Share

Bab 75

Penulis: Hazel
"Benar. Kalau nggak, mana mungkin aku memilih batu-batu itu?" balas Tirta dengan santai.

"Jangan mimpi, nggak mungkin ada giok di kedua batu itu!" tegur Gilang sambil mengepalkan tangan dengan erat. Dia yakin Tirta tidak akan seberuntung itu.

"Kenapa diam saja? Cepat dipotong!" perintah Irene yang sudah tidak sabar. Dia sudah tidak sabar untuk melihat isinya.

Staf menuruti perkataan Tirta dengan hanya memotong sedikit. Alhasil, terlihat begitu banyak giok di dalamnya. Kualitasnya bahkan tidak main-main!

"Buset! Ternyata omongannya memang benar!"

"Semua ini giok berkualitas tinggi!"

"Gila! Dia ini manusia atau dewa?"

"Ini bukan mimpi, 'kan?"

Para staf seketika menjadi heboh. Mereka tidak bisa memercayai penglihatan sendiri. Sementara itu, Gilang berkata dengan wajah pucat dan bercucuran keringat, "Nggak mungkin, ini nggak mungkin!"

Semua ini adalah batu mentah pilihannya. Gilang gagal menyadari kehebatan ketiga batu itu, tetapi Tirta malah berhasil menyadarinya. Ini adalah kenyataan yan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Hendri Vic Purba
saya sudah baca cerita versi cinanya, ceritanya sangat menarik
goodnovel comment avatar
hans
semakin ngaur jalan ceritanya novel ini
goodnovel comment avatar
HARRY CHANDRA
top up nya .bisa Di kurangi sedikit ga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1533

    Tak lama kemudian, Tirta keluar dari kamar. Dia mencuci tangan, lalu berjalan ke ruang makan di lantai 1. Kala ini, Susanti, Agatha, Irene, Aiko, Naura, Nia, Melati, Tina, Laras, dan Kimmy sudah kembali dari kebun buah.Nabila dan Bella duduk bersama, sedangkan Yasmin duduk di samping Nabila. Makanan lezat yang dipadankan dengan sekelompok wanita cantik benar-benar menggugah selera. Namun, belum ada yang mulai makan.Tirta menelan ludah, lalu duduk di kursi bagian tengah. Dia mengambil sendok dan memakan tiram yang lezat sebelum bertanya, "Kak Farida, kenapa kalian nggak makan? Mana Bi Ayu dan Bi Elisa? Kenapa mereka nggak ikut makan?"Sepertinya Nabila masih marah kepada Tirta karena masalah tadi pagi dan hadiah. Dia memutar bola matanya pada Tirta, lalu mendengus dan menyahut, "Kepala keluarga belum turun, mana mungkin ada yang berani makan?"Nabila melanjutkan, "Kamu masih berani menanyakan tentang Bi Ayu dan Bi Elisa. Entah berapa lama kamu menyiksa mereka semalam. Sampai sekarang

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1532

    Setelah dirangsang Tirta, tubuh Arum menegang dan wajahnya memerah. Dia juga tidak memberontak. Arum hanya menunduk dan berbicara dengan lirih.Tirta tertawa dan menimpali, "Tenang saja, Kak Arum. Aku pasti akan buat kamu hamil anakku. Itu cuma masalah waktu. Kalau nggak, sekarang kita beraksi dulu."Melihat Arum yang pasrah, Tirta mulai tidak sabar. Dia melepaskan baju Arum. Sementara itu, Arum menghela napas dengan wajah memerah. Sudah jelas hatinya tergerak.Namun, Arum merasa khawatir. Dia menarik bajunya supaya aksi Tirta tidak berhasil. Arum menolak, "Jangan ... Tirta. Banyak orang tunggu kamu makan di lantai bawah."Arum meneruskan, "Setidaknya butuh waktu satu jam lebih begitu kamu melakukannya. Kalau kamu belum turun, mereka pasti akan naik untuk memanggilmu. Sebaiknya kita baru lakukan itu nanti malam, kamu boleh melakukannya sesuka hatimu ...."Tirta menyukai Arum yang selalu menurutinya dan nggak pernah cemburu. Dia memeluk Arum dan menciumnya lagi, lalu berpikir sejenak se

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1531

    Melihat Devika pergi dengan membanting pintu, sebenarnya Marila yang berada di dalam kamar berniat mengejar Devika untuk menenangkannya. Namun, Marila merasa menghubungi Tirta lebih penting begitu teringat dengan latar belakang Tirta yang menyedihkan.Jadi, Marila tidak jadi mengejar Devika. Hanya saja, saat Marila menelepon, Tirta sama sekali tidak menjawab panggilan teleponnya.Belasan menit kemudian, dia terus menelepon Tirta belasan kali. Akan tetapi, Tirta tetap tidak menjawab panggilan telepon. Marila yang merasa tidak berdaya meletakkan ponselnya, lalu bergumam, "Apa Pak Tirta terancam bahaya?"Bagaimanapun, Marila juga tidak tahu beberapa hari yang lalu Nabila tidak sengaja menjatuhkan ponsel Tirta hingga rusak. Tirta juga tidak memakai nomor telepon lamanya lagi dan langsung membeli ponsel baru."Nggak bisa. Sebaiknya aku ajak Shinta untuk lihat kondisi Pak Tirta di Desa Persik," ucap Marila.Marila tidak ragu-ragu terlalu lama. Setelah membereskan barangnya, dia keluar dari k

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1530

    "Ini ...," ucap Devika. Saat dia lanjut membalikkan halaman dokumen, tiba-tiba dia melihat suatu informasi yang membuatnya mengernyit. Devika langsung teringat rumor tentang Keluarga Hadiraja di ibu kota yang pernah didengarnya.Devika membaca isi dokumen, "Delapan belas tahun yang lalu, Kepala Keluarga Hadiraja yang sakit parah sekarat. Semua keturunan sah Keluarga Hadiraja, baik yang berkembang di luar negeri atau dalam negeri langsung datang ke ibu kota. Mereka mengincar hak kendali dan kekayaan Keluarga Hadiraja yang dikuasai kepala keluarganya, Elhan.""Waktu itu, anak pertama Elhan yang bernama Orion merupakan kandidat yang paling berhak dan kompeten untuk mewarisi hak kendali Keluarga Hadiraja dari semua keturunan sah. Sayangnya, setelah Orion menjenguk Elhan di rumah sakit, rumor beredar Orion yang terpukul nggak sadarkan diri dan menjadi lumpuh total," lanjut Devika.Devika meneruskan, "Istri Orion dan anaknya yang baru lahir juga menghilang di rumah sakit secara misterius. Ak

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1529

    Tirta menegang begitu Yasmin mencengkeram kemaluannya. Tubuhnya bergetar, dia segera menyingkirkan Yasmin sembari menegur, "Sialan .... Yasmin, cepat lepaskan! Itu bukan hadiah, kamu salah! Minggir!"Tirta juga tidak menyangka Yasmin malah menemukan barang asli dari hadiah tersebut. Melihat Tirta yang emosional, Yasmin mengira Tirta tidak rela memberikan hadiah kepadanya.Yasmin mendengus dan marah-marah, "Kakak Guru jahat! Jelas-jelas aku sudah menemukan hadiahnya, tapi kamu masih nggak mau mengaku! Dasar pelit! Kalau kamu nggak mau berikan padaku, aku ambil sendiri!"Kemudian ... sebenarnya Tirta ingin menghentikan Yasmin. Namun, Tirta takut dia tanpa sadar kehilangan kendali dan menyakiti Yasmin.Apa daya, akhirnya dia membiarkan Yasmin berbuat sesuka hatinya. Lagi pula, tidak ada yang melihat. Jadi, Tirta tidak mempermasalahkannya.Yasmin bergumam, "Eh? Jelas-jelas bentuknya sama. Kenapa barangnya melekat di tubuh Kakak Guru?"Setelah beberapa saat, ekspresi Yasmin menjadi makin an

  • Dokter Ajaib Primadona Desa   Bab 1528

    "Nggak, Kakak Guru. Aku cuma penasaran dengan hadiahmu. Kalau Kak Bella dan Kak Nabila nggak mau, Kakak Guru berikan padaku saja ya?" kata Yasmin.Yasmin samar-samar melihat 2 benda yang unik, berbentuk elips, panjang, dan dibuat dari batu giok. Melihat Tirta menyembunyikannya, Yasmin yang penasaran berjalan ke belakang Tirta untuk mengecek. Hanya saja, Tirta sudah memasukkan kedua barang itu ke dalam Cincin Penyimpanan. Jadi, kedua tangannya kosong. Tentu saja Yasmin tidak bisa menemukannya.Yasmin yang curiga bertanya, "Eh ... aneh. Jelas-jelas tadi aku lihat barangnya, kenapa tiba-tiba menghilang? Kakak Guru, apa kamu menyembunyikan hadiahnya?"Tirta menyangkal, "Mana ada hadiah? Yasmin, kamu pasti salah lihat. Aku cuma bercanda dengan kedua kakakmu. Kalau nggak, mereka juga nggak mungkin marah sampai-sampai meninggalkanku di sini."Bagaimanapun, barang itu tidak cocok dipakai Yasmin. Tirta sendiri juga harus menunggu sampai dirinya menerobos tingkat pembentukan fondasi sebelum men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status