Dokter Burhan mengerutkan keningnya seolah menanyakan akan ucapan Cheryl barusan. Apa itu artinya Cheryl menyetujui untuk menikah dengan Abercio?
"Aku akan menikah dengan dia, anggap saja aku berbaik hati mau membantu dia dari situasi yang sulit ini, om." ucap Cheryl walaupun dia tidak begitu yakin dengan keputusannya sendiri.Helaan napas lega terdengar dari Dokter Burhan. "Kalau begitu ayo kita keluar sekarang, kita hadapi pak RT dan para warga agar masalah ini cepat selesai." ucap Dokter Burhan yang hanya diangguki oleh Cheryl.Mereka berdua akhirnya keluar dari kamar Cheryl, semua orang menoleh kearah Dokter Burhan dan Cheryl saat terdengar pintu kamar terbuka. Mereka menunggu keputusan apa yang akan mereka katakan selanjutnya. Apakah Cheryl akan menikah dengan Abercio? Atau Abercio pergi dari desa?Walaupun Abercio terlihat sangat tenang tapi sesungguhnya dia merasa sangat cemas dengan keputusan apa yang akan Cheryl berikan pada para warga. Sebenarnya ada sebuah ketakutan juga didalam hatinya, ia takut kalau Cheryl tidak mau menikah dengannya.Cheryl menarik napas terlebih dahulu sebelum mengatakan keputusannya, ia menatap Abercio yang kebetulan juga menatap kearahnya, "Baiklah, saya bersedia menikah sama dia." ucap Cheryl dengan gugup dan jantung yang berdebar kencang tak karuan.Senyuman puas dari para warga seakan menjadi akhir dari kegaduhan di rumah Cheryl malam ini. Mereka semua akhirnya pulang ke rumah masing-masing."Semoga saja ini keputusan yang tepat untukku dan untuk semua." lirih Cheryl dengan matanya menatap kearah Abercio yang masih menatapnya. Terlihat senyum tipis setipis tisu tercetak dari sudut bibir Abercio.'Makasih Cheryl, aku akan membalas semua pengorbananmu ini. Aku janji akan membahagiakanmu, ISTRIKU.' batin Abercio dengan penekanan di akhir kalimatnya.*******************Dua Minggu pun berlalu, kini tiba saatnya Cheryl akan segera menjadi seorang pengantin. Lebih tepatnya pengantin dadakan atas desakan para warga desa dengan dalih mencegah terjadinya fitnah.Mungkin bagi sebagian orang hari pernikahan adalah suatu hal yang sangat di tunggu-tunggu, tapi tidak untuk Cheryl. Raut wajahnya masih saja terlihat murung, ia takut jika keputusannya kali ini akan ia sesali di kemudian hari.'semoga ini adalah keputusan yang tepat, setelah dia bisa mengingat semuanya maka tugasku sudah selesai. Mungkin jika saat itu tiba, aku akan meminta cerai darinya.' batin Cheryl.Terlihat beberapa warga desa tampak sibuk mempersiapkan acara pernikahan dokter Cheryl dan Abercio, make-up pengantin juga sudah datang untuk merias Cheryl yang kini ada di dalam kamarnya. Pernikahan itu diselenggarakan sangat sederhana, tidak ada perayaan mewah hanya warga sekitar yang datang menghadiri acara tersebut. Dan itu juga atas permintaan Cheryl yang tidak mau ada pesta besar, bahkan keluarga besar Cheryl juga tidak ia kabari. Bagi Cheryl yang penting pamannya (Dokter Burhan) akan selalu menemani.Mengingat tidak ada satupun dokumen milik Abercio yang bisa di gunakan sebagai syarat menikah secara resmi (secara hukum), maka pernikahan tersebut hanya bisa di lakukan secara siri (secara agama). Namun walaupun begitu mereka akan mendapatkan satu lembar kertas sebagai bukti jika mereka sudah sah menikah."Saya terima nikah dan kawinnya Cheryl Elvina Wijaya binti almarhum bapak Adi Kusuma Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar TUNAI." ucap Abercio lantang dengan satu tarikan napas sambil tangannya menjabat tangan Dokter Burhan sebagai wali nikah Cheryl."Bagaimana saksi? SAH?" tanya penghulu."SAAAHHHH." jawab para saksi kompak."Alhamdullillah."Acara sakral ijab kabul pun telah usai, kini pak penghulu membacakan doa-doa agar pernikahan Cheryl dan Abercio mendapatkan ridho Allah SWT."Sekarang sudah saatnya pengantin wanita bersalaman dengan suaminya, ibu-ibu tolong dibawa keluar pengantin wanitanya." pinta penghulu pada para ibu-ibu yang sedang berada di situ.Tak butuh waktu lama, perwakilan ibu-ibu kini membawa keluar Cheryl yang terlihat sangat cantik dengan kebaya putih yang dikenakannya.'Cantik.' batin Abercio yang terpesona dengan kecantikan Cheryl. Matanya seakan tak berkedip melihat Cheryl yang terlihat bak peri yang turun dari kayangan.Cheryl yang kini sudah duduk di depan Abercio terlihat gugup. Jantungnya berdetak sangat kencang. Entah kenapa wajah lelaki yang ada didepannya itu terlihat sangat gagah dan tampan.'Aku baru menyadari kalau dia terlihat tampan saat dilihat dari dekat.' batin Cheryl.Sesuai dengan yang di katakan oleh pak penghulu, kini Cheryl mencium tangan suaminya sebagai tanda penghormatan dan kepatuhan sebagai seorang istri.Setelah acara sakral itu selesai, kini di lanjutkan dengan acara makan bersama. Baik para warga yang hadir ataupun bagi pasangan pengantin itu sendiri.Suasana keakraban sangat hangat terlihat, walaupun mereka tidak ada ikatan darah.Persaudaraan di desa itu memang masih sangat kental, toleransi antar warganya juga begitu erat sehingga jarang ada kegaduhan ataupun pertengkaran yang terjadi di desa itu."Makanlah, kamu pasti belum makan dari tadi pagi." ucap Abercio menyodorkan sepiring nasi dengan lauknya."Hah, Oh makasih." jawab Cheryl yang tersadar dari lamunannya. Entah apa yang ia pikirkan saat ini. Ia menerima piring dari tangan Abercio."Kenapa?" tanya Cheryl bingung karena Abercio masih berdiri di depannya dan melihatnya tak berkedip. Padahal sepiring nasi pemberiannya sudah Cheryl terima."Tidak ada." jawab Abercio tersenyum tipis dan tangannya mencubit halus pipi Cheryl, setelah itu ia berjalan ke depan untuk ngobrol dengan tamu yang hadir.Cheryl mengerjapkan matanya beberapa kali, dia bingung dengan apa yang barusan Abercio lakukan 'dia kenapa? Aneh banget.' batin Cheryl yang kini pipinya bersemu merah karena malu.Cheryl mulai menyuapkan makanan ke mulutnya, karena memang perutnya terasa begitu lapar. Dia belum makan apa-apa dari tadi.Tadi pagi ada panggilan mendadak dari klinik, sehingga dia bergegas ke sana. Setelah urusan di klinik selesai lanjut dengan make up pengantin, sehingga Cheryl tidak sempat makan.Dokter Burhan yang melihat Cheryl sedang memakan makanannya, ia pun berjalan mendekat."Sepertinya pengantin kita ini belum makan seharian ini." ucap Dokter Burhan yang kemudian duduk di kursi depan Cheryl."Heeem, iya Om. Tadi nggak sempat makan." jawab Cheryl sambil tersenyum."Makanlah yang banyak," Dokter Burhan mengusap pucuk rambut Cheryl sambil tersenyum."Hem,""Apa kamu memang tidak berniat untuk memberitahu mereka soal pernikahan kamu ini?" tanya Dokter Burhan pada Cheryl dengan mimik muka serius.Cheryl menghentikan aktifitas makannya, lalu dia menatap om-nya itu, "Enggak om, dia bukan bagian dari keluargaku. Untuk apa memberitahu mereka, yang penting ada om disini bersamaku." jawab Cheryl yang paham akan maksud dari kata 'MEREKA' yang diucapkan oleh om-nya barusan.Dokter Burhan menghela napasnya, "Baiklah, apapun keputusan kamu, om pasti akan mendukungnya."Cheryl hanya tersenyum lalu mengangguk, "Makasih om, aku berhutang banyak sama om selama ini.""Kamu sudah seperti anakku sendiri, jadi sudah menjadi kewajibanku untuk selalu mendukungmu.""Oh ya Cheryl, apa kamu tidak memberitahu Arjun soal pernikahanmu ini? Om rasa kalau dia tahu, pasti dia akan patah hati." lanjut Dokter Burhan lalu kemudian dia tergelak tawanya membayangkan jika seseorang bernama Arjun itu akan patah hati."Salah sendiri dia di luar negeri terus," jawab Cheryl yang terlihat mengecurutkan bibirnya cemberut sehingga semakin membuat dokter Burhan tergelak tawanya.Disisi lain, terlihat seseorang dengan muka masam menatap kearah Cheryl dan Dokter Burhan. 'Siapa Arjun? Apa dia? Apa kekasihnya Cheryl?' batinnya bahkan tanpa ia sadari kedua tangannya mengepal erat seperti sedang menahan amarah.Bersambung ...Kehidupan setelah pernikahan Cheryl dan Abercio tidak begitu banyak berubah Cheryl masih saja sibuk dengan pekerjaannya di klinik, sedangkan Abercio akan menunggunya di rumah sambil melakukan hal-hal kecil seperti membereskan rumah atau dia akan melihat acara televisi.Terkadang kalau ia bosan di rumah maka Abercio akan pergi ke klinik sekedar melihat-lihat saja. Ia tidak akan mengganggu pekerjaan istrinya jika Cheryl sibuk merawat para pasien, Abercio akan menunggu di ruangan Cheryl.Tapi walaupun begitu setidaknya mereka setiap hari sarapan dan makan malam bersama, selalu bertukar kabar walaupun itu bukan sesuatu yang penting. Misalnya saling memberi kabar jika mereka sedang atau mau melakukan sesuatu."Sudah lama ya?" tanya Cheryl saat memasuki ruangannya dan melihat ada Abercio disana sambil bermain hp."Tidak juga." jawab Abercio setelah melihat siapa yang baru saja memasuki ruangan. Lalu dia memasukkan ponselnya kedalam saku celana yang ia kenakan."Ada apa? Tumben jam segini ad
"Ada kabar apa? Kenapa kamu berani menghubungiku terlebih dahulu, tanpa menunggu kabar dariku, apa kamu sudah bosan dengan pekerjaanmu? Atau kamu ingin pensiun dini?" kesal Abercio saat menerima panggilan dari orang kepercayaannya yaitu Ryan. Bagi Abercio saat ini ia hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Cheryl tanpa ada gangguan sedikitpun."Maafkan saya tuan muda," jawab Ryan takut saat mendengar suara dari Abercio yang sepertinya sedang marah, walaupun Ryan tidak berhadapan langsung dengan bosnya itu tapi Ryan paham betul akan hal itu."Cepat katakan, ada masalah apa?" tanya Abercio."Saya sudah menemukan siapa dalang di balik kejadian yang menimpa tuan muda." jawab Ryan."Apa kamu sudah yakin?""Iya tuan muda, semua bukti yang tuan muda minta sudah saya dapatkan termasuk saya juga sudah menahan antek-anteknya yang mencelakai tuan muda di gunung waktu itu.""Kerja bagus Ryan, kamu handle dulu sampai aku kembali. Beri aku waktu tiga hari, setelah itu kamu jemput aku ke
Dokter Burhan turut bahagia setelah mendengar cerita dari Cheryl yang mengatakan jika ada seseorang yang mengenal dekat Abercio dan akan datang ke Desa untuk menjemputnya dan sekarang sedang dalam perjalanan dari Jakarta menuju ke Desa tersebut.Itu berarti Abercio akan segera kembali berkumpul dengan keluarganya, lantas bagaimana dengan nasib Cheryl? Bagaimana dengan pernikahan mereka yang sudah berjalan sekitar 6 bulan ini? Itu menjadi salah satu kekhawatiran Dokter Burhan akan nasib keponakannya itu. Apalagi Cheryl adalah keponakan kesayangannya, sudah pasti kebahagiaan Cheryl adalah yang utama."Lantas bagaimana dengan nasib pernikahan kamu sama dia?" tanya dokter Burhan pada Cheryl saat mereka berada di ruangan Dokter Burhan setelah membahas sesuatu."Maksud Om?" Cheryl balik bertanya karena menurut Cheryl tidak ada yang perlu di khawatirkan dari pernikahannya."Kalau dia kembali pada keluarganya, bagaimana dengan kamu?""Ya nggak gimana-gimana sih Om, kan masih bisa berhubungan
"Dokter, ada pasien di UGD yang butuh penanganan dari dokter," ucap salah seorang suster yang berjalan dengan tergesa menghampiri Cheryl yang baru saja keluar dari ruang pasien."Ayo kita kesana." dengan sedikit berlari Cheryl menuju ke UGD bersama dengan suster itu.Suster pun menunjuk kearah pasien yang dimaksudkan, disana ada seorang bapak-bapak setengah baya sedang berbaring di brankar dengan kepala dan hidungnya mengeluarkan darah. Sepertinya dia habis mengalami kecelakaan atau sejenisnya."Segera balut lukanya dan cepat hentikan pendarahannya." perintah Cheryl pada suster yang bertugas."Baik dok."Karena memang Cheryl kini ditugaskan di UGD, jadi sewaktu-waktu jika dia dibutuhkan dia harus selalu siaga. Ya benar banget, kini Cheryl sudah kembali ke Jakarta untuk bertugas di sebuah rumah sakit besar disana.Setelah masa magangnya selesai 5 bulan yang lalu, ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan bertugas di rumah sakit RENDRA INTERNATIONAL HOSPITAL sesuai kesepakatan sebelumn
"Ki, kakak sibuk banget, kayaknya kakak nggak bisa, sorry ya." tolak Cheryl saat Kiran kembali menelpon dan mengajaknya makan malam bersama untuk kesekian kalinya. Selalu dengan alasan yang sama yaitu sibuk, apakah pekerjaan dokter memang sesibuk itu? Sampai-sampai tidak sempat untuk makan malam bersama keluarga?Bukan hanya makan malam bersama, tapi Cheryl juga selalu saja menolak ajakan Kiran saat gadis itu mengajaknya pulang ke rumah menjenguk mamanya. "Apa kakak masih marah sama mama? Atau kakak masih benci dengan mama? Makanya kakak selalu beralasan kalau aku ajak pulang." ujar Kiran terdengar sedih. "Aku minta maaf atas nama mama kak, kalau selama ini telah__""Bukan Ki, tapi kakak beneran sibuk. Kakak tidak membenci tante atau marah sama tante, kamu jangan terlalu banyak berpikir." jawab Cherl."Baiklah, tapi kakak harus janji kalau kakak harus ikut pulang walau cuma setahun sekali, pokoknya harus titik." ucap Kiran sedikit memaksa."Kakak nggak bisa janji, tapi akan kakak usah
"Ryan, apa dia tidak ada menanyakan kabarku hari ini?" tanya laki-laki muda yang kini duduk di kursi kebesarannya."Dia? Dia siapa tuan muda?" Ryan bingung siapa yang dimaksud tuan mudanya itu.Laki-laki muda itu langsung memberikan tatapan tajam kearah Ryan yang masih berdiri di depannya setelah membacakan jadwal kerja.Seketika tenggorokan Ryan kering dan ia susah payah hanya sekedar mau menelan ludahnya sendiri. "Ka-kalau maksud anda adalah nona Cheryl, maka tidak ada tuan Muda. Sudah dua Minggu ini beliau tidak ada menelpon atau mengirim pesan pada saya untuk menanyakan kabar tuan muda." jawab Ryan.Laki-laki muda yang tidak lain adalah Abercio itu tampak kecewa dengan jawaban Ryan, biasanya dia selalu mendengar dari Ryan kalau Cheryl selalu menanyakan kabarnya. Tapi kenapa akhir-akhir ini Ryan tidak pernah melaporkan tentang Cheryl yang menanyakan kabarnya lagi."Apa perlu saya menghubungi nona Cheryl?" tanya Ryan.Abercio menatap tajam kearah Ryan, “Nggak perlu, kerjakan saja tu
Abercio mengerutkan keningnya, apa maksudnya tidak ada dokter yang bernama Cheryl. Bukankah benar jika klinik tersebut satu-satunya klinik yang ada di desa? Dan di situ juga tempat Cheryl bertugas, lantas kenapa resepsionis tersebut bilang tidak ada dokter yang bernama Cheryl. Atau jangan-jangan dia salah memasuki klinik?"Oh baiklah, terimakasih." Abercio yang masih bingung pun mau tidak mau berjalan meninggalkan resepsionis menuju kearah pintu keluar klinik, ia kembali mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Cheryl siapa tahu sekarang sudah aktif, pikir Abercio."Abercio?" Ucap seseorang yang terdengar memanggilnya namun juga sepertinya orang itu tidak yakin.Abercio yang merasa dipanggil itu pun menoleh sebelum dia sempat memencet tombol panggil di ponselnya."Om Burhan? Oh God syukurlah. Aku pikir kalau aku tersesat dan salah memasuki klinik." ucap Abercio terdengar lega."Memangnya kamu tadi tersesat?" tanya Dokter Burhan bingung. "Kita ke ruanganku saja. Ayo." ajak Dokter Burhan y
"Apa kamu sudah tahu di rumah sakit mana dia bekerja?" tanya Abercio yang kini sudah berada di ruangannya setelah kemarin baru kembali dari Desa."Oh, nona Cheryl bekerja di rumah sakit Rendra Internasional hospital. Sementara ini dia di tempatkan di UGD tuan muda."Abercio mengerutkan keningnya dan melihat kearah Ryan, “Bukankah itu salah satu rumah sakit yang berada di bawah naungan Danurendra group?” tanya Abercio memastikan kalau rumah sakit tersebut memang berada dibawah naungan Danurendra group.Selama ini Abercio tidak pernah melakukan kunjungan ke rumah sakit tersebut, dia hanya terfokus pada kantor pusat."Benar sekali tuan muda, itu salah satu rumah sakit milik Danurendra group yang berada di pusat kota jakarta." jawab Ryan.Abercio tersenyum tipis mendengar jawaban Ryan. Pucuk dicinta ulam pun tiba, 'Ternyata kamu bekerja padaku selama ini, kenapa aku bisa berpikir kalau kamu akan membantu orang yang bernama Arjun itu.''Dulu aku berpikir kalau Arjun adalah kekasihmu, itula