenalnya—orang-orang yang pernah mereka temui dalam perjalanan mereka, beber
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen