Share

Bab 8

Kehidupan setelah pernikahan Cheryl dan Abercio tidak begitu banyak berubah Cheryl masih saja sibuk dengan pekerjaannya di klinik, sedangkan Abercio akan menunggunya di rumah sambil melakukan hal-hal kecil seperti membereskan rumah atau dia akan melihat acara televisi.

Terkadang kalau ia bosan di rumah maka Abercio akan pergi ke klinik sekedar melihat-lihat saja. Ia tidak akan mengganggu pekerjaan istrinya jika Cheryl sibuk merawat para pasien, Abercio akan menunggu di ruangan Cheryl.

Tapi walaupun begitu setidaknya mereka setiap hari sarapan dan makan malam bersama, selalu bertukar kabar walaupun itu bukan sesuatu yang penting. Misalnya saling memberi kabar jika mereka sedang atau mau melakukan sesuatu.

"Sudah lama ya?" tanya Cheryl saat memasuki ruangannya dan melihat ada Abercio disana sambil bermain hp.

"Tidak juga." jawab Abercio setelah melihat siapa yang baru saja memasuki ruangan. Lalu dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana yang ia kenakan.

"Ada apa? Tumben jam segini ada disini?" tanya Cheryl, lalu ia duduk di kursinya yang ada didepan abercio dengan sebuah meja sebagai pembatas.

"Tidak ada, aku hanya bosan di rumah." jawab Abercio.

"Hmm, I see." ucap Cheryl menganggukkan kepalanya seakan mengerti.

"Bagaimana kalau kamu ikut aku ke suatu tempat? Biar tidak bosan." ajak Cheryl tiba-tiba sambil tersenyum kearah Abercio.

"Kemana?" tanya Abercio dengan mengerutkan keningnya sedikit bingung, karena di klinik terlihat sangat ramai dan banyak sekali pasien. Ayolah, tidak mungkin jika Cheryl akan meninggalkan pekerjaannya begitu saja hanya karena ingin mengajak Abercio pergi untuk mengusir kebosanan.

"Ikut saja," jawab Cheryl.

 "Tapi bukankah klinik sangat sibuk? Apa tidak apa-apa jika kamu pergi meninggalkan klinik begitu saja?" tanya Abercio seolah ingin meyakinkan dirinya jika Cheryl benar-benar mengajaknya keluar.

"Tenang saja, ada om Burhan kok sama dokter indra. Lagian aku ingin mengajakmu ke suatu tempat untuk terapi kesembuhan kamu juga. Jadi Om Burhan tidak akan keberatan." jelas Cheryl.

Abercio semakin tidak mengerti, tapi dia berusaha mengikuti apa yang dikatakan oleh Cheryl. terapi kesembuhan yang bagaimana maksud Cheryl. Oh iya ia lupa jika dirinya saat ini sedang berakting sebagai pasien Cheryl yang sedang lupa ingatan. 'Oh, aku mengerti sekarang.' batin abercio.

Senyum tipis terlihat dari sudut bibir Abercio, entah kenapa dia senang tanpa alasan hanya karena Cheryl mengajaknya keluar jalan dengan dalih terapi untuk kesembuhannya. Anggap saja ini sebagai nge-date pertama mereka setelah menikah.

Cheryl melepaskan jas putih yang ia kenakan, lalu ia mengambil tas kecil diatas meja kerjanya. "Ayoo." ajak Cheryl kemudian, lalu ia berjalan menuju ke pintu keluar yang diikuti oleh Abercio dibelakangnya.

Walaupun terlihat tenang dan seperti tidak ada yang istimewa, namun sebenarnya Abercio merasa sangat bahagia hingga rasanya dadanya itu ingin meledak saking senangnya dia saat ini. 

Cheryl meminjam motor milik salah satu pegawai klinik, karena mobil klinik sedang tidak ada di tempat. Mungkin ada yang sedang memakainya, pikir Cheryl.

"Apa kamu yakin akan memakai ini?" tanya Abercio saat melihat motor matic yang akan mereka kendarai.

"Kenapa? Bukankah akan terlihat romantis jika kita memakainya?" goda Cheryl sambil tertawa kecil. "Aku duduk dibelakang sambil memeluk pinggangmu, bukankah itu benar-benar terlihat romantis seperti yang ada di drama-drama gitu."

"Korban drama." ucap Abercio sedikit kesal.

"Tapi masalahnya aku tidak tahu bagaimana cara mengendarai sepeda motor." lanjut Abercio pelan seakan malu mengakui jika dia memang tidak bisa mengemudikan sepeda motor.

"Hah? Serius kamu tidak bisa mengendarai sepeda motor?" tanya Cheryl yang memang terkejut mendengarnya. Karena ia tidak habis pikir di jaman seperti ini masih saja ada yang tidak bisa mengendarai sepeda motor.

Dengan wajah kesalnya Abercio mengangguk, matanya melihat ke sembarang arah untuk menghindari tatapan mata Cheryl. "Kenapa? Apanya yang aneh kalau tidak bisa mengendarai sepeda motor." kesalnya.

Cheryl tersenyum melihat Abercio yang ternyata bisa malu juga, entah kenapa di mata Cheryl itu terdengar lucu, ditambah lagi raut wajah Abercio yang cemberut begitu semakin menggemaskan dimata Cheryl.

Ya, walaupun pernikahan mereka terjadi karena desakan para warga, namun tidak seperti yang ada di buku-buku novel atau drama dan semacamnya yang menampilkan pemeran utamanya akan saling musuhan atau kalau tidak mereka akan saling menjaga jarak satu sama lain dan sejenisnya.

Kehidupan mereka tetap sama, Cheryl sebagai dokter dan Abercio sebagai pasien yang memang harus di jaga. Kalaupun ada persamaannya dengan yang ada di novel-novel yaitu mereka masih saja tidur terpisah.

Ya tentu saja alasan mereka karena mereka belum siap serta mereka sudah sepakat akan menjalani hubungan pernikahan mereka pelan-pelan sampai Abercio bisa mengingat semua tentang dirinya dan sampai mereka sudah bisa saling cinta.

"Kamu saja yang nyetir, akan bahaya kalau aku yang didepan. Aku yakin bukan terapi kesembuhan yang aku dapatkan jika aku yang nyetir. Justru kita berdua yang ada dapat terapi dari dokter Ortopedi karena patah tulang setelah jatuh masuk got atau nabrak pohon di pinggir jalan." gerutu Abercio.

"Iya, iya, kenapa kamu sekarang menjadi sangat banyak bicara. Tidak seperti Abercio yang dulu kukenal." jawab Cheryl sambil tertawa kecil.

Bagaimana tidak? Dulu saat awal mereka bertemu sikap Abercio sangat dingin seolah sulit tersentuh. Sikap dinginnya itu seperti kulkas 12 pintu sehingga kalau bicara dengannya hawanya seperti kita tinggal di kutub selatan begitu dingin.

Belum lagi wajahnya yang selalu berekspresi datar membuat orang takut untuk menyapa duluan walaupun Abercio sangat tampan.

"Pengaruh bergaul dengan dokter terlalu ramah seperti kamu  makanya gini," jawab Abercio.

"Bagus dong, jadi aku tuh membawa dampak positif buat kamu." bela Cheryl sambil mengambil helm untuk mereka pakai.

"Kamu memang suatu keajaiban yang sangat indah dalam hidupku." lirih Abercio.

"Hah? Kamu ngomong apa?" tanya Cheryl yang memang tidak mendengar apa yang dikatakan Abercio. Karena dia sudah meletakkan helm diatas kepalanya.

Abercio hanya menggeleng sambil tersenyum, lalu ia mencubit pelan pipi Cheryl yang membuat Cheryl bingung dengan sikapnya. Lalu Cheryl bersiap untuk memakaikan helm diatas kepala Abercio.

Melihat Cheryl dengan jarak sedekat ini membuat jantung Abercio berdetak kencang. Ia terus menatap wajah Cheryl tak berkedip.

'Cantik,' batin Abercio.

"Udah selesai, yuk berangkat." ajak Cheryl.

"Hem," jawab Abercio yang bersiap untuk naik di belakang.

Dengan kecepatan standar, Cheryl membawa Abercio ke tempat yang ia maksudkan. Jalanan itu tidak bagitu asing diingatan Abercio. 'Bukankah ini jalan menuju ke gunung?' batinnya.

Setelah sampai di lokasi yang ingin mereka kunjungi, kini Cheryl memarkirkan motornya ke tempat parkir yang sudah disediakan pihak penyelenggara.

"Ayo naik." ajak Cheryl.

"Bukankah ini__"

"Iya benar, aku ingin mengajakmu kesini karena aku ingin kamu bisa segera mengingat sesuatu."

"Tapi__"

"Tenang saja, aku akan menemanimu." Cheryl meraih tangan Abercio menggenggamnya sambil mengelus punggung tangannya. Cheryl menyadari perubahan raut wajah Abercio, sekilas auranya gelap dan sangat berbeda dari yang tadi sebelum mereka sampai di lereng gunung.

'Aku tidak terpikirkan sama sekali jika kamu akan mengajakku kesini setelah 8 bulan berlalu sejak kejadian itu.' 

'Aku pastikan siapapun orang yang sudah berani mengincar nyawaku, aku jamin mulai sekarang hidupnya tidak akan tenang.' batin Abercio dengan sorot mata penuh amarah.

Bersambung ...

Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Daeng Mac
bagus sekali ceritanya..
goodnovel comment avatar
Pudyas Tuti
cukup menarik jalan ceritanya
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status