LOGINEmpat ratus lebih pasukan Negara Yumai maju. Mereka berdesak-desakan sampai-sampai tidak ada ruang sedikit pun. Semuanya menganggap Tirta mudah dihabisi. Mereka tampak sangat antusias.Manuel yang berdiri di paling belakang perlahan mengeluarkan pistol dan membidik bahu Tirta. Dia tertawa, lalu berkomentar, "Apa hebatnya Tirta? Aku rasa musuh besar Negara Yumai ini cuma orang bodoh. Aku akan memberikan kontribusi besar untuk negara."Menghadapi kepungan dan serangan musuh, ekspresi Tirta tetap terlihat tenang. Dia berdiri di tempat sambil berbicara dengan santai, "Dasar segerombolan pecundang! Suara mereka berisik sekali!"Arata berujar, "Apa Tirta begitu mudah dihadapi? Nggak mungkin, Manuel tolol ini terlalu sombong. Ilona ada di mana ... aku mau bawa dia pulang."Arata tidak percaya Tirta bisa ditangkap. Dia diam-diam mundur dan mulai mencari Ilona.Dor! Tiba-tiba, terdengar suara tembakan. Manuel mencari kesempatan untuk menembak bahu Tirta. Dia seolah-olah melihat momen Tirta dita
Tirta yang memegang Pedang Terbang bertanya, "Bukannya tadi kamu utus orang untuk cari aku? Kenapa? Sekarang kamu nggak berani mengenaliku lagi setelah aku keluar sendiri?"Ekspresi Arata tampak panik. Dia berseru seraya menunjuk Tirta, "Ah ... kamu itu Tirta! Ternyata kamu benar-benar datang ke Negara Yumai. Kalau begitu, kamu juga yang membunuh keponakanku?"Tirta bisa langsung menebaknya setelah berpikir sejenak. Dia menyahut, "Benar, aku memang Tirta. Aku juga yang membunuh keponakanmu. Apa ... Axel yang memberitahumu semua ini?"Setelah mengenali identitas Tirta, Manuel mencekik Arata dan berteriak, "Sialan kamu, ternyata putrimu menggoda Tirta untuk mencelakai putraku! Sepertinya kamu yang menyuruh putrimu berbuat begitu. Apa kamu berniat mengkhianati Negara Yumai?"Arata menimpali, "Bukan begitu, Pak Manuel. Putriku nggak tahu ... salah, justru karena putriku tahu identitas Tirta, dia baru mengorbankan kesuciannya dan menjebak Tirta di sini. Dia menunggu pasukan Negara Yumai men
Ilona yang terkejut bertanya, "Pak Tirta, apa yang ingin kamu lakukan?"Setelah Ilona melontarkan perkataannya, dia mendengar jeritan histeris banyak orang. Tirta membunuh puluhan pasukan Negara Yumai di samping. Ada yang kepalanya putus, bahkan bagian patahannya sangat mulus. Darah menggenang di lantai.Ilona membatin, 'Jangan-jangan Pak Tirta mau membunuh mereka semua?'Sebagai orang Negara Yumai, perasaan Ilona kalut saat melihat saudara sebangsanya dibantai. Namun, dia tidak menghentikan Tirta. Ilona melihat Arata yang berada di tengah kerumunan dengan ekspresi khawatir. Dia tidak tahu harus melakukan apa.Pada saat yang sama, suara jeritan histeris menarik perhatian semua orang. Manuel bergidik dan melihat ke arah pasukan yang mati.Manuel segera mengarahkan pasukannya, "Ada yang mati? Apa ini perbuatan orang Negara Darsia itu? Cepat lihat kondisinya!""Siap!" sahut para pasukan.Namun, sebelum ratusan pasukan itu mendekat, banyak kaki dan tangan terpental lagi. Mereka menjerit, "
Tirta langsung menggendong Ilona keluar dari kolam.Melihat tindakan Tirta, wajah Ilona memerah. Dia yang baru pertama kali merasakan kepuasan dan kesenangan seperti ini bertanya, "Kenapa? Apa Pak Tirta ... mau ganti tempat?"Tirta menyahut seraya mengernyit, "Sut! Ada yang datang, jangan bergerak."Namun, Tirta tidak panik. Dia segera mengerahkan Teknik Menghilang dan Teknik Senyap untuk menyelubungi mereka berdua."Ada yang datang? Mana mungkin?" tanya Ilona. Begitu berpikiran seperti ini, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki segerombolan orang.Manuel yang berjalan di paling depan. Arata juga buru-buru berjalan ke dekat kolam pemandian air panas. Selain itu, pasukan di belakang mengepung tempat ini dengan ketat.Ilona langsung membatin dengan panik, 'Gawat, ternyata ayahku dan atasannya yang datang. Selain itu, kenapa mereka membawa begitu banyak pasukan? Jangan-jangan mereka sudah tahu identitas Pak Tirta?'Awalnya Ilona mengira dia dan Tirta pasti mati karena pasukan yang datang
Arata berkata, "Bukannya itu mobil Manuel? Kenapa dia juga datang ke sini? Bahkan dia membawa banyak pasukan. Nggak bisa! Kalau dia dan pasukannya menemukan Ilona dulu, aku nggak bisa menyelamatkan Ilona lagi."Begitu memikirkan hal ini, Arata segera menyuruh sopir menghentikan mobil. Dia membuka pintu, lalu turun dari mobil dan mencegat pasukan Manuel.Arata berseru, "Pak Manuel, ini aku! Cepat hentikan mobilnya! Aku mau diskusikan masalah penting dengan Bapak!"Manuel yang melihat Arata mencegat pasukannya tidak turun dari mobil. Dia hanya membuka jendela mobil dan bertanya dengan tenang, "Arata, ada apa?"Arata berusaha tersenyum dan menyahut, "Pak Manuel, bukannya Bapak beri aku waktu satu jam untuk membawa Ilona dan orang Negara Darsia sialan itu ke hadapanmu? Waktu satu jam belum habis, untuk apa Bapak datang bawa pasukan sendiri?""Seharusnya sekarang Bapak menemani Pak Sandero dan mengobrol dengannya. Mungkin dia masih bisa pulih. Biar aku yang menangkap Ilona dan orang Negara
Salah satu anggota Keluarga Ravian bertanya, "Eh, kenapa Master Asraf pergi? Kamu mau pergi ke mana?"Melihat Asraf pergi, semua anggota Keluarga Ravian langsung mengejarnya. Namun, Asraf sudah menghilang dalam sekejap.Banyak pria dari Keluarga Ravian merasa kagum pada Asraf. Salah satu dari mereka memuji, "Master Asraf memang hebat. Kecepatannya tak tertandingi. Kita baru bisa mengejarnya kalau mengendarai mobil."Sebagian wanita yang picik menegur Aluna."Semuanya salah Aluna sialan ini! Kamu bicara sembarangan!""Kita butuh bantuan Master Asraf untuk melawan pemuda bernama Tirta itu. Sekarang kamu buat Master Asraf pergi. Bagaimana kalau kamu yang melawan Tirta?""Memangnya kamu bisa melawan Tirta? Apa kamu mau mengandalkan dadamu itu?""Dasar anak nggak berguna! Nggak salah kakekmu mengurungmu!""Kenapa kamu diam saja? Cepat cari kamar dan kurung dirimu sendiri! Tanpa persetujuan kami, kamu nggak boleh keluar! Apa kamu mau tunggu orang lain yang turun tangan?"Padahal Aluna berbai






