Home / Urban / Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel / Pertarungan di Hutan Kesepian.

Share

Pertarungan di Hutan Kesepian.

Author: Jimmy Chuu
last update Last Updated: 2025-09-26 19:41:21

"Kau tahu siapa yang mengirim kami?" tanya pemimpin itu sambil mengacungkan pedang pendek.

"Orang pengecut yang tidak berani datang sendiri," Peter menjawab sambil menyentuh gagang sesuatu yang tersembunyi di balik mantelnya. "Tapi itu tidak masalah. Aku akan mengirim kalian sebagai pesan balasan."

Kelima pemburu bayaran itu saling bertatapan sejenak, kemudian pemimpin mereka bersuara dengan nada yang dingin dan mengancam. "Serahkan Batu Langit. Ini peringatan terakhir."

Peter menatap mereka dengan mata yang tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Tangannya menyentuh gagang Pedang Naga Emas yang tersembunyi, namun belum menghunus senjata itu. Suasana hutan menjadi sunyi total, seolah semua makhluk malam menahan napas menunggu apa yang akan terjadi.

"Kau minta batu?" Peter berkata dengan suara yang tenang namun menusuk. "Aku beri dulu cermin, agar kau melihat siapa yang akan tertimbun tanah malam ini."

Kabut malam semakin mengental di antara pepohonan Hutan Kesepian, membuat jarak pan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel   Gerbang Banteng Bermata Satu.

    Peter tersenyum dengan ekspresi yang membuat kelima penjaga itu merasa tidak nyaman. Ada sesuatu dalam senyum itu yang mengingatkan mereka pada predator yang sedang memainkan mangsa sebelum menyerang."Mundur bukan pilihan," Peter berkata sambil meletakkan tangan kanan di gagang Pedang Naga Emas yang tersembunyi. "Mati memang pilihan. Tapi bukan untuk saya."Cassius tiba-tiba melempar salah satu belatinya dengan kecepatan tinggi, mengarah langsung ke dada Peter. Bilah itu membelah udara dengan bunyi siulan tajam yang memecah keheningan malam.Peter memiringkan tubuhnya setengah jari dengan gerakan yang sangat halus, belati itu meluncur melewati kain bajunya tanpa melukai sedikitpun. Belati itu menancap dalam di pintu kayu di belakangnya."Refleks yang bagus," Cassius bergumam dengan mata yang mulai serius."Refleks orang yang sering diajak menari kematian," Peter membalas sambil menginjak maju dengan kecepatan yang tiba-tiba meningkat drastis.Pertarungan dimulai dalam sekejap. Peter

  • Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel   Langkah Baju Putih ke Gedung Suryakanta.

    "Akan ada kedamaian setelah malam ini," Peter menjawab dengan tersenyum tipis yang tidak mencapai matanya.Peter berjalan keluar dari toko sambil membawa pakaian duka yang akan dipakainya untuk misi malam ini. Sinar matahari sore mulai meredup, memberi isyarat bahwa waktu yang dinanti-nantikan akan segera tiba.Di kamar penginapan, Peter mengenakan kemeja putih yang terasa dingin di kulitnya. Ia memasang pita putih di lengan kiri dan mengikat pinggang dengan kain putih yang kontras mencolok dengan kegelapan yang akan ia hadapi."Ada yang harus dikuburkan malam ini," Peter bergumam sambil menatap pantulan dirinya di cermin kecil. "Bukan manusia, melainkan kesombongan palsu yang bersembunyi di balik simbol banteng."Peter menyimpan Pedang Naga Emas dalam rangsel kain hitam yang disampirkan di punggungnya. Sisa Serbuk Pelenyap Jejak dimasukkan ke kantong kecil di pinggang, siap digunakan jika diperlukan untuk menghilangkan bukti.Malam mulai turun ketika Peter berjalan keluar dari pengin

  • Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel   Baju Duka.

    Peter mulai menggeledah kantong pemimpin kelompok dan menemukan sebuah surat yang dilipat rapi dalam kantong kulit. Surat itu ditulis di kertas tebal dengan cap lilin berwarna merah yang berbentuk banteng bermata satu. Di dalamnya tertulis pesan singkat dengan tinta hitam, "Kirim: Batu Langit. Eksekusi: Subuh Ketiga.""Banteng bermata satu," Peter bergumam sambil menatap cap lilin itu dengan mata yang menyipit. "Organisasi yang suka bermain simbol."Peter mengeluarkan kantong kecil berisi serbuk putih keabu-abuan dari dalam mantelnya. Serbuk Pelenyap jejak yang ia buat dari ramuan khusus yang dipelajari di dunia kultivasi. Ia menaburkan serbuk itu di atas kelima jasad dengan gerakan yang hati-hati dan presisi.Asap tipis mulai mengepul dari jasad-jasad itu dengan aroma garam hangus yang menyengat hidung. Dalam hitungan menit, kelima tubuh itu mulai larut menjadi uap tipis yang bercampur dengan kabut malam, tidak meninggalkan jejak apapun seolah pertarungan itu tidak pernah terjadi.

  • Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel   Pertarungan di Hutan Kesepian.

    "Kau tahu siapa yang mengirim kami?" tanya pemimpin itu sambil mengacungkan pedang pendek."Orang pengecut yang tidak berani datang sendiri," Peter menjawab sambil menyentuh gagang sesuatu yang tersembunyi di balik mantelnya. "Tapi itu tidak masalah. Aku akan mengirim kalian sebagai pesan balasan."Kelima pemburu bayaran itu saling bertatapan sejenak, kemudian pemimpin mereka bersuara dengan nada yang dingin dan mengancam. "Serahkan Batu Langit. Ini peringatan terakhir."Peter menatap mereka dengan mata yang tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Tangannya menyentuh gagang Pedang Naga Emas yang tersembunyi, namun belum menghunus senjata itu. Suasana hutan menjadi sunyi total, seolah semua makhluk malam menahan napas menunggu apa yang akan terjadi."Kau minta batu?" Peter berkata dengan suara yang tenang namun menusuk. "Aku beri dulu cermin, agar kau melihat siapa yang akan tertimbun tanah malam ini."Kabut malam semakin mengental di antara pepohonan Hutan Kesepian, membuat jarak pan

  • Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel   Anak Panah di Penginapan Melati.

    Penginapan Melati terbenam dalam keheningan malam yang dipecah hanya oleh detak jam dinding kayu di koridor lantai dua. Lampu minyak berkekuatan rendah memancarkan cahaya kekuningan yang merayap di sepanjang papan lantai yang berderit pelan.Peter duduk di tepi tempat tidur sederhana di kamar nomor tujuh, menatap kotak berisi Artefak Batulangit yang diletakkan di atas meja kayu. Batu itu masih memancarkan kehangatan samar, seperti jantung yang berdetak lambat dalam tidur yang gelisah.Tik.Bunyi halus seperti jarum yang menusuk kayu terdengar dari arah jendela. Peter menoleh dengan mata yang tajam, melihat sebatang anak panah kecil yang menancap di kusen jendela kayu. Bilahnya berkilau dengan lapisan tipis yang memancarkan bau logam dingin dan sedikit manis."Kalau berani memancing, semestinya siap ditelan kail," gumam Peter sambil bangkit dengan gerakan yang tenang.Tik. Tik.Dua anak panah lagi menancap berturut-turut, satu di ambang pintu dan satu lagi memadamkan lampu koridor deng

  • Dokter Ajaib Dari Dunia Paralel   Konsekuensi Kemenangan.

    "Pria sederhana itu membawa badai pulang," bisik seseorang di barisan belakang dengan nada yang tercampur kagum dan khawatir.Andrew merasa lega namun juga cemas dengan perhatian yang kini tertuju pada mereka. Marni menjaga jarak dengan kerumunan, instingnya mengatakan bahwa situasi bisa berubah berbahaya kapan saja.Qiyue menutup pelelangan dengan salam yang formal namun hangat. "Terima kasih atas partisipasi tamu-tamu terhormat. Semoga barang-barang yang berpindah tangan malam ini membawa keberuntungan bagi pemilik barunya."Musik alat petik kembali mengalun pelan dari speaker tersembunyi, memberikan latar yang menenangkan untuk penutupan acara. Para tamu mulai bergerak dalam kelompok-kelompok kecil, sebagian menuju pintu keluar, sebagian lain berbisik-bisik di sudut ruangan.Staf menyerahkan nota pembayaran kepada Peter dalam amplop bermeterai emas. Suara pena yang menggores kertas, bunyi cap lilin yang ditekan, dan gesekan sarung tangan putih pada dokumen resmi menciptakan simfoni

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status