Azam dengan cepat melajukan sedan hitamnya menuju ke mansion milik almarhum Ayah angkatnya. Disana sudah ada bibi menunggu dirinya.
"Apa yang terjadi bi?" Azam berkata dengan cemas."Non Izma ,dia pingsan di kamar mandi Tuan, sepertinya dia sangat stres sepeninggal Tuan besar."Tutur bibi ."Apa ada orang yang datang kesini?"Tanya Azam sambil berjalan menaiki tangga."Ada pihak Bank mengatakan bahwa rumah ini akan di sita Tuan, dan Nona terlihat sangat terpukul."Ceklek.Azam masuk ke dalam kamar Izma. Tercium wangi melon di dalam kamar tersebut. Suasana penuh warna hijau mewarnai seisi kamar. Azam sudah lupa kapan terakhir Azam masuk ke dalam kamar ini, saat itu Izma dan Azam bahkan tidak pernah saling bertegur sapa karena Ibunda Izma yang membatasi Azam untuk dekat dengan Izma.Azam sama sekali lupa dengan faras wajah sang adik. Adik angkatnya yang kini akan segera menjadi istrinya. "Itu Izma?" Tanya Azam sambil melihat ke arah bibi dan menunjuk ke arah gadis yang kini tengah berbaring lemah tak berdaya. Bibi mengangguk lalu bibi segera pergi meninggalkan Azam dan Izma berdua.Azam melihat betapa cantiknya faras Izma. Dengan posisi tidur seperti ini gadis itu seperti seorang bidadari yang tengah tertidur. Bulu mata yang lentik, alis yang tebal dan hidung yang mancung membuat Azam menelan Saliva. Azan melihat bibir Izma yang merah alami serta kulit yang sangat putih seperti susu sudah membuat Azam takjup dan terpesona dibuatnya."Izma, kamu tumbuh menjadi gadis secantik ini." Ucap Azam dalam hatinya. Azam lalu melakukan pemeriksaan pada Izma. Memulai Dengan memeriksa tekanan darahnya , suhu nadi dan respirasi. Azam lalu memberikan kapas Alkohol pada hidung Izma."Emmhh." Leguh Izma mulai sadar. Azam sudah duduk di samping Izma dan memperhatikan Izma yang mulai siuman dari pingsan."Kamu sudah bangun?" Azam bertanya pada Izma. Azam menatap Izma dengan sangat inten. Azam masih takjup melihat adiknya bisa menjadi secantik ini. Izma layaknya seorang model. Tidak ada cela dan cacat sedikitpun. Izma benar-benar bisa membuat kaum Adam tertarik dan mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama. Begitu pula dengan Azam. Azam tertarik dengan Izma pada pandangan pertama.Namun semua itu bukanlah sebuah rasa cinta. Azam hanya tertarik saja. Karena rasa cinta Azam sudah habis untuk Eliza. "Kamu siapa?" Ucap Izma dengan suara yang lemah."Aku Azam, kakak mu." Ucap Azam sambil menetap Izma peluh."Kamu, kamu itu, anak angkatnya Ayah?" Ucap Izma pelan. Azam mengangguk dan tersenyum tipis. "Maaf aku baru bisa menemuimu, aku sibuk mengurus pemakaman Ayah sampai lupa menyapamu, Dek." Izma langsung menangis dengan segukan. Izma terbangun dan langsung memeluk sang kakak dengan tangis bahagia. "Aku pikir aku sendirian di dunia ini, aku sangat takut, aku takut kak." Tangis Izma tak Ter elakan lagi. Azam hanya terdiam menerima pelukan dari Izma. Azam merasa jantungnya berdebar ketika Izma memeluknya seperti itu."Jangan menangis lagi, aku berjanji pada Ayah , bahwa aku akan selalu menjagamu." Ucap Azam membalas pelukan sang adik dengan lembut. Izma masih belum tau kalo Azam adalah calon suaminya. Izma berfikir bahwa Azam hanya akan menjadi kakaknya saja. Karena itu Izma begitu bahagia karena mendadak memiliki seorang kakak."Kamu bisa bangun, sebentar lagi akan ada pengacara mengumumkan soal hak waris." Ucap Azam pelan, sambil menatap Izma dengan penuh iba."Aku masih lemas kak, tunggu beberapa menit lagi." Ucap Izma pelan. Azampun mengangguk. Dan masih memeluk Izma lembut. Sepuluh menit kemudian Azam memapah Izma turun ke lantai bawah. Disana sudah ada pak Roni seorang pengacara. Beliau pengacara pribadi almarhum Dokter Nuriel. Izma duduk dekat dengan Azam. Izma bersandar di bahu Azam karena kepala Izma masih terasa pening.Pak Roni lalu membacakan semua pesan almarhum dokter Nuriel."Mengatakan bahwa seluruh aset milik pribadi semua akan jatuh kepada Izma." Ucap pak Roni ."Tapi bagaimana dengan hutang Ayah?" Izma mulai mengisak."Karena itulah Nona Izma harus segera menikah dengan Dokter Azam untuk menyelamatkan aset yang kini sisa satu yaitu rumah sakit. Jika anda tidak menikah dengan Azam maka pihak direksi akan mengganti CEO oleh dokter lain yang bukan keluarga kita." Ucap Pak Roni tegas.Izma tersentak mendengar ucapan Pak Roni yang mengharuskan dirinya menikah dengan Azam. Izma yang sedang bersandar kepada Azam kini menjauhi Azam. "Kenapa, tidak mau?" Ucap Azam pelan sambil menatap Izma .Izma terdiam dalam kebingungan. "Bukankah kakak sudah menikah dan punya seorang anak, aku sempat mendengar Ayah begitu senang saat mendengar berita kelahiran putri kakak." Ucap Izma dengan mata yang berkaca-kaca. Azam mengangguk halus. Sambil terus menatap Izma inten."Aku akan menjadi istri kakak, dan menyakiti hati kakak ipar?" Izma mulai cemas dan air matanya menetes membasahi pipi putihnya. Azam lalu memeluk Izma lembut."Tidak ada jalan lain selain kita menikah, rumah sakit akan terselamatkan, kamu akan terus sekolah, dan kakak janji kamu akan tetap menjadi nona muda dan bukan istri muda." Ucap Azam."Maksud kakak?" Izma masih kebingungan Dengan ucapan Azam."Kamu bebas tinggal di mana pun yang kamu mau, aku tidak akan mengekang, kamu boleh melanjutkan sekolah di luar negri, aku akan merahasiakan pernikahan kita." Azam berbisik lembut."Be, benarkah, apa , apa aku boleh berteman dengan laki-laki?" Izma berkata penuh harap."Boleh, asal kamu tidak melewati batas, kamu boleh berteman tetapi kamu harus ingat bahwa kamu adalah istriku, sejauh apapun kamu bermain, ingatlah ada suamimu di rumah." Tutur Azam.Izma pun begitu senang mendapat kebebasan seperti itu. Izma akan tetap bisa sekolah dan menikmati masa mudanya dengan bebas tanpa kekangan walaupun Izma sudah menikah. Izma menyetujui pernikahan itu. Izma sendiri merasa Azam datang sebagai penyelamat dalam hidupnya. Perahu yang yang hampir karam kini sudah ada penyelamat hidup."Besok kita akan menikah." Ucap Azam pelan."Apa, secepat itukah?" Izma tersentak . Azam mengangguk dengan senyuman. Azam memang sangat tampan. Namun sayang ketampanan Azam belum bisa membuat Izma jatuh hati padanya. Izma tetap merasa terpaksa menikahi Azam. Karena Izma masih belia. Dan Izma hanya menganggap Azam sebagai seorang kakak saja."Semakin cepat semakin baik, aku akan mengundang beberapa direksi untuk menjadi saksi pernikahan kita, dan_." Ucapan Azam terhenti."Dan apa?" Tanya Izma."Dan besok, sepertinya Aliza dan anaku mawar akan ikut hadir juga." Deg.Izma merasakan aura ketakutan mendengar ucapan yang Azam lontarkan barusan. Izma masih belum siap untuk membuat hati perempuan lain tersakiti. Tetapi apalah daya dirinya tidak bisa berbuat apapun lagi. Karena hanya inilah jalan yang terbaik untuk dirinya.Bersambung ❤️"Saya terima nikahnya, Izma Shania binti Muhammad Nuriel almarhum dengan maskawin seperangkat alat sholat di bayar tunai.""Sah, saksi bagaimana?""Sah.""Sah.""Sah.""Alhamdulillaah, silahkan pengantin perempuan keluar kamar!"Ucap penghulu ketika Azam sudah sah menjadi suami dari Izma.Izma berjalan perlahan begitu anggun dengan gaun Putihnya. Saat itu azam melihat istri mudanya begitu cantik. Dia terkesima dengan kecantikan istri kecilnya. Azam tak henti memandangi gadis yang kini telah sah menjadi istrinya. Kini Izma duduk disampingnya Azam."Silahkan cium tangan suamimu!" ucap pak penghulu.Izma terdiam lalu dia menatap Azam dengan tatapan sendu. Izma kini telah sah menjadi istri mudanya Azam. Izma meraih tangan Azam lalu mengecupnya dengan perlahan. Azam menatap Izma tanpa henti. Azam hendak mengecup kening Izma namun tiba-tiba saja Aliza datang bersama Mawar putrinya Azam."Papa," teriak anak kecil itu dengan san
Tolong cek usia sebelum membaca, chapter ini mengandung unsur 21 ???Setelah semalaman menangis Izma kini masih tertidur dengan lemas. Matanya sembab dan merah. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia seolah menajadi sangat hina karenanya. Menjadi seorang istri muda, bukanlah sebuah keinginanya apalagi cita-cita. Tetapi takdir yang memaksanya seperti itu.Gadis itu masih terbuai dalam dunia mimpi. Bahkan dirinya masih mengenakan gaun pengantin yang semalam dia kenakan. Malam pertama yang di perkirakan datang dengan indah. Dan mengecup sebuah rasa yang nikmat. Namun semua itu hanyalah bualan semata. Bagi Izma malam pertamanya bersama Azam adalah malah kehancuran hidupnya. Malam dimana dirinya memulai sebuah kehidupan penuh cacian dan makian.Izma yang kini hidup sebatang kara hanya bisa menerima takdirnya. Awalnya dia begitu bahagia ketika Azam datang mengatakan bahwa dia adalah kakak angkatnya. Dan juga Izma merasa tenang ketika Azam menawarkan sebuah pernikah
Tolong cek usia sebelum membaca, chapter ini mengandung unsur 21???Azam terus menciumi seluruh tubuh Izma. Kini mulai turun ke kaki Izma. Azam menghujani paha, betis dan jari kaki izma dengan ciuman mesra penuh sensansi. Izma masih memejamkan matanya. Sedang Azam mulai menyeringai. Azam mulai membuka kaki Izma.Izma mambuka matanya ketika Azam mulai membuka kakinya dan menekukan kakinya. Izma menutup mis v nya dengan kedua tanganya. Dia sungguh berdebar dan malu ketika Azam memperhatikan miz v seolah sedang memeriksa. Azam lalu menenggelamkan wajahnya diantara selangkangan Izma dan mulai melumat habis klitoris milik gadis itu."Ahhh ...." Izma berteriak merasakan sentuhan dahsyat yang sangat nikmat di bawah sana. Azam terus menggempur klitoris Izma sampai Izma merasakan ada cairan hangat leluar sedikit dari organ inti miliknya.Azam terus menjilat dan membuat izma tak tentu arah. Izma menggeliat karena sensasi nikmat yang dia rasakan."Sud
Izma mengenakan pakaiannya di depan Azam. Dia mengenakan sebuah rok pendek dengan kaos ketat. Izma lalu pergi meninggalkan Azam sendiri dikamar itu. Kamar yang sudah menjadi saksi betapa mereka berdua saling memuaskan hasrat masing-masing.Sekali lagi Azam melihat seprei putih itu. Yang telah ternoda karena perbuatanya tadi. Azam memejamkan matanya dan menghela napas. Azam akui pergulatanya barusan bersama Izma sangat nikmat. Bahkan Azam rasanya masih ingin memeluk Izma dan meneguk manisnya madu gadis itu kembali.Tapi kini Izma sudah pergi. Izma sudah mempersiapkan tas beserta isinya. Izma sudah berkemas untuk berangkat ke luar negri. Izma sudah bulat dengan pemikirannya. Dia akan pergi jauh meninggalkan Azam dan Aliza. Izma sudah naik ke dalam mobil diantar oleh sopir. Mobil itu sudah melaju meninggalkan mansionya. Azam hanya bisa melihat dari balkon atas kamar Izma.Azam masih mengenakan handuk di pinggangnya. Azam menatap pilu kepergian Izma. Dia menyadari d
Azam masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan agak kesal. Aliza selalu berkata kasar. Padahal selama ini Aliza tidak pernah sekasar itu. Azam menyukai Aliza karena dia begitu lemah lembut dan penyayang. Tidak di sangka bahwa Aliza menyimpan sipat kasar seperti itu. Azam menyayangkan hal itu. Azam merebahkan tubuhnya di atas kasur.Dia memikirkan semua perkataan Izma. Izma tidak mau Azam menggangunya selama Izma kuliah di luar negri. Azam sepertinya sudah mulai tertarik kepada Izma. Karena Izma begitu cantik dan terlihat begitu menderita. Azam ingin melindunginya. Tetapi langkah Azam ternyata salah. Dan Azam menyadari bahwa dirinya telah menyakiti hati Izma."Maafkan aku Izma!" Azam berkata dalam hatinya. Azam memejamkan matanya dan dia membayangkan hal yang terjadi pada tadi pagi bersama Izma. Dimana mereka bersatu dalam sebuah kenikmatan yang baru Azam rasakan selama ini. Azam menikah dengan Aliza saat kondisi Aliza sudah bukan perawan. Azam menikahi Aliza saat Aliza b
Sesampainya di rumah sakit. Ternyata semuanya sudah terlambat. Aliza sudah tidak menemukan denyut nadi sang buat hati."TIDAAAAKK!" jerit Aliza dengan snagat kencang." Ada apa?" Azam menoleh ke belakang. Dia memarkirkan mobilnya dengan cepat dan segera keluar untuk membantu menggendong buah hatinya."Mawar, Mawar Mas, ya Tuhan anaku, putri kecilku?" Aliza menangis dengan nyaring. Air matanya mengalir dengan sangat deras.Azam lalu memeriksa denyut nadi sang buah hati. Dan ternyata memang sudah tidak ada denyutan sama sekali."Mawar maafin Papa, Nak!" Azam menangis dengan amat pedih. Semuanya sudah terlambat. Mawar sudah meninggal dalam perjalan tadi. Aliza menjerit dan memeluk sang putri yang berlumur dengan darah. Pelukanya sangat erat. Aliza terus berteriak menyerukan nama Putri kesayanganya."Tidak, Mawar. Ya Tuhan buah hatiku, kenapa bisa begini?" Aliza menjerit dengan lengkingan pilu.Sebuah kesakitan kini mene
"Dua garis." Aliza begitu girang saat melihat alat test kehamilannya menunjukan garis dua. Rasa bahagianya tak terkira. Mengingat sudah setahun lebih dia menanti sang buah hati. Tetapi kini buah hatinya sudah ada dalam rahimnya. Aliza telah mengandung.Azam sangat senang mendengar Aliza mengandung. Pasalnya itu adalah anak pertama Azam bersama dengan Aliza. Mereka lalu langsung konsultasi dan melakukan pemeriksaan kepada Aliza. Dokter Erik SPOG yang menangani pemeriksaan Aliza."Selamat ya Azam, Aliza, buah hati kalian sudah berusia 5 minggu!" ucap Dokter Erik sambil tersenyum dengan manis. Azam tersenyum senang. Dengan lembut Azam menggengam tangan Aliza. Mereka adalah pasangan suami istri yang sedang begitu bahagia."Terimakasih Erik, kami permisi dulu!" kata Azam dan Erik hanya mengangguk dengan senyumannya. Azam dan Aliza terus tersenyum senang."Semoga saja bayi kita lahir sehat dan sempurna ya, Sayang!" sahut Aliza begitu senang sambil terus men
Izma dan Azam kini sudah lelap dengan buaian mimpi yang indah. Azam masih lekat mendekap tubuh langsing sang istri kecilnya. Saat itu hujan masih mengguyur kota New York. Azam mulai membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat dengan jelas bahwa dia sedang bersama istri yang dia rindukan selama dua tahun ini. Azam tersenyum dengan manis. Menatap punggung sang istri.Azam lalu mengecup leher belakang Izma dengan sangat hati-hati. Dia takut membangunkan gadis itu. Azam semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya terasa tenang bisa memeluk Izma seperti ini. Azam begitu menyukai wangi dari tubuh sang istri. Tubuh yang pernah dia kecup kenikmatannya.Izma perlahan membuka matanya dia mencoba melepaskan pelukan Azam dan Azam masih memeluknya erat."Lepaskan aku Azam, aku mau ke kamar mandi!" pekik Izma kasar. Izma tidak memanggil Azam dengan sebutan kakak atau mas. Karena Izma merasa dirinya sudah bukan siapa-siapanya Azam lagi. Izma hanya merasa dirinya hanya istri kontr