Share

Bab 7

Dokter Burhan mengerutkan keningnya seolah menanyakan akan ucapan Cheryl barusan. Apa itu artinya Cheryl menyetujui untuk menikah dengan Abercio?

"Aku akan menikah dengan dia, anggap saja aku berbaik hati mau membantu dia dari situasi yang sulit ini, om." ucap Cheryl walaupun dia tidak begitu yakin dengan keputusannya sendiri.

Helaan napas lega terdengar dari Dokter Burhan. "Kalau begitu ayo kita keluar sekarang, kita hadapi pak RT dan para warga agar masalah ini cepat selesai." ucap Dokter Burhan yang hanya diangguki oleh Cheryl.

Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar Cheryl, semua orang menoleh kearah Dokter Burhan dan Cheryl saat terdengar pintu kamar terbuka. Mereka menunggu keputusan apa yang akan mereka katakan selanjutnya. Apakah Cheryl akan menikah dengan Abercio? Atau Abercio pergi dari desa?

Walaupun Abercio terlihat sangat tenang tapi sesungguhnya dia merasa sangat cemas dengan keputusan apa yang akan Cheryl berikan pada para warga. Sebenarnya ada sebuah ketakutan juga didalam hatinya, ia takut kalau Cheryl tidak mau menikah dengannya.

Cheryl menarik napas terlebih dahulu sebelum mengatakan keputusannya, ia menatap Abercio yang kebetulan juga menatap kearahnya, "Baiklah, saya bersedia menikah sama dia." ucap Cheryl dengan gugup dan jantung yang berdebar kencang tak karuan.

Senyuman puas dari para warga seakan menjadi akhir dari kegaduhan di rumah Cheryl malam ini. Mereka semua akhirnya pulang ke rumah masing-masing.

"Semoga saja ini keputusan yang tepat untukku dan untuk semua." lirih Cheryl dengan matanya menatap kearah Abercio yang masih menatapnya. Terlihat senyum tipis setipis tisu tercetak dari sudut bibir Abercio.

'Makasih Cheryl, aku akan membalas semua pengorbananmu ini. Aku janji akan membahagiakanmu, ISTRIKU.' batin Abercio dengan penekanan di akhir kalimatnya.

*******************

Dua Minggu pun berlalu, kini tiba saatnya Cheryl akan segera menjadi seorang pengantin. Lebih tepatnya pengantin dadakan atas desakan para warga desa dengan dalih mencegah terjadinya fitnah.

Mungkin bagi sebagian orang hari pernikahan adalah suatu hal yang sangat di tunggu-tunggu, tapi tidak untuk Cheryl. Raut wajahnya masih saja terlihat murung, ia takut jika keputusannya kali ini akan ia sesali di kemudian hari.

'semoga ini adalah keputusan yang tepat, setelah dia bisa mengingat semuanya maka tugasku sudah selesai. Mungkin jika saat itu tiba, aku akan meminta cerai darinya.' batin Cheryl.

Terlihat beberapa warga desa tampak sibuk mempersiapkan acara pernikahan dokter Cheryl dan Abercio, make-up pengantin juga sudah datang untuk merias Cheryl yang kini ada di dalam kamarnya. 

Pernikahan itu diselenggarakan sangat sederhana, tidak ada perayaan mewah hanya warga sekitar yang datang menghadiri acara tersebut. Dan itu juga atas permintaan Cheryl yang tidak mau ada pesta besar, bahkan keluarga besar Cheryl juga tidak ia kabari. Bagi Cheryl yang penting pamannya (Dokter Burhan) akan selalu menemani.

Mengingat tidak ada satupun dokumen milik Abercio yang bisa di gunakan sebagai syarat menikah secara resmi (secara hukum), maka pernikahan tersebut hanya bisa di lakukan secara siri (secara agama). Namun walaupun begitu mereka akan mendapatkan satu lembar kertas sebagai bukti jika mereka sudah sah menikah.

"Saya terima nikah dan kawinnya Cheryl Elvina Wijaya binti almarhum bapak Adi Kusuma Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar TUNAI." ucap Abercio lantang dengan satu tarikan napas sambil tangannya menjabat tangan Dokter Burhan sebagai wali nikah Cheryl.

"Bagaimana saksi? SAH?" tanya penghulu.

"SAAAHHHH." jawab para saksi kompak.

"Alhamdullillah."

Acara sakral ijab kabul pun telah usai, kini pak penghulu membacakan doa-doa agar pernikahan Cheryl dan Abercio mendapatkan ridho Allah SWT.

"Sekarang sudah saatnya pengantin wanita bersalaman dengan suaminya, ibu-ibu tolong dibawa keluar pengantin wanitanya." pinta penghulu pada para ibu-ibu yang sedang berada di situ.

Tak butuh waktu lama, perwakilan ibu-ibu kini membawa keluar Cheryl yang terlihat sangat cantik dengan kebaya putih yang dikenakannya.

'Cantik.' batin Abercio yang terpesona dengan kecantikan Cheryl. Matanya seakan tak berkedip melihat Cheryl yang terlihat bak peri yang turun dari kayangan.

Cheryl yang kini sudah duduk di depan Abercio terlihat gugup. Jantungnya berdetak sangat kencang. Entah kenapa wajah lelaki yang ada didepannya itu terlihat sangat gagah dan tampan.

'Aku baru menyadari kalau dia terlihat tampan saat dilihat dari dekat.' batin Cheryl.

Sesuai dengan yang di katakan oleh pak penghulu, kini Cheryl mencium tangan suaminya sebagai tanda penghormatan dan kepatuhan sebagai seorang istri.

Setelah acara sakral itu selesai, kini di lanjutkan dengan acara makan bersama. Baik para warga yang hadir ataupun bagi pasangan pengantin itu sendiri.

Suasana keakraban sangat hangat terlihat, walaupun mereka tidak ada ikatan darah.

Persaudaraan di desa itu memang masih sangat kental, toleransi antar warganya juga begitu erat sehingga jarang ada kegaduhan ataupun pertengkaran yang terjadi di desa itu.

"Makanlah, kamu pasti belum makan dari tadi pagi." ucap Abercio menyodorkan sepiring nasi dengan lauknya.

"Hah, Oh makasih." jawab Cheryl yang tersadar dari lamunannya. Entah apa yang ia pikirkan saat ini. Ia menerima piring dari tangan Abercio.

"Kenapa?" tanya Cheryl bingung karena Abercio masih berdiri di depannya dan melihatnya tak berkedip. Padahal sepiring nasi pemberiannya sudah Cheryl terima.

"Tidak ada." jawab Abercio tersenyum tipis dan tangannya mencubit halus pipi Cheryl, setelah itu ia berjalan ke depan untuk ngobrol dengan tamu yang hadir.

Cheryl mengerjapkan matanya beberapa kali, dia bingung dengan apa yang barusan Abercio lakukan 'dia kenapa? Aneh banget.' batin Cheryl yang kini pipinya bersemu merah karena malu.

Cheryl mulai menyuapkan makanan ke mulutnya, karena memang perutnya terasa begitu lapar. Dia belum makan apa-apa dari tadi.

Tadi pagi ada panggilan mendadak dari klinik, sehingga dia bergegas ke sana. Setelah urusan di klinik selesai lanjut dengan make up pengantin, sehingga Cheryl tidak sempat makan.

Dokter Burhan yang melihat Cheryl sedang memakan makanannya, ia pun berjalan mendekat.

"Sepertinya pengantin kita ini belum makan seharian ini." ucap Dokter Burhan yang kemudian duduk di kursi depan Cheryl.

"Heeem, iya Om. Tadi nggak sempat makan." jawab Cheryl sambil tersenyum.

"Makanlah yang banyak," Dokter Burhan mengusap pucuk rambut Cheryl sambil tersenyum.

"Hem,"

"Apa kamu memang tidak berniat untuk memberitahu mereka soal pernikahan kamu ini?" tanya Dokter Burhan pada Cheryl dengan mimik muka serius.

Cheryl menghentikan aktifitas makannya, lalu dia menatap om-nya itu, "Enggak om, dia bukan bagian dari keluargaku. Untuk apa memberitahu mereka, yang penting ada om disini bersamaku." jawab Cheryl yang paham akan maksud dari kata 'MEREKA' yang diucapkan oleh om-nya barusan.

Dokter Burhan menghela napasnya, "Baiklah, apapun keputusan kamu, om pasti akan mendukungnya."

Cheryl hanya tersenyum lalu mengangguk, "Makasih om, aku berhutang banyak sama om selama ini."

"Kamu sudah seperti anakku sendiri, jadi sudah menjadi kewajibanku untuk selalu mendukungmu."

"Oh ya Cheryl, apa kamu tidak memberitahu Arjun soal pernikahanmu ini? Om rasa kalau dia tahu, pasti dia akan patah hati." lanjut Dokter Burhan lalu kemudian dia tergelak tawanya membayangkan jika seseorang bernama Arjun itu akan patah hati.

"Salah sendiri dia di luar negeri terus," jawab Cheryl yang terlihat mengecurutkan bibirnya cemberut sehingga semakin membuat dokter Burhan tergelak tawanya.

Disisi lain, terlihat seseorang dengan muka masam menatap kearah Cheryl dan Dokter Burhan. 'Siapa Arjun? Apa dia? Apa kekasihnya Cheryl?' batinnya bahkan tanpa ia sadari kedua tangannya mengepal erat seperti sedang menahan amarah.

Bersambung ...

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Habib Urrahman
cerita nya bagus saya kasih bintang 5 buat pencipta nya
goodnovel comment avatar
Nisa Zulianto
i love you cinta kau
goodnovel comment avatar
Zen Abid
Arjun siapa? pacarnya cheryl kah?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status