Kehidupan setelah pernikahan Cheryl dan Abercio tidak begitu banyak berubah Cheryl masih saja sibuk dengan pekerjaannya di klinik, sedangkan Abercio akan menunggunya di rumah sambil melakukan hal-hal kecil seperti membereskan rumah atau dia akan melihat acara televisi.
Terkadang kalau ia bosan di rumah maka Abercio akan pergi ke klinik sekedar melihat-lihat saja. Ia tidak akan mengganggu pekerjaan istrinya jika Cheryl sibuk merawat para pasien, Abercio akan menunggu di ruangan Cheryl.Tapi walaupun begitu setidaknya mereka setiap hari sarapan dan makan malam bersama, selalu bertukar kabar walaupun itu bukan sesuatu yang penting. Misalnya saling memberi kabar jika mereka sedang atau mau melakukan sesuatu."Sudah lama ya?" tanya Cheryl saat memasuki ruangannya dan melihat ada Abercio disana sambil bermain hp."Tidak juga." jawab Abercio setelah melihat siapa yang baru saja memasuki ruangan. Lalu dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana yang ia kenakan."Ada apa? Tumben jam segini ada disini?" tanya Cheryl, lalu ia duduk di kursinya yang ada didepan abercio dengan sebuah meja sebagai pembatas."Tidak ada, aku hanya bosan di rumah." jawab Abercio."Hmm, I see." ucap Cheryl menganggukkan kepalanya seakan mengerti."Bagaimana kalau kamu ikut aku ke suatu tempat? Biar tidak bosan." ajak Cheryl tiba-tiba sambil tersenyum kearah Abercio."Kemana?" tanya Abercio dengan mengerutkan keningnya sedikit bingung, karena di klinik terlihat sangat ramai dan banyak sekali pasien. Ayolah, tidak mungkin jika Cheryl akan meninggalkan pekerjaannya begitu saja hanya karena ingin mengajak Abercio pergi untuk mengusir kebosanan."Ikut saja," jawab Cheryl. "Tapi bukankah klinik sangat sibuk? Apa tidak apa-apa jika kamu pergi meninggalkan klinik begitu saja?" tanya Abercio seolah ingin meyakinkan dirinya jika Cheryl benar-benar mengajaknya keluar."Tenang saja, ada om Burhan kok sama dokter indra. Lagian aku ingin mengajakmu ke suatu tempat untuk terapi kesembuhan kamu juga. Jadi Om Burhan tidak akan keberatan." jelas Cheryl.Abercio semakin tidak mengerti, tapi dia berusaha mengikuti apa yang dikatakan oleh Cheryl. terapi kesembuhan yang bagaimana maksud Cheryl. Oh iya ia lupa jika dirinya saat ini sedang berakting sebagai pasien Cheryl yang sedang lupa ingatan. 'Oh, aku mengerti sekarang.' batin abercio.Senyum tipis terlihat dari sudut bibir Abercio, entah kenapa dia senang tanpa alasan hanya karena Cheryl mengajaknya keluar jalan dengan dalih terapi untuk kesembuhannya. Anggap saja ini sebagai nge-date pertama mereka setelah menikah.Cheryl melepaskan jas putih yang ia kenakan, lalu ia mengambil tas kecil diatas meja kerjanya. "Ayoo." ajak Cheryl kemudian, lalu ia berjalan menuju ke pintu keluar yang diikuti oleh Abercio dibelakangnya.Walaupun terlihat tenang dan seperti tidak ada yang istimewa, namun sebenarnya Abercio merasa sangat bahagia hingga rasanya dadanya itu ingin meledak saking senangnya dia saat ini. Cheryl meminjam motor milik salah satu pegawai klinik, karena mobil klinik sedang tidak ada di tempat. Mungkin ada yang sedang memakainya, pikir Cheryl."Apa kamu yakin akan memakai ini?" tanya Abercio saat melihat motor matic yang akan mereka kendarai."Kenapa? Bukankah akan terlihat romantis jika kita memakainya?" goda Cheryl sambil tertawa kecil. "Aku duduk dibelakang sambil memeluk pinggangmu, bukankah itu benar-benar terlihat romantis seperti yang ada di drama-drama gitu.""Korban drama." ucap Abercio sedikit kesal."Tapi masalahnya aku tidak tahu bagaimana cara mengendarai sepeda motor." lanjut Abercio pelan seakan malu mengakui jika dia memang tidak bisa mengemudikan sepeda motor."Hah? Serius kamu tidak bisa mengendarai sepeda motor?" tanya Cheryl yang memang terkejut mendengarnya. Karena ia tidak habis pikir di jaman seperti ini masih saja ada yang tidak bisa mengendarai sepeda motor.Dengan wajah kesalnya Abercio mengangguk, matanya melihat ke sembarang arah untuk menghindari tatapan mata Cheryl. "Kenapa? Apanya yang aneh kalau tidak bisa mengendarai sepeda motor." kesalnya.Cheryl tersenyum melihat Abercio yang ternyata bisa malu juga, entah kenapa di mata Cheryl itu terdengar lucu, ditambah lagi raut wajah Abercio yang cemberut begitu semakin menggemaskan dimata Cheryl.Ya, walaupun pernikahan mereka terjadi karena desakan para warga, namun tidak seperti yang ada di buku-buku novel atau drama dan semacamnya yang menampilkan pemeran utamanya akan saling musuhan atau kalau tidak mereka akan saling menjaga jarak satu sama lain dan sejenisnya.Kehidupan mereka tetap sama, Cheryl sebagai dokter dan Abercio sebagai pasien yang memang harus di jaga. Kalaupun ada persamaannya dengan yang ada di novel-novel yaitu mereka masih saja tidur terpisah.Ya tentu saja alasan mereka karena mereka belum siap serta mereka sudah sepakat akan menjalani hubungan pernikahan mereka pelan-pelan sampai Abercio bisa mengingat semua tentang dirinya dan sampai mereka sudah bisa saling cinta."Kamu saja yang nyetir, akan bahaya kalau aku yang didepan. Aku yakin bukan terapi kesembuhan yang aku dapatkan jika aku yang nyetir. Justru kita berdua yang ada dapat terapi dari dokter Ortopedi karena patah tulang setelah jatuh masuk got atau nabrak pohon di pinggir jalan." gerutu Abercio."Iya, iya, kenapa kamu sekarang menjadi sangat banyak bicara. Tidak seperti Abercio yang dulu kukenal." jawab Cheryl sambil tertawa kecil.Bagaimana tidak? Dulu saat awal mereka bertemu sikap Abercio sangat dingin seolah sulit tersentuh. Sikap dinginnya itu seperti kulkas 12 pintu sehingga kalau bicara dengannya hawanya seperti kita tinggal di kutub selatan begitu dingin.Belum lagi wajahnya yang selalu berekspresi datar membuat orang takut untuk menyapa duluan walaupun Abercio sangat tampan."Pengaruh bergaul dengan dokter terlalu ramah seperti kamu makanya gini," jawab Abercio."Bagus dong, jadi aku tuh membawa dampak positif buat kamu." bela Cheryl sambil mengambil helm untuk mereka pakai."Kamu memang suatu keajaiban yang sangat indah dalam hidupku." lirih Abercio."Hah? Kamu ngomong apa?" tanya Cheryl yang memang tidak mendengar apa yang dikatakan Abercio. Karena dia sudah meletakkan helm diatas kepalanya.Abercio hanya menggeleng sambil tersenyum, lalu ia mencubit pelan pipi Cheryl yang membuat Cheryl bingung dengan sikapnya. Lalu Cheryl bersiap untuk memakaikan helm diatas kepala Abercio.Melihat Cheryl dengan jarak sedekat ini membuat jantung Abercio berdetak kencang. Ia terus menatap wajah Cheryl tak berkedip.'Cantik,' batin Abercio."Udah selesai, yuk berangkat." ajak Cheryl."Hem," jawab Abercio yang bersiap untuk naik di belakang.Dengan kecepatan standar, Cheryl membawa Abercio ke tempat yang ia maksudkan. Jalanan itu tidak bagitu asing diingatan Abercio. 'Bukankah ini jalan menuju ke gunung?' batinnya.Setelah sampai di lokasi yang ingin mereka kunjungi, kini Cheryl memarkirkan motornya ke tempat parkir yang sudah disediakan pihak penyelenggara."Ayo naik." ajak Cheryl."Bukankah ini__""Iya benar, aku ingin mengajakmu kesini karena aku ingin kamu bisa segera mengingat sesuatu.""Tapi__""Tenang saja, aku akan menemanimu." Cheryl meraih tangan Abercio menggenggamnya sambil mengelus punggung tangannya. Cheryl menyadari perubahan raut wajah Abercio, sekilas auranya gelap dan sangat berbeda dari yang tadi sebelum mereka sampai di lereng gunung.'Aku tidak terpikirkan sama sekali jika kamu akan mengajakku kesini setelah 8 bulan berlalu sejak kejadian itu.' 'Aku pastikan siapapun orang yang sudah berani mengincar nyawaku, aku jamin mulai sekarang hidupnya tidak akan tenang.' batin Abercio dengan sorot mata penuh amarah.Bersambung ..."Ada kabar apa? Kenapa kamu berani menghubungiku terlebih dahulu, tanpa menunggu kabar dariku, apa kamu sudah bosan dengan pekerjaanmu? Atau kamu ingin pensiun dini?" kesal Abercio saat menerima panggilan dari orang kepercayaannya yaitu Ryan. Bagi Abercio saat ini ia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Cheryl tanpa ada gangguan sedikitpun."Maafkan saya tuan muda," jawab Ryan takut saat mendengar suara dari Abercio yang sepertinya sedang marah, walaupun Ryan tidak berhadapan langsung dengan bosnya itu tapi Ryan paham betul akan hal itu."Cepat katakan, ada masalah apa?" tanya Abercio."Saya sudah menemukan siapa dalang di balik kejadian yang menimpa tuan muda." jawab Ryan."Apa kamu sudah yakin?""Iya tuan muda, semua bukti yang tuan muda minta sudah saya dapatkan termasuk saya juga sudah menahan antek-anteknya yang mencelakai tuan muda di gunung waktu itu.""Kerja bagus Ryan, kamu handle dulu sampai aku kembali. Beri aku waktu tiga hari, setelah itu kamu jemput aku ke
Dokter Burhan turut bahagia setelah mendengar cerita dari Cheryl yang mengatakan jika ada seseorang yang mengenal dekat Abercio dan akan datang ke Desa untuk menjemputnya dan sekarang sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju ke Desa tersebut.Itu berarti Abercio akan segera kembali berkumpul dengan keluarganya, lantas bagaimana dengan nasib Cheryl? Bagaimana dengan pernikahan mereka yang sudah berjalan sekitar 6 bulan ini? Itu menjadi salah satu kekhawatiran Dokter Burhan akan nasib keponakannya itu. Apalagi Cheryl adalah keponakan kesayangannya, sudah pasti kebahagiaan Cheryl adalah yang utama."Lantas bagaimana dengan nasib pernikahan kamu sama dia?" tanya dokter Burhan pada Cheryl saat mereka berada di ruangan Dokter Burhan setelah membahas sesuatu."Maksud Om?" Cheryl balik bertanya karena menurut Cheryl tidak ada yang perlu di khawatirkan dari pernikahannya."Kalau dia kembali pada keluarganya, bagaimana dengan kamu?""Ya nggak gimana-gimana sih Om, kan masih bisa berhubungan
"Dokter, ada pasien di UGD yang butuh penanganan dari dokter," ucap salah seorang suster yang berjalan dengan tergesa menghampiri Cheryl yang baru saja keluar dari ruang pasien."Ayo kita kesana." dengan sedikit berlari Cheryl menuju ke UGD bersama dengan suster itu.Suster pun menunjuk kearah pasien yang dimaksudkan, disana ada seorang bapak-bapak setengah baya sedang berbaring di brankar dengan kepala dan hidungnya mengeluarkan darah. Sepertinya dia habis mengalami kecelakaan atau sejenisnya."Segera balut lukanya dan cepat hentikan pendarahannya." perintah Cheryl pada suster yang bertugas."Baik dok."Karena memang Cheryl kini ditugaskan di UGD, jadi sewaktu-waktu jika dia dibutuhkan dia harus selalu siaga. Ya benar banget, kini Cheryl sudah kembali ke Jakarta untuk bertugas di sebuah rumah sakit besar disana.Setelah masa magangnya selesai 5 bulan yang lalu, ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan bertugas di rumah sakit RENDRA INTERNATIONAL HOSPITAL sesuai kesepakatan sebelumn
"Ki, kakak sibuk banget, kayaknya kakak nggak bisa, sorry ya." tolak Cheryl saat Kiran kembali menelpon dan mengajaknya makan malam bersama untuk kesekian kalinya. Selalu dengan alasan yang sama yaitu sibuk, apakah pekerjaan dokter memang sesibuk itu? Sampai-sampai tidak sempat untuk makan malam bersama keluarga?Bukan hanya makan malam bersama, tapi Cheryl juga selalu saja menolak ajakan Kiran saat gadis itu mengajaknya pulang ke rumah menjenguk mamanya. "Apa kakak masih marah sama mama? Atau kakak masih benci dengan mama? Makanya kakak selalu beralasan kalau aku ajak pulang." ujar Kiran terdengar sedih. "Aku minta maaf atas nama mama kak, kalau selama ini telah__""Bukan Ki, tapi kakak beneran sibuk. Kakak tidak membenci tante atau marah sama tante, kamu jangan terlalu banyak berpikir." jawab Cherl."Baiklah, tapi kakak harus janji kalau kakak harus ikut pulang walau cuma setahun sekali, pokoknya harus titik." ucap Kiran sedikit memaksa."Kakak nggak bisa janji, tapi akan kakak usah
"Ryan, apa dia tidak ada menanyakan kabarku hari ini?" tanya laki-laki muda yang kini duduk di kursi kebesarannya."Dia? Dia siapa tuan muda?" Ryan bingung siapa yang dimaksud tuan mudanya itu.Laki-laki muda itu langsung memberikan tatapan tajam kearah Ryan yang masih berdiri di depannya setelah membacakan jadwal kerja.Seketika tenggorokan Ryan kering dan ia susah payah hanya sekedar mau menelan ludahnya sendiri. "Ka-kalau maksud anda adalah nona Cheryl, maka tidak ada tuan Muda. Sudah dua Minggu ini beliau tidak ada menelpon atau mengirim pesan pada saya untuk menanyakan kabar tuan muda." jawab Ryan.Laki-laki muda yang tidak lain adalah Abercio itu tampak kecewa dengan jawaban Ryan, biasanya dia selalu mendengar dari Ryan kalau Cheryl selalu menanyakan kabarnya. Tapi kenapa akhir-akhir ini Ryan tidak pernah melaporkan tentang Cheryl yang menanyakan kabarnya lagi."Apa perlu saya menghubungi nona Cheryl?" tanya Ryan.Abercio menatap tajam kearah Ryan, “Nggak perlu, kerjakan saja tu
Abercio mengerutkan keningnya, apa maksudnya tidak ada dokter yang bernama Cheryl. Bukankah benar jika klinik tersebut satu-satunya klinik yang ada di desa? Dan di situ juga tempat Cheryl bertugas, lantas kenapa resepsionis tersebut bilang tidak ada dokter yang bernama Cheryl. Atau jangan-jangan dia salah memasuki klinik?"Oh baiklah, terimakasih." Abercio yang masih bingung pun mau tidak mau berjalan meninggalkan resepsionis menuju kearah pintu keluar klinik, ia kembali mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Cheryl siapa tahu sekarang sudah aktif, pikir Abercio."Abercio?" Ucap seseorang yang terdengar memanggilnya namun juga sepertinya orang itu tidak yakin.Abercio yang merasa dipanggil itu pun menoleh sebelum dia sempat memencet tombol panggil di ponselnya."Om Burhan? Oh God syukurlah. Aku pikir kalau aku tersesat dan salah memasuki klinik." ucap Abercio terdengar lega."Memangnya kamu tadi tersesat?" tanya Dokter Burhan bingung. "Kita ke ruanganku saja. Ayo." ajak Dokter Burhan y
"Apa kamu sudah tahu di rumah sakit mana dia bekerja?" tanya Abercio yang kini sudah berada di ruangannya setelah kemarin baru kembali dari Desa."Oh, nona Cheryl bekerja di rumah sakit Rendra Internasional hospital. Sementara ini dia di tempatkan di UGD tuan muda."Abercio mengerutkan keningnya dan melihat kearah Ryan, “Bukankah itu salah satu rumah sakit yang berada di bawah naungan Danurendra group?” tanya Abercio memastikan kalau rumah sakit tersebut memang berada dibawah naungan Danurendra group.Selama ini Abercio tidak pernah melakukan kunjungan ke rumah sakit tersebut, dia hanya terfokus pada kantor pusat."Benar sekali tuan muda, itu salah satu rumah sakit milik Danurendra group yang berada di pusat kota jakarta." jawab Ryan.Abercio tersenyum tipis mendengar jawaban Ryan. Pucuk dicinta ulam pun tiba, 'Ternyata kamu bekerja padaku selama ini, kenapa aku bisa berpikir kalau kamu akan membantu orang yang bernama Arjun itu.''Dulu aku berpikir kalau Arjun adalah kekasihmu, itula
Senyum tipis terukir di kedua sudut bibir Abercio, entah kenapa rasa sakit yang sejak tadi ia rasakan tiba-tiba hilang begitu saja ketika Cheryl ada di hadapannya. Perasaan lega bercampur bahagia membuatnya tidak berhenti memandangi Cheryl dari atas ranjang pasien tempatnya berbaring.Ia tidak peduli dengan tatapan aneh para suster yang mengamatinya, ia juga tidak peduli mereka semua sedang berbisik-bisik apa tentang dirinya. Yang jelas kini dia sangat berbahagia, dan dia tidak ingin kalau ia berpaling sebentar saja maka Cheryl akan menghilang dari hadapannya.Merasa tidak nyaman dengan tatapan Abercio yang tidak berkedip melihatnya, membuat Cheryl menjadi salah tingkah bahkan kedua pipinya bersemu merah. "Sus, bersihkan dulu lukanya agar segera bisa dijahit." perintah Cheryl pada suster yang ada disitu untuk mengalihkan rasa gugupnya."Baik, Dok.""Tunggu,__" cegah Abercio saat 2 orang suster berjalan mendekati Abercio.Semua yang mendengar itu langsung menoleh kearah Abercio termasu